WAMENA, Westpapuanews.Org — Ada banyak cara yang biasa dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri) untuk mendapat kenaikan pangkat.
Salah satunya adalah dengan membunuh masyarakat sipil di Papua atau Pejuang Papua yang tidak bersenjata kemudian meletakkan senjata di tubuh jenazah, atau diatur sedemikian rupa sehingga tangan jenazah memegang senjata atau jenazah terlihat memeluk senjata, untuk dijadikan bukti bahwa korban memiliki senjata dan sempat melakukan perlawanan tapi berhasil ditembak mati.
Biasanya senjata yang dipegangkan ke jenazah atau diletakan tidak jauh dari jenazah adalah senjata yang jenisnya sama dengan senjata yang digunakan oleh pembunuh (TNI-Polri).
Ada juga kasus lain dimana jenis senjata berbeda, tetapi skenarionya tetap sama.
Jenazah warga sipil atau pejuang Papua yang berlumuran darah dan terkesan bersenjata itu kemudian difoto oleh satuan yang membantai, biasanya oleh komandan mereka.
Foto-foto ini selanjutnya digunakan untuk bahan laporan ke atasan agar si penembak secara khusus dan teman-teman dalam satuan operasi secara umum mendapat kenaikan pangkat.
Opini publik pun digiring secara serentak, sistematis dan masif agar menerima kematian warga sipil atau pejuang Papua sebagai akibat dari KONTAK TEMBAK.
Caranya? Foto jenazah berlumuran darah dan terlihat memegang senjata tadi diserahkan ke Media Massa mainstream agar di-blow-up menjadi opini umum.
Media Massa mainstream di Indonesia yang rata-rata mengusung nasionalisme buta di sektor jurnalistik menemui lahan suburnya disini, mengemas pemberitaan dengan judul dan isi yang mengulas KONTAK TEMBAK.
Contoh terbaru yang masih segar saat ini adalah pembunuhan terhadap Mikael Merani di Kampung Kontiunai, Distrik Ankaisera, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua. (Baca disini).
Kapolres Yapen AKBP Darma Sumandito yang memimpin eksekusi terhadap Mikael yang tidak bersenjata menyuruh anak buahnya menaruh senjata serbu jenis SS1 di tangan jenazah Mikael kemudian difoto.
Foto jenazah Mikael yang memegang senjata tersebut disebarkan langsung oleh Kapolres Yapen via jejaring Whatsapp ke berbagai media massa untuk membenarkan adanya KONTAK TEMBAK.
Untuk membenarkan adanya aksi KONTAK TEMBAK, Kapolres Yapen juga mengaku berhasil mengamanankan barang bukti berupa sembilan buah magazine SS1, sangkur, rompi, bendera Bintang Kejora, 13 butir amunisi revolver, 10 butir amunisi karet kaliber 5,56,229 butir, amunisi kaliber 5,56, satu pucuk senjata angin dan sejumlah uang.
Cara mencari pangkat dengan jalan mengeksploitasi jenazah diketahui telah menjadi tradisi di kalangan TNI-Polri dan terus dilestarikan dari generasi ke generasi.■