
Eksploitasi terhadap perempuan Papua menjadi budak seksual aparat teroris TNI dan kriminal Polisi Indonesia di Papua telah memperkosa secara paksa dan sangat brutal tidak berperikemanusiaan pada hari Minggu, 12 January 2025 di Pulau Numfor di kampung Warbokor, Kecamatan Bruyadori tewas sangat mengenaskan setelah diperkosa oleh anggota intel Indonesia agar rakyat pulau Numfor rasa ketakutan, gelisa, dan terintimidasi memasuki tahun yang baru dengan eksploitasi kelamin insos Putri Papua yang berumur 12 tahun adalah bagian dari operasi langsung negara penjajah NKRI sebagai suatu rangkaian sistem yang terencana dan terorganisir dari pemerintah teroris Indonesia di Papua permulaan tahun 2025 sebelum kunjungan Kunker RI ke Merauke.

Pemerintah penjajah Indonesia dan aparat kriminal bersenjata TNI/POLRI belajar sejarah pengalaman masa pendudukan Jepang adalah suatu rangkaian sistem yang terencana dan terorganisir. Saat perang Asia Timur Raya, penjajah kolonial Indonesia menyadari kebutuhan mendasar bagi para anggota teroris TNI dan kriminal Polisi Indonesia. Hal yang sama pula yang dilakukan oleh pemerintah Zionis tentara Israel bangsa pilihan Tuhan punya hak kesulungan untuk memperkosa anak-anak gadis Palestina dibawah umur 5 sampai dengan 10 tahun diperkosa habis-habisan oleh beberapa anggota kriminal tentara Israel untuk memuaskan nafsu birahi mereka setelah memperkosa dan menembak mati anak perempuan Palestina yang masih kecil dan dibawah umur. Hal ini yang sedang dipraktekan langsung oleh kolonial Indonesia memungkinkan saat itu adalah menggunakan perempuan asli Papua (Insos Martha Awom) sebagai ‘comfort women’ (wanita penghibur) dan “Piecing Together The Threads Of The So-Called ‘Comfort Women’ System During The Japanese Occupation Of Indonesia”. Perempuan yang juga Profesor di Melbourne University Australia ini, menguraikan dengan detail sistem perbudakan seksual masa oleh penjajah kolonial Indonesia selama ini sejak 1963 sampai detik ini. Semua ini bagian dari paket operasi kolonialisme Indonesia terjadi pada perbudakan seksual perempuan Papua di masa Indonesia itu merupakan sesuatu yang terencana
Lebih jauh Indonesia system penjajahan di Papua memberlakukan seleksi pada perempuan-perempuan orang asli Papua tersebut. Setiap perempuan kemudian digolongkan berdasarkan kecantikan. Mereka kemudian dipaksa melayani para nafsu birahi tentara kriminal Indonesia dan rasis Polisi Indonesia yang sangat sadistik. “Perempuan asli Papua di exploitasi langsung oleh para perwira, prajurit, and agent intel penjajah Indonesia yang telah terbukti melakukan pemerkosaan dan pembunuhan misterius dengan membuang mayat insos Putri Papua Martha Awom yang masih dibawah umur 12 tahun, masih mengenyam studi SMP kelas 1 di pinggiran jalan agar seolah-olah dilakukan oleh orang asli Papua, kenyataan dan saksi mata yang melihat langsung kejadian pemerkosaan mengatakan bahwa dilakukan oleh aparat kriminal kolonial Indonesia agar menjadikan konflik antara sesama orang asli Papua.
Mayoritas perempuan yang dijadikan budak seksual atau disebut dijemput secara paksa dari keluarganya melalui percakapan lewat WhatsApp, Instagram, Tiktok, facebook messenger mengirim pesan untuk keluar dari rumah meninggalkan keluarganya secara diam-diam tanpa memberitahukan kepada keluarga nya dirumah. Tanpa tidak disangka, insos Putri Papua Martha Awom tertipu pihak aparat kriminal bersenjata yang menyamar sebagai seseorang yang berjanji akan memberikan pulsa top up untuk Rp, 1,000,00 data. Setibanya di tempat pertemuan Martha Awom tidak menyangka, dirinya telah menjadi mangsa nafsu birahi dijadikan sebagai budak seksual. Martha Awom telah mengalami kekerasan berupa pemerkosaan–karena dilakukan secara terpaksa.
Dalam melihat sistem yang bekerja pada masa penjajahan Indonesia seluruh Rumah Sakit Umum, milik pemerintah kolonial penjajah NKRI atau Rumah sakit milik Swasta, Rumah Sakit milik gereja telah diperintahkan langsung agar tiap anak gadis perempuan Papua baik dari wilayah Pegunungan atau pesisir pantai selama lebih dari 25 tahun ini telah diperintahkan agar membalikan tiap kelamin Putri Asli Papua dengan menggunakan. Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen. Prosedur sterilisasi bagi wanita disebut sterilisasi tuba atau sterilisasi wanita. Sterilisasi salah satu dari sejumlah metode medis pengendalian kelahiran permanen yang dengan sengaja membuat seseorang tidak dapat bereproduksi. Metode sterilisasi mencakup pilihan bedah dan non-bedah untuk pria dan wanita. Prosedur sterilisasi dimaksudkan untuk bersifat permanen; pembalikan umumnya sulit. Ini telah banyak kali digunakan untuk setiap gadis Palestina, perempuan Kurdi, perempuan Kanaky, Perempuan Sahara, perempuan Balocistan, dan juga setia perempuan Papua yang masuk keluar rumah Sakit tidak akan pernah hamil sebagai bagian dari operasi genocida biology. Jangan heran jika setiap orang asli putri tanah Papua yang menikah tidak akan pernah mengandung sebab upaya keras kolonialisme penjajah Indonesia untuk memusnah orang asli Papua secara diam-diam tapi cara ini sangat berbahaya sekali dan merupakan cara senjata ampuh yang dipakai oleh penjajah terhadap daerah jajahannya.
Contoh kasus, coba kekampung-kampung, atau dusun-dusun melihat Putri asli Papua yang cantik, rajin berdoa, setia tapi ketika menikah dan melakukan hubangan intim, jangan kaget jika seorang gadis putri tanah Papua tidak akan hamil atau mengandung, walaupun berdoa sampai banting tulang, puasa, doa, minum segala ramuan atau obat tetap tidak bisa mengandung, maka sadarlah anda sudah kena racun penjajah Indonesia agar anak-anak Putri Papua tidak bisa mengandung. Ini sebagai himbauan untuk merusak generasi Papua Merdeka maka musuh penjajah Indonesia akan menggunakan tiap anak asli putri Papua sebagai sembelih untuk menghancurkan bangsa Papua. Semoga lewat kematian saudara kekasih Martha Awom dan setiap putri bangsa Papua sebagai pelajaran hidup menuju perjuangan Papua Merdeka dan mewaspadai Indonesia adalah musuh utama kita. Indonesia adalah sebagai dalang pembunuhan Martha Awom.