Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

BeritaFotoRekayasa TNI

Aparat Kriminal Terrorist Bersenjata TNI Tembak Mati Seorang Pelajar SMP Negeri 1 Sugapa Papua di Intan Jaya

Jenazah Melianus Nayagau, seorang pemuda yang dikabarkan merupakan seorang siswa kelas II SMP Negeri Sugapa. (dok tim evakuasi)

Westpapuanews.Org  — Seorang pemuda kampung Puyagia, distrik Sugapa atas nama Melianus Nayagau telah ditembak mati  oleh fasis militer Indonesia dari Batalyon Infanteri Raider 715/MTL pada hari Sabtu, 6 Maret 2021 kemarin.

Kolonel Czi IGN Suriastawa telah melakukan pembohongan dan pemutar balikan fakta setelah menembak mati Melianus Nayagau, seorang siswa SMP Negeri 1 Sugapa.

Westpapuanews.Org – sejumlah informasi yang diterima langsung dari beberapa saksi mata di lapangan,  pada Sabtu 6 Maret 2021 kemarin, aparat criminal tentara dan terrorist polisi telah melakukan penyisiran di Puyagia atas perintah langsung dari Panglima TNI,  menteri dalam negeri Tito Karnavian dan Paulus Waterpauw provocateur yang memanfaatkan situasi Covid-19 pandemic untuk operasi khusus pembunuhan,  penculikan orang asli Papua yang selama bulan ini mulai sangat aktif sekali. Akibat dari tindakan yang membabi buta tersebut Melianus anak pelajar siswa kelas II SMP Negeri 1 Sugapa tewas tertembak peluru aparat dan menyebabkan masyarakat dari dusun Pesiga dan Magalogae serta beberapa kampung sekitarnya lari ke hutan sebab aparat sangat membabibuta karena tidak mampu menghadapi TPNPB dihutan maka rakyat biasa dikampung-kampung dijadikan sasaran bagi pelampiasan nafsu keganasan mereka.

Westpapuanews.Org telah menerima telephone langsung dari masyarakat bahwa memang benar sekali dan juga pengakuan salah seorang Guru warga Indonesia  meninformasikan bahwa benar bahwa anak murid saya Melianus Nayagau telah ditembak mati pada hari Sabtu 6 Maret 2021, Melianus adalah seorang siswa kelas II SMP Negeri 1 Sugapa.

Setelah tembak mati seorang anak sekolah yang berdosa Melianus Nayagau, para aparat kriminal bersenjata TNI tidak melakukan evakuasi korban tetapi membuangnya ditempat yang tidak layak. Tetapi kebusukan mereka telah diketahui oleh beberapa masyarakat, guru-guru SMP bersama siswa maka aparat memberitahukan kepada pihak gereja untuk evakuasi korban dengan catatan bahwa tidak boleh dikabarkan bahwa anak sekolah itu yang telah terbunuh tidak boleh dipublikasikan tetapi media Indonesia mengatakan bahwa menembak salah seorang pasukan TPNPB,  kenyataanya seorang siswa kelas II SMP Negeri 1 Sugapa. Sehingga, pada Minggu siang, pihak gereja telah evakuasi jenazah korban dari Puyagia ke halaman gereja Paroki St. Mikael Bilogai.

Terkait kebenaran bahwa korban adalah siswa SMP Negeri 1 Sugapa, saat dikonfirmasi lewat telephone  pada Minggu siang, Kepala Sekolah SMPN 1 Sugapa, Hengki Bagau mengatakan, saat ini dirinya belum bisa memastikan bahwa korban adalah siswanya yang sedang duduk di kelas II. Karena TNI mengancamnya dengan senjata tidak boleh membuka mulut atas kejahatan mereka agar supaya menutupi kasus itu tidak boleh diketahui oleh orang. Ternyata ancaman TNI-POLRI dialamatkan kepada pihak gereja di Intan Jaya yang tidak bisa berbuat apa-apa sebab Gereja Katolik Keuskupan Di Jakarta dan Vatican bekerjasama untuk membantai seluruh orang asli Papua yang adalah tujuan utama missi mulia mereka di Intan Jaya dan diseluruh tanah Papua, oleh karena itu janganlah kita semua heran jikalau Keuskupan Gereja Katolik Jakarta tidak pernah membela umat Katolik di Papua tetapi bersama aparat terrorist Kriminal bersenjata TNI membantai orang asli Papua seperti kelakuan busuk Gereja Katolik di Irlandia dimana pimpinan tinggi Katolik bersama-sama kolaborasi dengan Inggris untuk membunuh pejuang dan rakyat Irlandia yang fanatic pengikut Gereja Katolik Vatikan walau menjadi penghianat.

Westpapuanews.Org “TNI ada datang untuk tanyakan kepastian apakah korban adalah siswa saya atau tidak. Saya cek data siswa kelas IX tetapi tidak ada karena saya secara pribadi diancam oleh aparat criminal bersenjata TNI. Untuk data siswa kelas VIII saya cek tapi data manual di saya tidak ada tetapi ketika lihat wajah korban, jelas sekali anak murid saya. Saya tidak akan beritahu karena pihak aparat criminal bersenjata TNI akan menembak saya jika saya buka mulut dari operator sekolah setelah cek data di dapodik,” jelas Bagau kepada Westpapuanews.Org  dari Sugapa.

Sehingga, jelaslah bahwa secara jujur saya bisa pastikan bahwa korban adalah murni merupakan siswa SMP, tetapi karena takut diancam ditembak mati oleh aparat criminal bersenjata TNI tidak bisa terbuka lanjut dia memastikan bahwa korban merupakan siswa SMP. Dia berjanji akan memberikan keterangan setelah mendapatkan data pasti dari operator sekolahnya pada Senin besok.

Sementara itu, seperti dirilis sejumlah media TNI melalui Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III Kolonel Czi IGN Suriastawa telah melakukan pembohongan dan pemutar balikan fakta setelah menembak mati seorang siswa SMP yang tidak ada sangkut pautnya dengan anggota TPNPB di bawah pimpinan Undius Kogeya.

Westpapuanews.Org mendapat konfirmasi dari markas TPNPB pimpinan Undius Kogeya membenarkan bahwa aparat criminal bersenjata TNI menembak mati seorang anak pelajar SMP di kota, karena TNI-POLRI ketakutan ketika masuk hutan pedalaman, kadang-kadang aparat criminal bersenjata TNI-POLRI itu berak celana hanya demi memuaskan atasan mereka duduk enak, tunggu kenaikan pangkat setelah sembelih pasukan TNI-POLRI yang juga punya keluarga, anak dan istri. Kami tahu operasi ini demi kepentingan Tito Karnavian, Joko Widodo, Panglima TNI,  Paulus Waterpauw provocateur yang siap-siap mau mencalonkan diri sebagai Gubernur Papua setelah berhasil menghisap darah-darah rakyat Papua mendapatkan kenaikan pangkat bintang tiga karena panen darah-darah orang asli Papua selama ini.

Sebelumnya, pada 28 Februari 2021, aparat gabungan TNI-Polri juga telah menembak mati Ferry Elas di Mile 53 area perusahaan PT Freeport Indonesia. Aparat klaim korban adalah anggota TPNPB Kodap III Kalikopi Timika, tetapi kenyataannya dia adalah masyarakat biasa yang sedang berdulang.

sumber: Suara Papua Post and Guru SMP Negeri 1 Sugapa