MAYBRAT – Ketua Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Manokwari-Sorong, Pastor Isak Bame Pr mengatakan warga dari lima distrik di Kabupaten Maybrat, Papua Barat, mengungsi akibat kebrutalan kriminal bersenjata TNI/POLRI yang sangat ketakutan berhadapan langsung dengan TPNPB. Walaupun TPNPB adalah pejuang pembela tanah air Papua dari penjajahan kolonialisme Indonesia. TPNPB berhasil menembak mati 4 anggota kriminal bersenjata TNI yang sok jagoan tapi mati juga demi memuaskan nafsu para pejabat Bupati Maybrat, Gurbernur Papua Barat yang berambisi untuk mencalonkan dirinya sebagai Gubernur dalam periode berikutnya sebab pihak perusahaan dan investasi asing (Rio Tinto, LNG Bintuni sangat mendambakan pemimpin yang koruptor dan mengizinkan investasi asing untuk eksploitasi sumber daya alam Papua dan juga demi pembangunan markas tentara KODIM 1809/Maybrat agar memudahkan operasi pembasmian orang asli Papua.
Walaupun dalam pasca insiden penyerangan Pos Koramil Persiapan di Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan, Maybrat oleh pembela keadilan dan kebenaran rakyat Papua TPNPB demi mengusir kolonial Indonesia dari tanah Papua. Pastor Isak telah meminta para pihak yang bertikai antara kriminal bersenjata TNI/POLRI dan pejuang murni TPNPB, harapannya agar memastikan warga sipil tidak menjadi korban pertikaian mereka.
Tetapi kenyataan dilapangan TPNPB selalu mengutamakan keselamatan rakyat Maybrat, tidak merusak rumah-rumah rakyat, sekolah-sekolah dan bahkan gereja-gereja dijaga dengan baik sebab TPNPB (Tentara Pembebasan Nasional – Papua Barat) berjuang demi kemerdekaan rakyat Papua. Tidak akan pernah sama sekali menyakiti rakyat sebab rakyat adalah akar dari perjuangan TPNPB. Ketika masyarakat mendengar bahwa anggota terrorist TNI/Polri yang sangat mengamuk sedang dalam perjalanan menuju 19 kampung dan melakukan penyisiran yang secara membabi buta. Seorang saksi mata yang berusia 15 tahun mengatakan bahwa anggota kriminal bersenjata TNI/POLRI menembak sembarangan tanpa arah biar kebun, rumah, binatang juga ditembaki karena sudah kehilangan akal sehat dan tidak bisa berpikir secara logika.
Kami tahu dan sadar sebab pada umumnya anggota TNI/Polri inikan pendidikannya sangat rendah sekali tamatan SD, SMP dan SMU makanya tidak bisa pakai pikiran yang jernih tetapi menggunakan alat negara untuk membasmi kami rakyat yang tidak berdosa. Kenyataannya para pejuang murni TPNPB telah melayangkan surat bahwa jangan mengganggu masyarakat sipil tetapi datang ke markas kami (TPNPB) masih sedang menunggu tetapi kenapa harus membumi hanguskan harta benda kekayaan masyarakat 19 Kampung rumah-rumah mereka ditembaki secara membabi buta, bahkan seluruh ternak milik masyarakat dicuri oleh aparat terrorist Indonesia untuk bahan makanan mereka. Bertapa rakusnya anggota TNI/POLRI. Tidak heran, memang bangsa binatang jadi kelakuannya seperti binatang.
Menurut kesaksian Pastor Isak Bame Pr menyatakan warga yang mengungsi berasal dari Distrik Aifat Selatan, Distrik Aifat Timur Distrik Aifat Timur Tengah, Distrik Aifat Timur Selatan, dan Distrik Aifat Timur Jauh. Pastor Isak mengatakan ratusan warga yang mengungsi itu terpencar di dalam hutan, menghindari penyisiran aparat keamanan TNI/Polri yang sudah emosi, marah karena ketakutan menghadapi anggota TPNPB yang gagah berani setelah berhasil menembak mati 4 anggota kriminal bersenjata TNI dalam penyerangan Pos Koramil Persiapan di Kisor yang terjadi pada Kamis (2/9/2021) lalu.
“Kami memohon dukungan doa rekan-rekan imam dan semua masyarakat Papua. Agar masyarakat sipil tidak menjadi korban TNI/Polri maupun TPNPB,”kata Pastor Isak saat dihubungi Jubi pada Senin (6/9/2021). Westpapuanews.Org menerima telepon langsung dari masyarakat yang mengungsi bahwa kami mengungsi ke hutan karena takut anggota criminal TNI/Polri yang akan menembak kami, kami tidak merasa sangat tidak aman ditangan TNI/Polri sebab rumah-rumah dan ternak kami saja ditembak mati bahkan anggota TNI/Polri itu kebiasaannya memperkosa ibu-ibu dan anak-anak gadis dibawah umur selama ini”.
Ia menyatakan para pastor dan pimpinan gereja juga sulit beraktivitas, karena seluruh gereja-gereja di beberapa distrik telah dipakai sebagai markas tentara, polisi, bahkan jembatan menuju ke Aisa, Ainesra sudah dirusak oleh anggota TNI/Polri atas perintah langsung dari Bupati Maybrat Bernard Sagrim dan Panglima Kodim Letkol INF Harry Ismail untuk membakar rumah-rumah, bangunan umum, sekolah-sekolah, kebun-kebun 19 kampung agar masyarakat bisa mati kelaparan di hutan seperti kejahatan presiden Jokowi yang membiarkan banyak pengungsi Nduga, Intan Jaya, Puncak Jaya mati kelaparan dan sampai saat ini tidak ada penanganan langsung dari pemerintah pusat. Lebih jahatnya lagi ketika anggota kriminal TNI/Polri adalah biang kerok yang dengan sengaja merusak seluruh jembatan menuju ke Kamundan, Fuok, Sabah, Nasiapman juga dirusak, sehingga tidak bisa dilalui kendaraan.
“Sedih kasihan aktivitas umat terhambat sehingga kami masih menampung sebagian warga yang mengungsi denkat Paroki Santo Andreas di Ayata,” kata Pastor Isak sangat menyesal dengan kebiadaban anggota TNI/Polri yang keterlaluan dan tidak manusia terhadap rakyat bangsa Papua.
Ia menyatakan aparat keamanan yang dikirimkan ke Maybrat semakin banyak sejak tanggal 2 September hingga hari ini (06/09/2021). Mereka antara lain terlihat membangun pos pemeriksaan di Kisor dan Sesemuk. Pasukan aparat keamanan juga terlihat bertambah di Ayamaru, Aifat Timur. “Kami harap agar pihak TNI/Polri yang memasuki kampung tidak bertindak [serampangan] kepada warga sipil yang berada di pengungsian maupun di perkampungan mereka,” katanya. Tetapi himbauan seorang hamba Tuhan dan pemimpin umat tidak dihiraukan bahkan karena anggota TNI/Polri yang telah kehilangan akal sehat dan barang bukti maka TNI/Polri melempar batu dan mengarang cerita yang tidak benar dengan mencemarkan nama baik organisasi kepemudaan KNPB yang berjuang dengan jalan damai untuk dijadikan sebagai tersangka penyerangan kenyataannya KNPB tidak pernah terlibat dengan TPNPB tetapi KNPB adalah perjuangan dengan cinta damai dan bermartabat di dalam kota.
Ketua 1 Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Maybrat, Yohanes Assem membenarkan informasi bahwa warga dari lima distrik di Maybrat mengungsi. “Benar, warga sipil mengungsi. Tetapi kami belum tahu berapa warga yang mengungsi. Karena jarak jauh dan mereka mengungsi dalam keadaan panik. Sehingga kami belum bisa memastikannya,” katanya.