Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

Artikel

Apa artinya kancing baju lengan kanan Presiden RI Ir Joko Widodo dan sepatu kiri Lilly Indriani S Wenda terlepas?

Click here to display content from YouTube.
Learn more in YouTube’s privacy policy.

Sepatu kiri Lilly Wenda asal Provinsi Papua Pegunungan, pembawa baki bendera Merah Putih saat HUT RI ke-78 di Istana Merdeka Jakarta copot/lepas di depan Presiden Joko Widodo. Kejadian aneh dan pertama kali dalam sejarah HUT RI di Istana Merdeka. @Youtube Sekretariat Presiden

Ada yang akan hilang atau lepas dari Indonesia. Kita semua tunggu waktu TUHAN. Karena TUHAN sudah berbicara kepada kita melalui hukum alam. Hukum alam tidak pernah berbohong. Hukum alam selalu abadi

Oleh : Gembala Dr. Ambirek G. Socratez Yoman*)

”Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak” (Lukas 19:40).

Banyak orang menafsirkan dengan berbagai penafsiran apa yang terjadi pada peringatan 17 Agustus 2023 di Istana Merdeka Jakarta.

TETAPI, ada orang yang berfikir dan menilai bahwa itu hanya persoalan biasa-biasa saja atau human error, bahkan ada yang tidak terlalu pusing dengan peristiwa hukum alam itu.

Dalam keyakinan orang-orang suku Lani, Papua Barat, Melanesia, sejak leluhur, turun-temurun, TUHAN Allah berkomunikasi dengan manusia dengan tanda-tanda alam.

Orang Lani, bangsa Papua Barat, Bangsa Melanesia juga mempunyai keyakinan bahwa alam ini mempunyai mata yang selalu melihat dan menyaksikan gerak gerik dan perilaku manusia.

Selalu ada tanda-tanda hukum alam untuk kebaikan, keselamatan atau sebaliknya tanda-tanda bahaya dan musibah.

Apa yang diperlihatkan itu selalu tergenapi atau terjadi sesuai dengan tanda-tanda hukum alam itu.

Ada contoh-contoh dari suku Lani, suku saya dan sukunya Nona Lilly Indriani Wenda sepatu kirinya terlepas.

Pada saat pemimpin berbicara dan pada saat yang sama seekor burung bersuara, itu tanda bahwa pemimpin itu tidak boleh melanjutkan pembicaraan, dia harus berhenti. Kalau dilanjutkan, maka pembicaraan itu akan memicu kemarahan dan keributan dan bisa menimbulkan perang.

Pada saat ibu-ibu menggali ubi dari kebun dan ubi yang digali itu dikulit kelihatannya baik, setelah dibakar atau dimasak, ubi itu di dalamnya sudah rusak dan tidak bisa dimakan, maka diartikan ada keluarga yang akan meninggal. Dan peristiwa itu benar-benar tergenapi.

Pada saat orang Lani membuka bakar batu masakan ubi, sayur dan daging dari kolam bakar batu, kalau ada ubi, sayur dan bagian tertentu dari daging babi mentah dan masih berdarah, berarti ada masalah besar akan timbul dalam waktu tidak lama.

Apa yang ditunjukkan melalu tanda dari bakar batu itu tergenapi, bahwa ada keluarga yang meninggal, ada keluarga yang dibunuh, ada perang yang terjadi dalam kampung itu.

Ada pula tanda-tanda alam yang baik yang selalu dinyatakan melalu kebun, ternak, dan juga melalui anak-anak, bahkan melalui orang-orang khusus.

Saudara-saudara yang membaca penafsiran saya ini, apakah Anda percaya atau tidak percaya, Anda akui atau tidak akui, Anda suka atau tidak suka, Anda senang atau tidak senang, “ada yang akan hilang atau lepas dari Indonesia. Kita semua tunggu waktu TUHAN. Karena TUHAN sudah berbicara kepada kita melalui hukum alam. Hukum alam tidak pernah berbohong. Hukum alam selalu abadi”.

Para pembaca yang mulia dan terhormat, bagi orang beriman, terdidik dan berilmu dan ada hati nurani, pasti melihat dan menyadari tanda-tanda alam yang terjadi pada HUT RI ke-78 pada 17 Agustus 2023 di Istana Merdeka Jakarta.

Dalam konteks persoalan konflik kronis di Papua Barat, bagi orang Kristen tahu, mengerti dan beriman bahwa ada tertulis dalam Kitab Suci, Alkitab. Dalam Firman Tuhan ada tertulis perumpamaan tentang seorang menabur benih atau menanam bibit.

Perumpamaan ini dalam konteks rohani, tapi saya berusaha tempatkan dalam konteks realitas sekarang di Tanah Papua Barat.

Perumpamaan ini secara paralel ditulis dalam tiga Injil, yaitu Matius 13:1-8, Markus 4:1-20, Lukas 8:4-15.

  1. Benih/bibit jatuh dipinggir jalan

“Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh dipinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis”.

  1. Benih/bibit yang jatuh di batu-batu

“Sebagian jatuh di tanah yang batu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar”.

  1. Benih/bibit yang jatuh disemak duri

“Sebagian lagi jatuh disemak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati”.

  1. Benih/bibit yang jatuh di tanah yang baik

“Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat”.

Yang dimaksud dengan benih atau bibit yang jatuh di pinggir jalan, dibatu-batu, disemak duri dalam konteks realitas di Tanah Papua Barat dua pokok:

Pertama, ideologi Pancasila, UUD 1945, 17 Agustus 1945, bendera merah putih, lagu Indonesia Raya, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan simbol-simbol Indonesia itu dinilai palsu bagi rakyat dan bangsa Papua Barat.

Kedua, semua kepalsuan itu dipertahankan dengan kekejaman, kejahatan, kekerasan, pelanggaran HAM berat, rasisme, ketidakadilan, genosida, ekosida, kapitalisme, militerisme, diskriminasi, kolonialisme, neo imperaliame, kebohongan, komunikasi politik yang rusak dan buruk dari Presiden Republik Indonesia pada 7 Juli 2023 yang mengatakan di Papua Barat 99% aman dan tidak ada masalah, kriminalisasi dan politisasi pejabat, dan
pencitraan.

Semua ini dilukiskan sebagai luka membusuk dan bernanah di tubuh bangsa Indonesia oleh Prof. Franz Magnis dan Pastor Frans Lieshout,OFM.

Luka membusuk dan bernanah itu dirumuskan dengan premis 4 pokok akar masalah Papua. Pemerintah Republik Indonesia gagal menyelesaikan 4 akar persoalan Papua yang dirumuskan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang tertuang dalam buku Papua Road Map: Negociating the Past, Improving the Present and Securing the Future (2008), yaitu:

1) Sejarah dan status politik integrasi Papua ke Indonesia;

(2) Kekerasan Negara dan pelanggaran berat HAM sejak 1965 yang belum ada penyelesaian;

(3) Diskriminasi dan marjinalisasi orang asli Papua di Tanah sendiri;

(4) Kegagalan pembangunan meliputi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat Papua.

Tuhan Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak” (Lukas 19:40).

TUHAN tunjukkan, kalau penguasa Indonesia diam dan membelokkan atau menggampangkan persoalan ketidakadilan, rasisme, kekerasan negara, pelanggaran HAM berat, genocide, marginalisasi rakyat dan bangsa Papua Barat, maka TUHAN berbicara melalui hukum alam.■


*) Penulis adalah :

  1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua;
  2. Pendiri, Pengurus dan Anggota Dewan Gereja Papua Barat (WPCC)
  3. Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC)
  4. Anggota Aliansi Baptis Dunia (BWA).

Kontak: 08124888458 & 08128888712

One thought on “Apa artinya kancing baju lengan kanan Presiden RI Ir Joko Widodo dan sepatu kiri Lilly Indriani S Wenda terlepas?

  • Arti dari pada sepatu Lily Wenda yang sebelah kaki kiri atau kanan lepas itu bahwa, biar bagimana pun, kapan pun, west Papua akan lepas, sepeti sepatu Lily wenda yang lepas.

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *