DEN HAAG, BELANDA, Pujatvaceh.com — Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang Ke-78, biasanya berlangsung secara hikmat baik di dalam negeri maupun di luar negeri, tapi kali ini sekitar 30 aktivis yang tergabung dari aktivis Aceh, Papua, dan Maluku menggelar aksi demonstrasi damai di depan sekolah Indonesia di wilayah Wassenaar, Kota Den Haag, Belanda, kemarin, Kamis, 17 Agustus.
Mereka sengaja memilih momen tahunan perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia untuk menyelenggarakan demonstrasi ini, tepat sebelum tamu undangan, diplomat, dan staf KBRI berkumpul, yang pada tahun ini diadakan di depan gedung sekolah Indonesia di Belanda.
Aksi damai ini merupakan hasil kerjasama antara aktivis ASNLF dari Aceh, aktivis Papua merdeka dan Maluku merdeka. Demontrasi diisi orasi dari aktivis perwakilan Maluku, Papua, dan Aceh. Masing-masing mereka memberikan informasi mengenai perkembangan terbaru di kampung halaman mereka masing-masing, demontrasi berlangsung damai dan di kawal ketat oleh pihak kepolisian dari Belanda.
Perwakilan dari Aceh merdeka diwakili oleh aktivis dari Aceh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF) yang berbasis di Denmark, sedangkan perwakilan dari Papua dan Maluku merdeka masing-masing berasal dari warga negara Belanda yang memiliki keturunan Maluku dan Papua.
Menurut Nasir Usman, seorang aktivis dari ASNLF yang mewakili Denmark, tema yang diangkat dalam demonstrasi ini adalah tentang sistem pemerintahan Indonesia yang terkesan sentralistik. Oleh karena itu, momen 17 Agustus dianggap bukan milik Aceh, Papua, dan Maluku, melainkan lebih kepada identitas Indonesia yang lebih mementingkan daerah dekat kekuasaan khususnya pulau Jawa.
“Kami bangsa Aceh, bangsa Papua dan bangsa Maluku berdiri sama di depan rumah sekolah Indonesia, tetap memperjuangkan hak kami sampai kami lepas, 17 Agustus bukan milik bangsa Aceh, 17 Agustus bukan milik bangsa Maluku, 17 Agustus bukan milik bangsa Papua, dan 17 Agustus bukan milik bangsa-bangsa lain luar pulau Jawa” kata Nasir Usman, Aktivis ASNLF Dari Denmark.■