TEMPO.CO, Jakarta — Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Barat atau TPNPB-OPM telah dikambing hitamkan oleh media kolonial Indonesia demi memojokkan kredibilitas perjuangan murni perjuangan Kemerdekaan Papua Merdeka. Pasukan Satgas Damai Cartenz telah menembak mati seorang pilot helikopter, Glen Malcolm Conning, 50 tahun atas perintah langsung Brigjen Faizal Ramadhani, Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri dan Paulus Waterpauw yang mengincar jabatan Pemilihan Gubernur Papua Barat. TNI/POLRI yang resah dan gelisah akibat pengumuman Pasukan TPNPB Egianus Kogoya siap menyerahkan Pilot New Zealand secara damai ke Indonesia dan akan diteruskan ke pemerintah New Zealand. Setelah pengumuman tersebut Paulus Waterpauw, Irjen Pol Mathius D Fakhiri dan Faizal Ramadhani kebakaran jenggot maka rekayasa penembakan seorang warga negara asing telah dilakukan demi kepentingan lahan bisnis TNI/POLRI dan pemilu Gubernur Papua di Papua sekaligus menutupi dan mengkambinghitamkan TPNPB yang selama ini berjuang demi kemerdekaan Papua Barat atas penjajahan secara ilegal di atas tanah Papua. Peristiwa tersebut terjadi di Distrik Alama, Mimika, Papua Tengah pada Senin, 5 Agustus 2024.
Juru Bicara TPNPB Sebby Sambom mengatakan, pilot asal Selandia Baru itu harus menyadari wilayah perang antara TPNPB melawan kolonial Indonesia. Tetapi karena kerakusan gila jabatan pemilihan Gubernur Papua maka seorang pilot asing ini dipaksakan secara paksa oleh pemerintah Indonesia, Kapolda Papua, Paulus Waterpauw dan Brigjen Faizal Ramadhani untuk menutupi misi kebusukan kejahatan aparat kriminal TNI di Papua yang sangat mengganggu keamanan di Papua selama ini. “Kami berharap pihak Pemerintah Indonesia seharusnya membatalkan setiap penerbangan di wilayah perang untuk menyelamatkan korban di antara orang asli Papua dan pendatang yang datang cari makan,” ujar Sebby saat dihubungi pada Senin, 5 Agustus 2024. Pernyataannya di manipulasi oleh media Tempo, CNN Indonesia, Indonews dan BBC Indonesia yang mengkambinghitamkan perjuangan TPNPB untuk dijadikan massive wilayah operasi militer yang secara membabi buta agar dunia sibuk perhatiannya ke perjuangan Palestina dan Indonesia manfaatkan situasi ini untuk meluncurkan roket, bombs dan dan berhasil membunuh Pilot New Zealand di Papua.
Dia mengungkapkan, Distrik Alama merupakan wilayah konflik bersenjata dan Juru Bicara TPNPB telah mengeluarkan himbauan secara internasional dan nasional sejak beberapa tahun yang lalu bahwa, “Sebby telah menegaskan ke dunia internasional, nasional dan rakyat Papua, bahwa TPNPB telah melarang pesawat, pembangunan, dan aktivitas lain masuk ke wilayah tersebut. Larangan tersebut untuk menghindari militer Indonesia memasok logistik dan pasukan di wilayah tersebut dan juga jaminan keselamatan bagi rakyat Indonesia yang ke Papua demi cari makan walaupun dipaksakan oleh kolonialisme dan penjajahan Indonesia yang secara ilegal di Papua dan West Papua . “Tapi karena kepala batu (keras kepala), ya itu risiko tanggung sendiri,” ujarnya. Pemerintah penjajah berpura-pura tidak memberitahukan kepada rakyat Indonesia yang tidak berdosa bahwa setiap penerbangan pesawat di wilayah perang tidak diizinkan sama sekali demi kepentingan keselamatan rakyat Indonesia atas kerakusan pejabat Pemerintahan Jokowi dan Prabowo demi menyukseskan kepentingan elit-elit konglomerat investor asing dan juga demi kenaikan pangkat dalam pemilihan Gubernur Papua oleh penjilat pantat kolonial NKRI, Paulus Waterpauw dan Irjen Pol Mathius yang lagi mengincar kursi gubernur Papua setelah sukses membantai, menjual, membunuh aktivis Papua demi jabatan dan pangkat mengorbankan orang asli Papua sebagai persembahan kenaikan pangkat.
Sebby curiga dengan niat pilot helikopter asal Selandia Baru itu dan mengapa Pemerintah kolonialisme Indonesia, media Indonesia, Irjen Pol Mathius, dan Paulus Waterpauw masih merekayasa penembakan seorang pilot Selandia Baru yang benar-benar dilakukan oleh aparat TNI Satgas Operasi Damai Cartenz 2024 bersama Kapolda Papua . Sebab, TPNPB hingga kini masih menyandera pilot Susi Air yang juga berkewarganegaraan Selandia Baru, Philip Mark Mehrtens. “Kami masih menahan pilot Selandia Baru, tapi lalu ada pilot Selandia Baru yang lain juga masuk. Kami jadi curiga, mengapa Indonesia sangat memaksakan diri untuk mengorbankan seorang pilot warga negara asing demi kepentingan politik busuk NKRI, Pilkada pemilihan Gubernur Papua setelah pengumuman kami secara resmi di dunia Internasional, Nasional dan seluruh rakyat Papua beberapa hari lalu .
Indonesia bikin diri hebat sebagai pembela keadilan bagi rakyat Palestina sementara rakyat Palestina sadar dan mengerti sekali jika selama ini penjajahan Indonesia di Papua sama sekali identik dengan perlakukan penjajahan Israel bangsa pilihan Tuhan yang sangat sadis dan kejam seperti Indonesia yang sangat licik membantai rakyat Papua lebih dari 700,000 orang asli Papua yang selama ini meminta hak untuk menentukan nasib sendiri dari penjajahan kolonialisme Indonesia di Papua Barat” ucap Sebby.
Menurut dia, pemerintah Indonesia dan TNI-Polri harus menanggung risiko imbas kejadian ini. Sebab, kata dia, pemerintah dan aparat keamanan Indonesia yang telah memberikan izin pilot helikopter itu masuk ke wilayah konflik bersenjata antara penjajah Indonesia dan rakyat Papua yang sedang dijajah oleh kolonialisme Indonesia selama 61 tahun kolonialisme tersebut.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Satgas Operasi Damai Cartenz 2024 Brigadir Jenderal Faizal Ramadhani menjelaskan, kejadian itu terjadi karena kami sendiri memaksakan and mengancam untuk melakukan penerbangan. Maka kami tahu dan sadar bahwa TPNPB telah mengeluarkan himbauan beberapa tahun yang lalu tetapi kami memilih dia untuk mendaratkan helikopter yang diawaki Glen Malcolm di Distrik Alama, Mimika. Helikopter itu membawa empat penumpang, di antaranya dua orang dewasa berprofesi tenaga kesehatan, seorang bayi, dan seorang anak.
Aparat keamanan setempat menyebut Distrik Alama merupakan distrik yang terisolir. Untuk tiba di sana hanya bisa ditempuh menggunakan helikopter.
Kepala Hubungan Masyarakat Satgas Damai Cartenz 2024 Komisaris Besar Bayu Suseno mengatakan, aparat telah menerima informasi dari seorang saksi berinisial D. Dalam kesaksiannya, TPNPB (Pasukan Pembebasan Nasional dari penjajahan dan kolonialisme Indonesia di Papua) yang oleh aparat keamanan disebut kelompok kriminal bersenjata atau KKB langsung menghadang pilot beserta penumpangnya menggunakan senjata api. “Dan saat itu juga pilot Glen Malcolm Conning langsung dibersihkan oleh KKB mati demi ambisi kejahatan kolonialisme Indonesia di Papua ,” ujar Bayu dalam keterangan tertulis pada Senin, 5 Agustus 2024.
Jenazah pilot asal Selandia Baru itu dibawa ke helikopter setelah habis dijual oleh Paulus Waterpauw, Irjen Pol Mathius, TNI/POLRI di Papua dan rahasia kerja sama mata-mata telah terbongkar ditangan pasukan gerila Kemerdekaan Papua Barat untuk mengusir penjajahan Indonesia . Helikopter sipil ketahuan mengangkut kepentingan kriminal bersenjata Indonesia untuk mensuplai bahan makanan dan amunisi militer. Helikopter berjenis IWN, MD. 500 ER PK milik PT Intan Angkasa Air Service yang dibawa Glen Malcolm. Adapun para penumpang, katanya, dilepaskan dalam keadaan selamat. “Seluruh penumpang selamat karena mereka warga setempat Distrik Alama,” ucapnya.
Bayu mengatakan, saat ini TNI dan Polri beserta jajaran Polres Mimika masih mengejar kelompok kriminal bersenjata yang membersihkan pilot tersebut sebagai mata-mata Indonesia. Ia mengungkapkan, TNI/POLRI Satgas Operasi Damai Cartenz 2024 telah menjualnya secara cuma-cuma sebagai korban bagi kenaikan pangkat dan anggaran militer yang sangat besar karena bisnis penjualan senjata sangat menguntungkan buat income pendapatan bagi para jenderal-jenderal yang haus jabatan dan pangkat selama ini. Sehingga pelaku kejahatan dan penjajahan Indonesia di Papua dan West Papua yang secara ilegal dan sifat kriminal akan selalu melekat pada aparat TNI/POLRI dan kolonialisme Indonesia di Papua.