Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

Opini

5 Februari itu Hari Berkabung Bangsa Papua yang menyerahkan dirinya untuk terus dijajah atas nama Injil

Septinus George ‘Oge’ Saa, Fisikawan Muda Indonesia asal Papua.@Ist

SEPTINUS GEORGE SAA
Fisikawan Muda Indonesia

Sebuah catatan refleksi opini pribadi. Catatan refleksi saya tujukan kepada adik-adikku generasi muda bangsa Papua dimana saja.

Adik-adik mungkin pernah mengalami hal yang saya alami ketika pulang ke kampung. Adik-adik di suruh dan di paksan untuk dikasih mandi. Apalagi yang suruh itu mama dan bapa tambah yang dorongan keyakinan yang diberikan oleh kakak/adik serumah bawah “di kasih mandi” itu supaya kebal dan tidak masuk “angin tarabaik” atau kena “sengaja” orang-orang berilmu atau saja suanggi (semoga saja tidak sampai ketemu suanggi). Hal yang sama ini kakak alami ketika pulang libur dari Amerika Serikat di tahun 2008.

Lanjut cerita. Kakak menolak dan berdebat dan tidak mau di paksa untuk di kasih mandi. Kakak cuman bilang begini: “Mama, kalau Tuhan Allah yang kita sembah dan berdoa kepada dia ini sudah jaga saya, kenapa harus pake ilmu alam lagi untuk pagar diri?” Untuk seorang mama yang berpendidikan minim, jawabnya itu simple saja. Mama bilang anak, dulu itu Tuhan kasih barang alam ini kepada moyang dorang itu untuk jaga alam, hidup dekat dengan alam dan dapat bicara dengan alam untuk segala keperluan untuk bertahan hidup.

Sekarang ini mereka salah gunakan ilmu yang sudah Tuhan kasih itu untuk menyusahkan orang lain karena dengan begitu, mereka ini bisa kumpul harta/kekayaan dari hasil kerja mereka (di bayar untuk membunuh).

Adik-adik dong tahu ka tidak, dulu kalau ada anak bayi yang mati dalam kandungan seorang ibu di kampung/dusun yang jauh, dan namanya medis itu belum ada, mereka moyang kita cukup berikan daun khusus yang di ramu sedemikian mungkin kepada ibu itu. Dalam hitungan jam kedepan sang ibu ini ini dapat mengeluarkan bayi yang sudah mati di dalam rahim/kandungan itu dengan baik tanpa harus mengorbankan jiwanya sendiri.

Dari mana moyang kita mereka tahu daun apa yang dipakai dan apa khasiatnya, itulah hal mistis yang namanya lainnya adalah kearifan yang Tuhan berikan kepada moyang kami untuk bisa berinteraksi dengan alam dan memperoleh benefit sehingga mereka bertahan hidup beribu-ribu tahun di tanah leluhur yang di sebut tanah Papua saat ini. 

Ini satu contoh saja, Kakak yakin adik dorang pasti pernah dengar cerita lain namun mirip-mirip.

Adik-adik, sekarang ini pengetahuan seperti ini sudah hilang dan mungkin hanya beberpa orang saja yang masih mampu untuk mempraktikan kemampuan sejenis. Adik-adik mungkin bertanya kenapa bisa begitu? Inilah makanya kakak harus kasih tahu bahwa 5 Februari yang kita rayakan sebagai hari pekabaran atau hari masuknya injil di tanah Papua ini sebenarnya tetap di sebut sebagai hari matinya orang Papua dan segala bentuk interaksinya dengan Tuhannya, alamnya dan segala kekuataan yang telah menolong moyang orang Papua kami yang telah mampu hidup ratusan ribu tahun di tanah yang kita sekarang tahu tanah Papua. Kekhususnya interaksi moyang orang Papua dengan Tuhan Allah dan segala macam kekayaan duniawi yang dititipkan kepada mereka itu bearkhir di tanggal 5 Feburari 1885.

Adik-adik mungkin pikir ini hal terbalik dan keliru. Mungkin adik-adik lebih percaya kalau di tanggal dan tahun tersebutlah orang Papua mengenal terang dan mengenal Tuhan dan mengenal injil. Bagi Kakak, justru ini yang keliru. Orang Papua sudah jauh mengenal terang dalam kehidupannya. Justru di hari tahun inilah moyang kita menerima injil yang sampai hari ini justru membuat kita mengasihi sesama dan musuh ataupun orang yang berbuat jahat kepada kita. Inilah sumber awal dasar bangsa Papua tunduk dan dengan mudah di jajah. 

Tugu Patung Yesus Kristus Sebagai Simbol Memperingati 5 Februari, Injil Masuk Papua.@Ist

Kalau tidak percaya, adik-adik bisa belajar awal mengapa bangsa-bangsa di Afrika mudah di jajah dan di taklukan. Mereka simply menerima proses christening orang-orang kulit putih yang datang dan memberitakan injil yang isinya sama dengan yang kita baca hari ini di tanah Papua. Maka ini, 5 Februari ini sebagaiknya di peringati sebagai hari dimana orang Papua mulai menerima dan menyerahkan diri untuk di jajah.

Kalau adik-adik dorang masih tidak percaya, tanyalah kepada saudara-saudara kita orang Thai. Mereka di paksa untuk menerima injil yang sama namun mereka menolak dan sampai hari ini mereka terekam sebagai negara yang tidak pernah di jajah oleh bangsa asing. Di sana, Thailand, adik-adik bisa rasakan cerita mistis bahkan kemampuan mistik dari moyang mereka yang sangat kuat dan cerita horor seperti yang adik-adik pernah dengar dalam cerita-cerita keluarga itu juga sama disana. Mereka disana tidak ada bedanya dengan kita. Bedanya mereka masih tetap menerima ajarah budhasime yang sudah berumur ribuan tahun yang tidak banyak bertolak belakang dengan kepercayaan mistik mereka. Suatu ajaran yang lebih melihat perilaku manusia sebagai ukurannya untuk nanti memiliki atau tidaknya suatu kehidupan setelah mati.

5 Februari ini adalah hari masuknya injil di tanah Papua yang telah memberikan akses kepada bangsa lain untuk datang dan menjajah tanah dan orang Papua. Kita boleh bilang bangsa lain datang meletakan peradaban. Bagi Kakak, peradaban inilah yang mematikan dan membuat kita bangsa Papua hilang arah dan tujuan karena kita telah meninggalkan peradaban kita sendiri. Ya itu, kehidupan kita yang dekat dengan Tuhan kami, alam kami, surga yang telah kami percayai atau kehidupan setelah kematian nanti, kita tinggalkan karena peradaban versi bangsa lain. 

Suatu kondisi sama yang hari ini kita alami dimana orang Indonesia ingin masuk dengan menanamkan peradaban menurut mereka yang kakak lihat mematikan dan memusnahakan bangsa Papua ini. Masih tidak percaya?

Untuk itu hari ini kalau adik-adik ada yang ikut sampai ke pulau mansiman untuk ikut doa bersama. Juga adik-adik yang menyebarkan flyer dirinya ikut memberikan kata selamat hari PI di tanah Papua. Apalagi Bapak/Ibu politisi, orang muda/tua dan siapa saja yang ikut merasa peduli akan bangsa Papua, pikir lagi baik-baik sebelum hanya “ikut rame” saja dengan perayaan seremonial yang sebenarnya juga adalah moment kekalahan bangsamu.■

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *