Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

InternasionalTimur Tengah

‘Bangsa pilihan Tuhan’ Bom Gereja Ortodoks Santo Porphyrius berusia 1.598 tahun di Gaza

Penampakan Gereja Ortodoks Santo Porphyrius berusia 1.598 tahun di Gaza setelah dibombardir oleh ‘Bangsa pilihan Tuhan’ menggunakan Jet Tempur / INDIA TOMORTOW

JAKARTA, Westpapuanews.Org — Pasukan Pertahanan Israel [IDF] yang menyebut dirinya ‘Bangsa pilihan Tuhan’ mengebom Gereja Ortodoks Santo Porphyrius kuno di Gaza pada Kamis [19/10].

Gereja Ortodoks Yunani Santo Porphyrius  memiliki makna sejarah karena merupakan gereja tertua ketiga di dunia yang dibangun pada tahun 425 Masehi atau berusia 1.589 tahun ketika dibombardir oleh ‘Bangsa pilihan Tuhan’ menggunakan jet tempur.

Pada saat terjadi pemboman terhadap gereja kuno tersebut, ratusan warga Gaza telah mengungsi di tempat tersebut, karena menganggapnya sebagai tempat yang aman dari pemboman yang ditargetkan oleh Israel.

Gereja Yunani terletak dekat dengan Rumah Sakit Baptis Gaza, yang dibom beberapa hari yang lalu oleh Israel, yang mengakibatkan pembantaian ratusan warga sipil tak berdosa selama menjadi sasaran teror militer.

Tujuan utama pemboman Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza dan sekarang Gereja, yang berdiri berdekatan satu sama lain, tidak lain adalah untuk membantai warga Gaza yang tidak bersalah dan melakukan genosida terhadap warga Palestina.

Aksi terbaru berupa teror bom yang ditargetkan terhadap salah satu gereja tertua tidak boleh dilihat secara terpisah dan untungnya, kini aksi teror bom gereja yang kurang ajar ini telah mengungkap kebohongan PM Israel Netanyahu bahwa pemboman Rumah Sakit Baptist beberapa hari yang lalu bukanlah tindakan kejahatan Israel melainkan dari beberapa faksi militan Palestina yaitu Kelompok Jihad Islam yang telah mengebom Rumah Sakit Baptis Gaza.

Kebohongan Netanyahu yang kurang ajar yang didukung oleh Presiden AS Joe Biden selama kunjungannya ke Tel Aviv sangat bertentangan dengan postingan awal di X [sebelumnya Twitter] yang diposting oleh Hananya Naftali, asisten digital dekat PM Israel Benjamin Netanyahu bahwa “Angkatan Udara Israel  Pasukan menyerang markas teroris Hamas di dalam sebuah rumah sakit di Gaza,” namun postingan tersebut segera dihapus setelah Netanyahu melontarkan tuduhan terhadap warga Palestina yang melawan kelompok militan.

Berdasarkan hukum internasional, menargetkan tempat-tempat keagamaan dan rumah sakit pada saat konflik adalah kejahatan perang, tetapi kejahatan perang Israel di Gaza dan Tepi Barat tidak dianggap sebagai kejahatan perang  karena impunitas yang diperoleh ‘Bangsa pilihan Tuhan’ itu dari komunitas internasional terutama dari Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya yaitu Inggris Perancis dan Jerman. 

Sayangnya, Jepang, yang merupakan satu-satunya sasaran bom nuklir pada Perang Dunia Kedua, bersekutu dengan pelakunya dan mendukung agenda AS dalam menentang resolusi Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan de-eskalasi, gencatan senjata, dan penghentian penargetan penduduk sipil di Gaza.

Namun, sasaran dari kedua lokasi yang dibom tersebut adalah warga sipil termasuk anak-anak, wanita dan orang tua tak berdosa yang mengungsi ke tempat tersebut karena menganggapnya sebagai tempat yang aman.

Satu-satunya agenda Israel adalah menciptakan suasana teror dan memaksa orang-orang Palestina untuk pindah ke Gaza Selatan dan pada akhirnya menciptakan kondisi perpindahan massal warga Palestina ke gurun Sinai di negara tetangga Mesir.

Paksaan ini tidak hanya ditolak oleh semua faksi kepemimpinan Palestina [termasuk Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas] selain Hamas,  tetapi juga oleh Raja Yordania Abdullah II, Penguasa de facto Arab Saudi dan putra mahkota Mohammad bin Salman dan yang paling penting kepemimpinan gabungan Organisasi Negara-negara Islam telah menolak dengan tegas.

Ini adalah saat yang tepat untuk memahami dan menerima bahwa tidak hanya umat Islam tetapi seluruh warga Palestina, terlepas dari afiliasi agama mereka, menjadi sasaran negara Zionis Israel termasuk orang-orang Yahudi dan Kristen yang hidup rukun selama berabad-abad di Palestina sebelum aneksasi paksa atas tanah Palestina untuk mendirikan negara Zionis Israel di Asia Barat pada 1948. [W]

Diadaptasi dari tulisan Navaid Hamid di India Tomorrow

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *