Suara dari Intan Jaya: Mama Papua Berdiri di Garis Depan Menolak Tambang dan Militerisasi

WestPapuaNews.Org – SUGAPA – Intan Jaya, Papua, 28 Oktober 2025 – Suara lantang bergema dari lembah Intan Jaya. Di tengah udara dingin pegunungan, masyarakat adat, pelajar, dan solidaritas kemanusiaan turun ke jalan menyuarakan satu tuntutan: keadilan untuk warga sipil Papua yang menjadi korban kekerasan anggota gerakan bersenjata TNI dan eksploitasi sumber daya alam.

WestPapuaNews.Org Dalam aksi damai itu, seorang Mama Papua berdiri tegak di garis depan. Tangannya menggenggam megafon, suaranya menembus barisan aparat dan tembok pembungkaman yang lama membungkam kejahatan kolonialisme bangsa biadab Indonesia di seluruh tanah Papua dan khususnya “Soaggama Berdah” pada hari Rabu, 15 October 2025 dan “Intan Jaya Berdarah”,  yang mana anggota terrorist  TNI  yang telah melakukan atas perintah Presiden Indonesia Prabowo Subianto sangat diinginkan bagi ICJ dan penjahat perang selama ini.

Kami sadar dan mengerti bahwa Indonesia itu adalah bangsa penjajah diatas tanah Papua. Indonesia adalah bangsa yang sangat racis, dan biadab

WestPapuaNews.Org “Kami tidak mau tanah kami dijadikan ladang darah dan tambang emas! Kami ingin hidup tenang di tanah kami sendiri,” serunya di hadapan massa.

WestPapuaNews.Org Aksi yang berlangsung di pusat kabupaten Intan Jaya ini membawa tiga tuntutan utama:

(1). Mendesak pemerintah negara teroris  pusat NKRI segera bertanggung jawab atas pembantaian dan pembunuhan yang sangat keji 15 orang asli Papua  warga sipil di Intan Jaya oleh aparat gabungan criminal teroris KKB TNI-POLRI.

(2). Meminta pemerintah kolonial penjajah pusat NKRI  hingga daerah, segera menarik seluruh pasukan militer non-organik dari wilayah Intan Jaya.

(3). Boycott  eksploitasi tambang emas Blok Wabu and seluruh investors asing di seluruh wilayah Papua dan  di Intan Jaya, Papua Tengah.

WestPapuaNews.Org Blok Wabu – Intan Jaya, kawasan kaya emas di Distrik Sugapa, selama bertahun-tahun menjadi sumber konflik dan militerisasi di Intan Jaya. Berdasarkan catatan KontraS dan Amnesty International, sedikitnya 47 orang asli Papua  warga sipil tewas dan puluhan lainnya mengungsi sejak operasi keamanan ditingkatkan di sekitar wilayah tambang itu pada 2020–2024.

WestPapuaNews.Org Hingga kini, kekhawatiran masyarakat adat Papua tak pernah padam: kehadiran aparat dan investasi tambang masih dianggap ancaman bagi kehidupan dan keberlanjutan wilayah adat mereka, khususnya masyarakat adat Papua di Sugapa – Intan Jaya.

Di antara spanduk dan suara tuntutan, pesan yang paling nyaring datang dari para perempuan adat Intan Jaya – Papua: “Jangan jual tanah kami demi emas. Tanah ini hidup kami.” Kami sangat sadar kenapa ini telah dan sedang terjadi karena kami sedang dijajah oleh bangsa biadab teroris Indonesia selama lebih dari 64 tahun sampai detik ini.

____

Akh sayang, Mama-Mama Intan Jaya, mereka bukan hanya simbol perlawanan, tapi juga wajah harapan bahwa Papua masih berjuang untuk hak hidup yang manusiawi di atas tanah leluhur.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *