Pernyataan Sikap
Rakyat-Bangsa West Papua telah memproklamasikan kemerdekaannya pada 1 Desember 1961 secara de facto dan de jure. Tetapi 18 hari kemudian Soekarno mengeluarkan perintah untuk menganeksasi paksa. Sejak saat itu penindasan terhadap Rakyat-Bangsa Papua berlangsung begitu rupa. Rasisme adalah salah satunya:
“Tahun 1962, Ali Moertopo merendahkan derajat manusia-manusia Papua dengan pernyataan: ‘Mereka Tidak Lebih Berharga dibandingkan Sumber Daya Alamnya’. Hingga hari-hari ini perbuatan-perbuatan rasis terus dirawat oleh negara kolonial Indonesia: 2015, terjadi penghinaan dan penganiayaan terhadap Obi Kogoya; sedangkan tahun 2019 terjadi Rasisme terhadap mahasiswa papua di Surabaya , ditahun yang sama Hendropriyono melontarkan kata ‘Tikus-Tikus Tanah’ terhadap OAP hingga meledakan rasisme terhadap mahasiswa Papua se-Indonesia; 2020, Mahfud MD menghina korban pembunuhan oleh TNI-Polri di Papua; dan 2021 meledak lagi pelecehan rasial kepada Natalius Pigai.”
Sementara Rasisme merupakan musuh kamanusiaan. Di pelbagai belahan dunia terbit gerakan perlawanan terhadap rasialisme: mulai dari Amerika, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Afrika, dan sebagainya. Hari ini, sebagai bagian dari gerakan anti-rasisme. Kami, Suara Mahasiswa Papua dan Solidaritas Mahasiswa NTB untuk Rakyat-Bangsa West Papua menuntut sebagai berikut:
- Mengutuk segala bentuk tindakan rasisme terhadap Rakyat-Bangsa West Papua;
- Adili seluruh pelaku diskriminasi rasialisme terhadap Rakyat-Bangsa West Papua;
- Hentikan pemeliharaan rasial terhadap Rakyat-Bangsa West Papua oleh Pemerintah NKRI;
- Tangkap militer yang melakukan pembunuhan terhadap Rakyat-Bangsa West Papua;
- Tarik militer organik dan non-organik dari nduga-intanjaya-puncak dan seluruh tanah West Papua;
- Hukum Negara Indonesia rasis terhadap Rakyat dan Bangsa West Papua;
- Tolak rasisme dan Berikan Hak Menentukan Nasib Sendiri bagi Bangsa West Papua.
Mataram, 31 Desember 2021
Salam Pembebasan Nasional Bangsa West Papua
sumber: Independent Movement