
PUNCAK JAYA, WestPapuaNews.Org – Komando Distrik Milter 1714/Puncak Jaya, Letkol Inf. Denny Salurerung, S.Sos memberikan perintah untuk melakukan pembakaran gedung gereja GIDI, gedung puskesmas, gedung sekolah dan sekaligus operasi militer kriminal bersenjata TNI/POLRI berskala besar oleh aparat kolonial penjajah Indonesia agar bisa mendapat keuntunga lahan bisnis operasi militer dengan alasan keamanan sebelum memperingati HUT kolonial penjajahan Indonesia di Papua di Distrik Lumo, Kabupaten Puncak Jaya, sejak Senin pagi hingga malam hari.

Saksi mata dan tokoh-tokoh masyarakat dari Kampung Gililome, Kampung Gilibe, Kampung Lumo, Kampung Ninggineri, Kampung Tigir, Kampung Wuluma, Kampung Wurabak, dan Kampung Wuramburu menelpon langsung ke redaksi WPNews.Org sambil orang asli Papua berusaha menyelamatkan diri dari amukan kekejaman bahwa aparat teroris kriminal TNI melakukan penembakan yang membabi buta ke arah masyarakat, ternak kami, kebun kami, rumah kami sehingga kehadiran TNI/POLRI diwilayah 9 perkampungan di Distrik Lumo sangat meresahkan dan kami merasa tidak aman sebab sebelumnya aparat kriminal bersenjata TNI/POLRI selalu menggunakan senjata lengkap masuk ke setiap Taman Kanak-Kanak, SD, SMP mengajar sambil menodong senjata ke setiap pelajar. Sampai berita ini diturunkan banyak masyarakat dan anak-anak orang asli Papua di Puncak Jaya mengalami trauma yang sangat mendalam.

WestPapuaNews.Org menerima informasi langsung dari lapangan pada Senin 11 Agustus 2025, operasi barbarism kolonial penjajah Indonesia masih dan sedang berlangsung sampai hari ini disertai dengan penangkapan orang asli Papua tanpa surat penangkapan atau tanpa alasan yang tidak jelas sama sekali. Alasan tujuan utama yang terselubung antara President penjahat perang Prabowo Subianto dan panglima Kodim Komando Distrik Milter 1714/Puncak Jaya, Letkol Inf. Denny Salurerung, S.Sos adalah usaha untuk menguji coba pemboboman seluruh wilayah Papua dengan 48 unit pesawat tempur KAAN dari Turki seharga lebih Rp160 triliun, yang telah dibeli oleh presiden kriminal Indonesia Presiden Prabowo Subianto pada hari Rabu 6 Agustus 2025 dalam operasi pengungsian yang besar-besaran dari 9 perkampungan telah mengakibatkan korban banyaknya kerugian miliaran rupiah ,hilangnya sejumlah anak-anak dibawah umur lari dan jatuh ke jurang-jurang, hanyut dikali, terbunuh tembakan peluru aparat kriminal bersenjata TNI serta dengan sengaja aparat kriminal TNI/POLRI melakukan pembakaran seluruh rumah-rumah penduduk orang asli Papua. Kondisi ini memaksa warga mengungsi ke hutan untuk menyelamatkan diri, menurut tokoh masyarakat dan kepala suku kepada redaksi WestPapuaNews.Org hari ini.

Selain itu, intruksi khusus presiden Prabowo Subianto, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto bersama Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin, dan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Izak Pangemanan, M.Han untuk menggunakan dan menjadikan setiap bangunan Gereja-Gereja di seluruh Papua dan wilayah Pengunungan Tengah sebagai markas militer TNI/POLRI itu adalah intruksi khusus pemerintahan Prabowo Subianto di Papua.

Masyarakat 9 perkampungan dari Distrik Lumo (Kampung Gililome, Kampung Gilibe, Kampung Lumo, Kampung Ninggineri, Kampung Tigir, Kampung Wuluma, Kampung Wurabak, dan Kampung Wuramburu) membenarkan bahwa bangunan aset Klasis Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Wilayah Yamo dilaporkan dibakar habis oleh aparat kriminal bersenjata TNI dan gedung Gereja utama tersebut telah dijadikan markas militer oleh aparat. Penembakan aparat kriminal bersenjata TNI/POLRI dilaporkan masih berlangsung di pemukiman hingga malam hari menurut saksi mata dari tempat kejadian ke media WestPapuaNews.Org

Baca Juga: TPNPB Klaim Bertanggung Jawab atas Penembakan Dua Anggota TNI dan Perampasan Senjata di Nabire
Baca Juga: Dinilai Gagal Tangani Kasus Kriminal dan Konflik, Kapolri Diminta Ganti Kapolda Papua Tengah



