TNI Aktor Utama Menembak Mati Pilot Glen Malcolm Conning

Fakta: Melihat Spiral Kekerasan Dan Kejahatan di Papua Barat Harus Utuh


SIAPA DAN MOTIF APA PILOT GLEN MALCOLM CONNING,  RICK SPIER,  EDWIN BURGON, PIEPER DIETMAR HELMUT, GRAEME THOMAS WALL,  BRIGJEN TNI I GUSTI PUTU DANNY KARYA NUGRAHA, MICHELLE KURISI DOGA DITEMBAK?

“Semua korban ini pelakunya bukan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Tuduhan tanpa bukti  kepada TPNPB itu adalah prematur karena belum pernah ada investigasi independen kredibel yang melibatkan komunitas internasional”.


Oleh Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman


A. Pendahuluan

PREMIS dan ASUMSI-nya ialah spiral kekerasan Negara yang bermotif ekonomi, politik dan keamanan ini  harus dilihat secara utuh dan tidak parsial. Saya mempunyai catatan penting tentang beberapa peristiwa kejahatan kemanusiaan  yang berjalan telanjang di Tanah Papua Barat.

Saya berusaha untuk memberikan gambaran yang utuh tentang kekerasan negara dengan  ‘by design’ dan ada yang memegang ‘remote control’ untuk tujuan ekonomi, politik dan keamanan yang langgeng dan permanen di Tanah Papua Barat.

Tulisan ini bertujuan untuk menyalakan cahaya ‘lilin’ kecil untuk melihat lingkaran Kerajaan Iblis dan Setan atau ‘invisible hands’ yang selalu korbankan rakyat sipil yang tidak bersalah dan pelakunya dituduhkan kepada Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).

Untuk membuka tabir kegelapan ini, saya menulis artikel ini dengan  menderetkan atau menyusun nama-nama korban dalam tulisan ini sebagai judul tulisan.  Siapa dan motif apa kejahatan kemanusiaan terhadap orang-orang tidak bersalah ini?

Siapa yang menembak mati Pilot Glen Malcolm Conning warga Negara Selandia Baru pada 5 Agustus 2024 di distrik Alama, Mimika, Papua Barat?

Dalam menananggapi kejahatan kemanusiaan ini, saya mempunyai sasaran pembaca untuk mencoba membuka mata para pembaca dari:  (1)  Papua Barat; (2) Indonesia dan (3)  komunitas internasional agar para pembaca melihat kekerasan Negara secara utuh berdasarkan analisa kritis tentang apa yang terjadi di Tanah Papua Barat.

Kekerasan dan kejajatan kemanusiaan seperti ini bukan hal baru, tetapi kejahatan ini peristiwa yang betulang-ulang, karena wilayah Papua Barat dikelola oleh bangsa kolonial firaun Indonesia sebagai wilayah konflik dan pasar kekerasan negara, terutama militer.

A.C. Manulang pengamat Intelijen, mantan Direktur Badan Koordinator Intelijen Negara(BAKIN) pernah mengatakan:

“Bukan tidak mungkin dan jarang terjadi jika berbagai kerusuhan di berbagai daerah terlepas dari aktor intelektual dari Jakarta. ….Ini tidak terlepas dari kepentingan elit di Jakarta”. (Sumber: Indopos, 04 November 2012).

Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B.  Ponto mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (KABAIS) TNI sejak tahun 1996-2014 dan Laksamana Muda TNI (Purn) Iskandar Sitompul melalui saluran Iskandar Sitompul Publika-Poscast membongkar aib, borok, kebusukan dan rahasia operasi militer dan mitos, stigma dan label yang diproduksi militer Indonesia di Papua Barat.

Laksamana Muda (TNI) Soleman B. Ponto mengatakan:

“Kita (TNI) yang memberi nama KKB, KSB. Sekarang ini, suka-suka memberi nama..”

Laksamana Muda TNI (Purn) Iskandar Sitompul mengatakan:

“Seperti dulu, kami kasih nama GPK. Saya masih ingat di kepala saya sampai sekarang.”

Dari komentar A.C. Manulang, Soleman B. Ponto dan Iskandar Sitompul dapat ditarik kesimpulan tentang siapa yang sesungguhnya mempunyai kepentingan di Tanah Papua Barat. Dengan kata lain, komentar ini dapat memberikan gambaran jelas para pelaku kejahatan kemanusiaan di Papua Barat.

*****

B. Nama-Nama Korban

Ada beberapa korban, tetapi yang jelas dan pasti pelakunya bukan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), yaitu:


(1) Pilot Glen Malcoln Conning

Peristiwa terbaru terjadi pada 5 Agustus 2024 di Belama, Mimika, Papua Barat,
Pilot Glen Malcoln Conning ditembak mati dalam helikopter. Pelakunya dituduhkan kepada Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), tetapi perlu tim independen kredibel yang harus melakukan investigasi untuk memastikan siapa pelaku penembakan pilot Glen.

“Satgas Damai Cartenz Pastikan Pilot Mr Glen Conning Conning ditembak mati. Jenazah pilot asal Selandia Baru itu dibawa ke helikopter dan dibakar”.

Fakta di lapangan pilot ditembak di dalam helikopter dan mati di kursinya. Pilot Glen dan Helikopter tidak dibakar.

*****

(2) Rick Spier dan Edwin  Burgon

Tanggal 31 Agustus 2002, adalah tanggal yang paling penting karena pada hari itu beberapa orang bersenjata menyerang secara tiba-tiba sekelompok guru yang bekerja pada Freeport Indonesia di lokasi dekat tambang. Tiga orang terbunuh, dua orang warga negara Amerika Serikat: Rick Spier dan Edwin Burgon, dan seorang warga negara Indonesia: Bambang Riswanto serta 11 orang lainnya luka-luka.

Pertanyaan tentang siapa yang merencanakan dan melakukan serangan tersebut telah mempengaruhi hubungan diplomasi AS-Indonesia dan membuat kontroversi panjang mengenai hubungan antara Freeport dan aparat keamanan Indonesia. Para pengamat melihat bahwa orang-orang bersenjata tersebut mampu melakukan penyerangan walaupun lokasinya dekat dengan dua pos TNI. TNI menuduh kelompok OPM. Namun Lembaga Studi dan Advokasi HAM (ELSHAM) menuduh TNI berada di belakang serangan.

Laporan awal berisi penyelidikan Kepolisian Indonesia tentang serangan tersebut bocor ke media dalam bentuk naskah. Dokumen ini, semenjak masuk catatan ke Kongres AS, telah menjadi sumber kontroversi abadi, karena dalam laporan tersebut dinyatakan: Ada kemungkinan kuat bahwa kasus Tembagapura pada 31 Desember 2002 dilakukan oleh TNI.

Kapolda Papua, I Made Pastika ( waktu itu), kemudian untuk memimpin penyelidikan Bom Bali Oktober 2002 yang kemudian sukses. Wakilnya yang di depan umum telah menuduh TNI sebagai selaku penyerangan, dipindahkan bertugas dibelakang meja di Jakarta.

Tetapi serangkaian artikel media internasional melaporkan bahwa pejabat AS mencurigai TNI terlibat dalam penyerangan. Pada bulan November 2002, seorang sumber yang dekat dengan kedutaan AS di Jakarta mengatakan kepada surat kabar Australia, Sydney Morning Herald, bahwa pejabat AS tahu bahwa pembunuhan dua warga negara Amerika oleh Kopassus, tetapi mereka hanya diamkan saja informasi itu, karena akan merugikan kepentingan yang lebih besar.

Pada Januari 2003, reporter harian New York Times melaporkan, bahwa seorang pejabat administrasi AS mengatakan: “Tidak ada keraguan bahwa ada keterlibatan TNI. Tidak ada keraguan serangan itu telah direncanakan sebelumnya. Tulisan ini juga mengutip seorang analis intelijen dari Barat, yang mengatakan bahwa ia percaya motif serangan tersebut adalah pemerasan murni.

Global witness mempelajari ada serangkaian pembayaran yang terjadi antara bulan Mei 2001 dan Maret 2003, dengan jumlah total sebesar 27.705 dollar AS. Pembayaran senilai 47.568 dollar AS di bulan Mei 2001, dijelaskan oleh Freeport Indonesia untuk pembangunan rumah sakit TNI di Jayapura; Pembayaran senilai 64.655 dollar AS di bulan Mei 2002, dijelaskan untuk sebuah proyek militer. Pembayaran senilai 10.000 dollar AS di bulan Juli 2002, dijelaskan untuk perayaan ulang tahun Kodam XVII Trikora; Pembayaran bulanan senilai 57.000 dollar AS total antara bulan Juni 2001 dan Maret 2003. Pembayaran bulan Januari hingga Maret 2003 disebutkan sebagai biaya administrasi. Pembayaran bulanan yang lain sebagai uang makan.”

Dari uraian artikel pendek ini tentang pembunuhan Rick Spier dan Edwin  Burgon pada tanggal 31 Agustus 2002
dapat memberikan gambaran dengan terang dan jelas, bahwa TNI mempunyai kepentingan secara ekonomis lebih besar. Karena itu, penembakan yang dilakukan pada 31 Maret 2020 di Kuala Kencana yang menewaskan alm Graeme Thomas Wall bukan TPN-OPM.

Secara logika daerah Kuala Kencana merupakan tingkat pengamanan super ketat dan prioritas utama perhatian dari seluruh kekuatan aparat keamanan Indonesia. Dengan pengamanan ketat itu, TPN-OPM yang serba kekurangan dan tidak terlatih itu tidak mungkin dan juga tidak layak menyentuh wilayah itu.

*****

(3) Pieper Dietmar Helmut

Pieper Dietmar Helmut (55) warga negara Jerman ditembak di Pantai Base G pada 29 Mei 2012. Pelakunya tidak diungkap tapi hanya disebut Orang Tak Dikenal (OTK) yang menembak Pieper.

*****

(4) Graeme Thomas Wall

Peristiwa penembakan di Kuala Kencana pada 30 Maret 2020 yang menewaskan Graeme Thomas Wall kebangsaan Selandia Baru dan melukai beberapa orang bukan peristiwa baru pertama kami. Kekerasan kejahatan kemanusiaan ini sebagai peristiwa pengulangan seperti yang terjadi banyak kasus serupa sebelumnya. Kehadiran Freeport di gunung emas ini sebagai simbol kekerasan, kejahatan, dan tragedi kemanusiaan. Yang menjadi korbannya ialah pemilik tanah, rakyat sipil, dan karyawan Freeport dan juga aparat keamanan yang bertugas di Tembagapura..

SAYANG SEKALI, dalam dinamika spiral kekerasan seperti ini, sudah lama rakyat Papua, Indonesia dan komunitas global menjadi korban kejahatan kebohongan dengan mendapat informasi dari media yang dikontrol penguasa Indonesia yang berkultur militer. Ada kejahatan konspirasi ekonomi dan politik yang menggunakan kekerasan keamanan di areal pertambangan emas di Mimika, Tembagapura khususnya, dan di seluruh West Papua dari Sorong hingga Merauke pada umumnya.

Dari uraian artikel pendek tentang pembunuhan Rick Spier dan Edwin  Burgon pada tanggal 31 Agustus 2002 pada point 1 tadi dapat memberikan gambaran dengan terang dan jelas, bahwa TNI mempunyai kepentingan secara ekonomis lebih besar. Karena itu, penembakan yang dilakukan pada 31 Maret 2020 di Kuala Kencana yang menewaskan alm Graeme Thomas Wall bukan Tentara Pembebasan Pembebasan Nasiona Papua Barat (TPNPB).

Secara logika daerah Kuala Kencana merupakan tingkat pengamanan super ketat dan prioritas utama perhatian dari seluruh kekuatan aparat keamanan Indonesia. Dengan pengamanan ketat itu, TPN-OPM yang serba kekurangan dan tidak terlatih itu tidak mungkin dan juga tidak layak menyentuh wilayah itu.

Tentang penembakan Graeme Thomas Wall, pada 2 April 2020, saya tulis artikel berjudul: “PENEMBAKAN GRAEME THOMAS WALL BUKAN TPN-OPM TETAPI TNI DAN POLRI MEREBUT PIRING (DOLLAR) DI FREEPORT”.

“Perlu disadari bahwa sejak dulu wilayah West Papua dari Sorong-Merauke dikelola sebagai wilayah konflik dan pasar kekerasan militer untuk kepentingan ekonomi para jenderal dan pemilik modal di Jakarta”.

Artikel ini menyulut kemarahan Pangdam XVII Cenderawasih dan Kapolda Papua, dan saya dipanggil untuk diberikan penjelasan. Waktu itu para Perwira dari TNI dan Kepolisian hadir di Polda Papua.

Aloysius Renwarin, SH., Penasihat Hukum Dewan Gereja Papua (WPCC) hadir dan menghadapi para perwira TNI dan Kepolisian.

Motifnya ialah  kepentingan ekonomi dan politik bangsa kolonial Firaun modern Indonesia.

*****

(5) Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha

Pada 25 April 2021 di Beoga, Puncak,  Papua Barat, Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha ditembak mati. Pemerintah mengatakan TPNPB adalah pelakunya.

Berkaitan dengan kematian Jenderal Gusti, saya pernah mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

Siapa yang menembak  mati  Kepala BIN daerah Papua, Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha di Ilaga pada 25 April 2021?”

Penembakan Kepala BIN daerah Papua, Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha ini sebenarnya bukan TPNPB. Kalau pelaku TPNPB atau pejuang Papua Barat merdeka, mengapa pasukan TNI di pos-pos selalu aman-aman saja?

(6) Michelle Kurisi Doga

Pada 29 Agustus 2023 ibu Michelle Kurisi Doga ditemukan mayatnya di distrik Kimbim/Assologaima, Wamena, Jayawijaya, Papua Barat. Pelaku yang dituduhkan ialah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), tapi belakangan terbukti pelakunya bukan pihak TPNPB.

Saya menulis untuk pembelaan, proteksi dan advokasi untuk martabat, kehormatan rakyat dan bangsa Papua Barat dengan topik:

“Fakta: Ada yang aneh:  SIAPA YANG MEMBUNUH IBU MIRCHELLA KURISI DOGA?

KARENA, dalam budaya suku orang-orang Pegununhan dan  bangsa Papua Barat pada umumnya tidak pernah membunuh perempuan dalam perang atau dalam waktu kehidupan normal.

******

(6)  31  warga sipil mati dibunuh di Nduga pada 2 Desember 2018.

Pembunuhan warga sipil pekerja PT Istaka Karya di Kali Yigi-Kali Arurak,Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua Barat pada 2 Desember 2018 adalah masih kabur, siapa sesungguhnya yang melakukan kejahatan dan kekejian ini.

Jumlah korban simpang siur dan tidak pasti. Ada yang katakan 31 orang,  28 orang, 24 orang,19 orang, ada 20 orang dan ada 16 orang.

News.detik.com pada 4 Desember 2018 melaporkan 31 orang ditembak mati. Nasional.tempo.com pada 4 Desember 2018 melaporkan ada 24 orang ditembak mati.  Regional.kompas.com pada 5 Desember 2018 melaporkan 19 orang ditembak mati. Bali.antaranews. com pada 7 Desember 2018 melaporkan 16 orang ditembak mati.

Ada sebanyak 28 orang korban:
(1) Mathius Sampe (25) asal Toraja;
(2) Ayub, asal Toraja; (3) Jeprianto (25) asal Toraja;  (4) Jimmy Aritonang, asal Sumatra Utara; (5) Jonny Arung (45) asal Sulawesi Selatan; (6) Matius Palinggih (53), asal Tiraja;  (7) Tarkih, asal Papua; (8) Efrendi Hutagalong (27), asal Sumatra Utara;  (9) Rikki Cardo Simanjuntak, asal Sumatra Utama.
(10) Anugerah (17), asal Toraja;
(11) Alipanus alias Nano (27), asal Toraja;  (12) Agustinus T (35), asal Toraja;  (13) Dino Kondo, asal Toraja;
(14) Carly  Xatrino alias Calung (25), asal Toraja;  (15) Daniel Karre alias Dani, asal Toraja; (16) Markus Allo, asal Toraja;
(17) Aris Usi, asal Toraja;  (18) Yusran, asal Toraja;  ,(19) Yousafat, asal Toraja;
(20) Petrus Ramli, asal Toraja;  (21) Simon Tandi, asal Kalimantan Timur;
(22) Samuel Pakiding, asal Kalimatan Timur;  (23) Muh Agus (25), asal Goa;
(24) Fais Shahputra, asal Makassar;
(25) M. Ali Akbar, asal Makasar;
(26) Hardi Ali, asal Makasar;  (27) Emanuel Beli Naiekteas Bano, asal NTT; dan  (28) Jepri Simare-Mare, asal Tebing Tinggi.

Ada juga berita lain identitas 24 pekerja jalan karyawan PT Istaka Karya, yang diduga dibunuh.

1. Jhony Arung; 2. Anugrah; 3. Alrpianus;
4. Muh. Agus; 5. Aguatinus T; 6. Martinus Sampe; 7. Dirlo; 8. Matius;
9. Emanuel; 10. Calling; 11. Dani; 12. Tariki; 13. Markus Allo; 14. Aris Usi; 15. Muh. Faiz; 16. Yusran; 17. Ayub; 18. Yosafat; 19. M.Ali Akbar; 20. Petrus Ramli; 21. Hardi Ali; 22. Efrandi Hutagaol; 23. Rikki Simanjuntak; dan
24. Marg Mare.

Reaksi negara sangat keras dari Pemerintah Indonesia  terhadap dibunuhnya orang-orang ini. 

1. Ir. Joko Widodo mengeluarkan perintah Operasi Militer pada 5 Desember 2018 sebagai berikut:

“Tangkap seluruh pelaku penembakan di Papua. Tumpas hingga akar.” (Detiknews, 5/12/2018).

2. Wakil Presiden (mantan) Haji Jusuf Kalla mendukung operasi militer di Papua, sebagai berikut:

“Kasus ini, ya, polisi dan TNI operasi besar-besaran…” (Tribunnews.com, 6/12/2018).

3. Ketua MRP RI Bambang Soesatyo mendukung operasi militer di Papua sebagai berikut;

“…MPR usul pemerintah tetapkan operasi militer selain perang di Papua”
(Kompas.com, 13/12/2018).

4. Wiranto (Mantan Menkopolhukam) mendukung operasi militer di Papua, sebagai berikut:

“Soal KKB di Nduga Papua, kita habisi mereka” (Kompas.com, 12/12/2018).

Tidak heran, militer dan kepolisian Indonesia diberikan legitimasi Negara untuk operasi militer di Papua dan untuk orang-orang di Papua dikagegorikan sebagai teroris. Karena label teroris, maka mutilasi dan penyiksaan dan pembunuhan POAP dianggap sah, tidak berdosa, tidak bersalah dan pelaku kejahatan dilindungi, ada impunitas dan dihargai sebagai pahlawan.

Pendekatan kekerasan militer tidak pernah berubah dan tidak  menyelesaikan akar konflik Papua Barat dan kekerasan militer itu memperpanjang penderitaan dipihak Penduduk orang asli Papua sampai sekarang ini. Karena militer adalah sumber dan penyebab kekerasan dan kejahatan kemanusiaan di Papua Barat.

*****

C. Siapa dan Motif Kejahatan di Tanah Papua Barat?

(1)  Siapa pelaku seluruh kejahatan kemanusiaan dan lebih khusus pembunuhan Pilot Glen Malcolm Conning warga Negara Selandia Baru pada 5 Agustus 2024 di distrik Alama, Mimika, Papua Barat?

Sejauh belum ada investigasi independen yang kredibel dan melibatkan komunitas internasional untuk investigasi pembunuhan
Pilot Glen Malcolm Conning warga Negara Selandia Baru pada 5 Agustus 2024 di distrik Alama, Mimika, Papua Barat, maka semua tuduhan negara dan aparat keamanan TNI dan Kepolisian Republik Indonesia kepada Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat adalah  tidak benar dan tidak dapat dipercaya.

Kalau pembunuhan Rick Spier dan Edwin Burgon pada tanggal 31 Agustus 2002 di Tembagapura adalah Kopassus yang sudah diselidiki oleh FBI.

Tetapi penembakan terhadap Pieper Dietmar Helmut, Graeme Thomas Wall, Brigadir TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha  dan Ibu Michelle Kurisi Doga belum jelas sampai sekarang. Apakah penembakan terhadap orang-orang ini adalah TPNPB?  Jawabannya: Bukan. Perlu ada investigasi independen yang kredibel dan melihatkan komunitas internasional untuk mengungkapkan pelaku kejahatan yang sebenarnya.

(2) Apa Motif Kejahatan di Papua Barat?

Ada tiga motif kekerasan dan kehajatan di Tanah Papua Barat, yaitu, motif ekonomi, politik dan keamanan.

(1) Motif ekonomi ialah konflik harus diciptakan di wilayah-wilayah tertentu yang berpotensi ada tambang emas, tembaga, gas, uranium. Penduduk setempat harus diusir dari Tanah leluhur mereka dan wilayah itu harus dikosongkan dengan alasan daerah itu sudah tidak aman bagi penduduk asli karena ada pengejaran para pelaku pembunuhan.

Aparat keamanan, terutama TNI memproklamirkan diri bahwa proyek-proyek pembangunan infrastruktur di wilayah-wilayah konflik harus dilaksanakan oleh TNI. Contohnya, kasus pada 2 Desember 2018 di Nduga dimana ada banyak orang yang terbunuh dan jumlahnya simpang-siur. Dengan alasan keamanan kontraktor sipil tidak bisa melaksanakan pembangunan infrastruktur.

Konflik diciptakan dan penduduk asli sebagai pemilik tanah diusir dengan alasan daerah tidak nyaman, maka militer membangun pos-pos pengendalian keamanan untuk memuluskan investor-investor masuk untuk merampok sumber daya alam dibawah sayap militer dan moncong senjata.

(2) Motif politik  ialah Negara melalui kekuatan aparat keamanan Indonesia melakukan berbagai bentuk kekerasan di Tanah Papua Barat dengan beberapa tujuan:

(1)  Untuk bahan kampanye di PBB dan komunitas internasional dengan mendiskreditkan, mengkriminalkan, dan meradikalisasi  serta mereduksi kekuatan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), dan Komite Nasional Papua Barat (KNPB).

(2). Motif politik yang paling nyata ialah penembakan Kepala BIN daerah Papua, 
Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha di Ilaga pada 25 April 2021 untuk menghindari dari tekanan kuat PBB tentang persoalan Papua Barat. Penguasa Indonesia mencari simpati dan dukungan internasional dengan melabelkan bangsa Papua Barat adalah teoris. Mahfud MD melabelkan dan menempatkan POAP dengan label teroris.  Mahfud MD pada 29 April 2021, sebagai berikut:

“Pemerintah menganggap bahwa organisasi dan orang-orang di Papua yang melakukan kekerasan masif dikategorikan sebagai teroris.”

*****

D. Kesimpulan

(1) Seluruh kekerasan dan kejahatan ini bukan dilakukan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) sepanjang belum ada investigasi independen yang kredibel dan melihatkan komunitas internasional karena ada korban orang asing. Dan ULMWP, TPNPB, KNPB berjuang untuk murni misi politik untuk pengakuan 1 Desember 1961 sebagai Hari Kemerdekaan bangsa Papua Barat yang dianeksasi Ir. Sukarno pada 19 Desember 1961 dengan maklumat Trikoranya, melawan ketidakadilan, rasisme, fasisme, pelanggaran HAM berat, genosida, ekosida, marginalisasi, dominasi, kapitalisme, militerisme, kolonialisme dan imperialisme.

(2) Perintah Indonesia menutup akses wartawan asing dan diplomat asing masuk ke Papua Barat menimbulkan banyak kecurigaan dan pertanyaan. Penguasa Indonesia membuat apa dan sembunyikan apa di Papua Barat?Secara logika yang sehat, pemerintah Indonesia membuka akses media asing, diplomat asing, dan Tim investigasi dari PBB untuk membuktikan bahwa semua kekerasan ini dilakukan oleh TPNPB dan KNPB. Kalau benar-benar  ditemukan kejahatan dan kekerasan ini dilakukan oleh TPNPB dan KNPB, maka pemerintah Indonesia, TNI-Kepolisian Indonesia mendapat kredit point dan NKRI tetap kokoh di Papua Barat. 
Tetapi, kalau pemerintah Indonesia tetap kepala batu dan tidak membuka akses wartawan asing, diplomat asing dan Tim investigasi PBB ke Papua Barat, maka benarlah Papua Barat adalah luka membusuk dan bernanah di dalam tubuh bangsa Indonesia. Indonesia sedang menyembunyikan sesuatu yang busuk dan bernanah di Papua Barat.

Terima kasih. Selamat membaca.

Ita Wakhu Purom,  12 Agustus 2024

Penulis

1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
2. Anggota: Dewan Gereja Papua
(WPCC).
3. Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC).
4. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
__________

Kontak: 08124888458///081288887882

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *