AMP Bali Peringati 22 Tahun Tragedi Biak Berdara di Bali

Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Bali

Pembungkaman ruang demokrasi oleh Pihak Aparatur Negara saat aksi Peringati 22 tahun teragedi biak berdara di bali.

Tragedi Biak Berdarah Merupakan akibat tindakan dari Aparatus militer Negara Kolonial Indonesia melakukan tindakan kekerasan terhadap rakyat Papua Barat di Biak yang mengibarkan Bendera Bintang Kejora secara damai serta demokratis dan selama pengibaran Bendera Bintang Kejora dari tanggal 2-6 July 1998 telah mengorbankan 230 orang. 8 orang meninggal; 8 orang hilang; 4 orang luka berat dan dievakuasi ke Makassar; 33 orang ditahan sewenang-wenang; 150 orang mengalami penyiksaan; dan 32 mayat misterius ditemukan hingga terdampar di perairan Papua New Guinewa (PNG) dan sebagian korban belum terdata sejak 6 July 1998 Sampai 6 July 2020 yang telah 22 Tahun.

Setelah Biak Berdarah, terjadi pula berbagai tragedi-teragedi mulai dari tragedi Wamena Berdarah (2000 dan 2003); Wasyor Berdarah (2001); Uncen Berdarah (2006), Nabire Berdarah (2012); Paniai Berdarah (2014), Nduga berdarah (2017 dan 2018 sampai hari ini), Fak-Fak Berdarah [2019] dan peristiwa berdarah lainnya yang Negara kolonial Indonesia pun tak menyelesaikan kasus-kasus tersebut sampai hari ini. Bahkan Otsus [Otonomy Khusus] sejak 21 November 2001 disahkan melalui Mantan President RI [Replublik Indonesia] Soekarno Putri/Megawati Putri sampai kepemimpinan Jokowi-Maruf Amin; Tak ada satu kasus pun di selesaikan malah dalam tahapan Otsus Papua berlangsung hingga kini Tragedi berdarah terus meningkat bahkan Otsus Papua yang di berikan merupakan kebijakan yang merugikan, meresahkan Rakyat Papua Barat yang terus ditindas habis-habis sampai hari ini.

Maka, untuk menyikapi yang ke-22 tahun peringatan “Tragedi Biak Berdarah, dan Kekerasan Kolonial Indonesia di Tanah Papua Barat”, Sehingga Aliansi Mahasiswa Papua [AMP] Komite Kota Bali Menuntut Indonesia Rezim Jokowi-Maruf Amin dan PBB/United Nation Segera:

  1. Negara bertanggung jawab atas tragedi Biak Berdarah 1998 yang telah menewaskan ratusan nyawa manusia dan rentetan pelanggaran HAM lainnya di Papua Barat.
  2. Buka ruang demokrasi seluas-luasnya dan Jamin Kebebasan Jurnalis dan Pers di Papua Barat
  3. Tarik militer (TNI-Polri) organik dan non-organik dari seluruh Tanah Papua Barat.
  4. Menuntup dan menghentikan aktifitas eksploitasi semua perusahaan MNC milik negara-negara Imperialis; Freeport, BP, LNG Tangguh, Medco, Corindo, Kelapa Sawit, Perusahan Semen, dan lain-lain dari seluruh Tanah Papua Barat.
  5. Tolak Otsus Papua Jilid II dan Menentukan Nasib Sendiri sebagai Jalan Demokratis Bagi Bangsa Papua Barat.
  6. Berikan Hak Menentukan Nasib Sendiri Bagi Rakyat Bangsa Papua Barat Sebagai Solusi Demokratis dan Sebagai Jalan Keluar dari Beragam Tragedi berdarah maupun Operasi militer Selama 58 Tahun.

Berikut ini kronologis Pembungkaman Ruang Demokrasi Oleh pihak Aparatur negara Di bali

Kronologis:

Sebelum jam 10 massa berkumpul di titik kumpul sebelumnya pihak aparatur sudah berada di titik kumpul jam 7, 00 wita, pihak aparatur Negara dalam hal ini kepolisisan, Polantas, intel,tersebut telah kumpul di beberapa perempatan untuk membungkam ruang demokrasi
09:50 aparat telah berada di titik kumpul untuk membungkam ruang demokrasi

Jam 09;50 tersebut juga 1 buah Dalmas bersama 1 buah mobil water kenon bersama bersama 20 – an lebih aparatur Negara sudah berada di TKP titik kumpul

Jam 10:15 kami di hadang tepat di titik kumpul dan disuruh tidak boleh aksi degan alasan covid 19. Penghadagan tesebut juga dari 10: 15 samapi 10: 21 Kami di masih di hadang

Jam 10:16 kemudian karena sudah waktu, kami minta ruang demokrasi agar di buka untuk menyampaikan aspirasi namun kami terus di hadang dan batasi

Jam 10: 20 pihak aparat membungkam ruang demokrasi, merefresif dan memukul massa aksi agar tidak menampaikan aspirasi

Jam 10: 25 pihak aparat melakukan tindakan refresif dan memukul mundur massa aksi, beberapa massa aksi di pukul oleh pihak aparat dan 3 orang massa aksi di pukul dan di naikan kedalam mobil dalmas sedangkan massa aksi lainnya lagi di refresif di luar saat protes pembebasan 3 kawan yang di tahan dalam mobil dalmas

Kemudian jam 10 30 massa aksi meminta ruang untuk meyampaikan pernytaan sikap namun tidak di berikan watu , malahan pihak aparat Refresif dan menembak water kenon ke pada massa aksi hingga bebera kawan pun jatuh karena terkena tembakan water kenon hinnga sa,pai saat ini masih pusing.

Aksi penembakan water kenon juga di lakukan selama 10:30 hingga 10:50. Namun setelah menembak water kenon tersebut dan merefresif kami un di beri waktu untuk mebacakan pernyataan sikap degan batasan waktu.

Numun setelah jam 10: 58 pembacaaan peryataan sikap di berikannya waktu yang singkat dan penuh paksaan .

KORBAN:

  1. Natalis bukega, (dapat pkul di muka, kena water kenon, kena pukulan di kaki dan di betis)
  2. Frans murib, (dapat kejar dari oleh 4 orang aparatur militer degan motor permerek KLX, PIXON selama pukul 10:00 wita- 11;20 wita)
  3. Martinus pigai, (dapat pukul di kepala hingga bengkak dan luka di kaki akibat di seret)
  4. Elis pawika: (Dapat p ukul di muka dan kena water cannon hingga jatuh)
  5. Yesaya gobay, (di pukul dan di seret ke dalam kedalam mobil dalmas dan kena water canon)
  6. Fredy agaki, (di pukul dan di seret kedalam dalmas serta water canon)
  7. Teis walilo, (di pukul dan di seret kedalam mobil dalmas
  8. Jefri k,Dapat seret, di pukul secara brutal di bagian muka, leher dan pinggang kiri dapat tending ,baju di robek serta kena water kenon sampai susah bernafas)
  9. Melki olagai, (di tarik dan dipukul)
  10. Jenno dogomo, (di tarik dan pukul dan kena water cennon hingga susah bernafas)
  11. Joice uropdan, (Ditembaki Water Canon, luka sobek di bibir bawah, memar di tulang pipi bagian Kiri, memar di Mata bagian kanan)
  12. Jeni wetipo, (kena water cenon hingga jatuh)
  13. Rata rata semua massa aksi di pukul dan kena water cannon
  • Perlengkapan yang di ambil dan dibrusaki oleh pihak aparat
  1. Poster poster di di rusaki oleh pihak aparat
  2. Spanduk di ambil oleh pihak aparat tetapi kami mengabil kembali
  3. Hp yang sedang siaran langsung Di ambil oleh pihak aparat
  4. Toa di semprot memakai water connon hingga soak tidak bias bunyi.
    Terimah kasih.

Selenkapnya akan di lanjutkan dalam jumpa Pers terkait pembungkaman ruang demokrasi oleh aparatur Negara di bali