TPNPB nyatakan bertanggungjawab atas eksekusi Intel dan penambang emas ilegal di Kali Merah Kawe

Alm. Bocor Sobolim. Pasukannya terus melanjutkan perjuangan untuk memproteksi tanah Papua dari perampokan pihak asing / FACEBOOK

TANAH MERAH, BOVEN DIGOEL, Westpapuanews.Org — KOMNAS TPNPB KODAP XVI Yahukimo menyatakan bertanggungjawab atas eksekusi mati dua orang Intelijen TNI-Polri dan 9 pendulang emas ilegal korban luka-luka di Kawe, distrik Awinbon, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan pada Minggu (27/8).

Secara simbolis, kepala para korban tewas dipersembahkan kepada Presiden Joko Widodo, Menhan Prabowo Subianto dan Ketua PDIP Megawati Sukarnoputri. (Lihat Video dan Foto).

Jubir KOMNAS-TPNPB Sebby Sambom dalam rilis resmi pada Senin (28/8) menyebutkan, serangan ini dilakukan oleh pasukan Bocor Sobolim yang masih eksis di lapangan, walaupun Bocor Sobolim telah meninggal dunia pada 3 Juli 2023.

“Serangan ini telah dilakukan oleh Pasukan TPNPB Wilayah Korowai atau pasukannya almarhum Bocor Sobolim dan secara komando Kodap XVI Yahukimo dibawah Pimpinan Panglima Brigjen Elkius Kobak dan pasukannya bertanggungjawab, dan secara nasional Panglima Tinggi Jenderal Goliath Naaman Tabuni dan manajemennya (KOMNAS-TPNPB) bertanggungjawab,” kata Sebby kepada Westpapuanews.Org.

Sebby menyebutkan, pembunuhan di Kali Merah distrik Awinbon yang merupakan wilayah suku Korowai tepat di perbatasan Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Yahukimo itu bertujuan untuk mengusir perusahaan asing dan orang pendatang.

“Kami masuk mulai operasi jam 12:00 serang sampai jam 1:00 dan pasukan TPNPB tidak ada yang kena, dan pihak kolonial Indonesia telah kami eksekusi mati, jumlah sebagai berikut : 1 Anggota intelijen, 2 Anggota polisi 9 (pendulang) lainnya luka berat, itu semua telah dilakukan oleh pasukannya almarhum Bocor Sobolim,” kata Sebby mengutip laporan dari lapangan.

Laporan TPNPB yang dikirim ke berbagai media massa melampirkan foto pistol yang disita dari salah satu korban tewas menunjukkan korban tersebut merupakan Intelijen yang menyamar sebagai pendulang emas.

Pistol milik salah satu korban tewas yang disita pasukan TPNPB Bocor Sobolim / WPNEWS

Pimpinan TPNPB Korowai yang melanjutkan kepemimpinan Bocor Sobolim bersikap tegas melarang pihak asing masuk wilayah Korowai.

“Tidak boleh perusahaan asing masuk di wilayah Korowai, hari ini sampai Papua Merdeka, itu sikap kami, dan ini murni dari kami TPNPB di lapangan, Yahukimo Korowai”.

Proteksi Tanah Papua

Kejadian pembantaian yang menyasar intelijen Indonesia dan pendulang emas ilegal di Kawe telah beberapa kali dilakukan oleh Bocor Sobolim dalam rangka memproteksi tanah dan kekayaan alam Papua dari penjarahan masif oleh pihak asing.

Rentetan aksi memproteksi tanah Papua dari penjarahan pihak asing menjadi perhatian pemerintah Indonesia karena diliput banyak media.

Salah satunya adalah aksi pemenggalan kepala mata-mata TNI bernama Aziz yang kemudian jenazahnya dimakamkan tanpa kepala di distrik Malind, Kabupaten Merauke.

Menurut adat Papua, aksi penggal kepala merupakan pesan kepada kelompok korban agar tidak boleh menginjakkan kaki di tempat kejadian, apa pun alasannya.

Sebelum meninggal dunia, Bocor Sobolim terakhir kali melakukan aksi proteksi tanah Papua dengan membantai para penjarah emas pada 05 November 2022.

Bocor dan pasukannya menyerang dan membakar Camp Lokasi Mining 81 Kampung Kawe, distrik Awinbon, Kabupaten Pegunungan Bintang.

Akibatnya satu orang pelaku perampokan SDA Papua atas nama Romualdus Tue Noa (23) tewas karena kehabisan darah akibat salah satu pergelangan tangannya putus dibacok pasukan Sobolim.

Sementara perampok lainnya kabur menyelamatkan diri di hutan belantara tetapi berhasil dikumpulkan kembali menjelang evakuasi ke Tanah Merah. (Baca disini).

Bocor Sobolim adalah sosok pemuda Papua patriotik. Pernah menjadi aktivis Mahasiswa Papua dan atlit tinju di Jakarta, kesadaran Bocor akan nasionalisme Papua bertumbuh.

Bocor berpendapat, perjuangan Papua Merdeka harus dimulai saat ini. Dia pun merekrut pasukan sendiri dan mulai bergerak sesuai komando TPNPB Kodap XVI Yahukimo. Dia dan pasukannya menyasar Intelijen Indonesia dan pendulang emas di Kawe.

“Tiada rotan, akar pun jadi”, begitulah prinsip Bocor Sobolim. Dia bergerak melakukan operasi gerilya di wilayah bermedan berat hanya bermodalkan sebilah pisau.

“Kalau tunggu senjata tiba nanti lama, kekayaan kita orang curi habis, bergerak dulu pakai pisau, parang, busur-panah,” kata Bocor seperti dikenang beberapa temannya.

Sikap Bocor Sobolim merupakan bentuk kekecewaan rakyat Papua pada umumnya terhadap para pejabat Papua di tingkat Provinsi dan Kabupaten yang terlihat tidak mampu secara tegas memproteksi Tanah Papua melalui regulasi.

Posisi lemah para birokrat dan politisi Papua dalam sistem kolonial Indonesia yang terbukti impoten saat berhapan dengan Jakarta membuat rakyat mendukung TPNPB.

Saat ini TPNPB adalah satu-satunya alat paksa yang terbukti telah memproteksi tanah dan kekayaan alam Papua dan berhasil memaksa warga imigran Indonesia keluar dari tempat aman mereka di beberapa kabupaten di tanah Papua. (Ikuti aksi Proteksi Tanah Papua disini)

Jangan masuk wilayah konflik

Pihak TPNPB berkali-kali mengingatkan warga pendatang untuk tidak leluasa masuk mencari makan di Papua, terutama di wilayah konflik.

Peringatan Jubir TPNPB Sebby Sambom kepada imigran Indonesia untuk tidak boleh masuk/segera tinggalkan wilayah konflik perang. / TVOne MINUTE

Diliput berbagai media massa di Indonesia, Jubir Sebby Sambom berulang-kali memperingatkan kaum pendatang/imigran asal Indonesia untuk tidak leluasa mencari makan di Papua, terutama di Puncak Jaya, Puncak, Intan Jaya, Nduga, Yahukimo, Pegunungan Bintang dan Sorong-Raya.

“Anda jangan dengar perintah TNI-Polri yang mengatakan ya kami jamin keamanan masyarakat sipil, itu tidak ada jaminan. TNI-Polri tipu kamu. Kamu korban mati keluarga anda yang rugi. Oleh karena itu sekali lagi kami sampaikan bahwa segera tinggalkan wilayah perang,” kata Sebby seperti dikutip TVOne Minute pada 26 Juni 2021.

Menurut Sebby, siapa pun warga sipil imigran pendatang yang masuk mencari makan di wilayah konflik perang maka TPNPB menganggap mereka sebagai kombatan TNI-Polri atau Intelijen yang sedang melakukan penyamaran.

Tetapi peringatan pihak TPNPB acapkali tidak didengar oleh imigran Indonesia, karena terlanjur ditipu oleh propaganda TNI dan Polri tentang jaminan keamanan bagi mereka.

Propanda ‘Papua aman’ dan kehebatan palsu TNI-Polri dalam bentuk konten di kanal Youtube, Facebook, Instagram, X (sebelumnya Twitter) dan Tiktok yang ramai diproduksi Influencer Social Media kadang dikira betul.

Padahal konten-konten itu dibuat untuk mencari recehah rupiah atau dollar dari internet.

Tetapi konten-konten palsu ini kadangkala dijadikan referensi oleh kaum imigran Indonesia, sehingga mereka merasa aman masuk ke atau tinggal cari makan di wilayah konflik perang di Papua, akhirnya jadi korban bodoh-bodoh.

Pejabat dibalik tambang Kawe

Laporan versi Polisi menyebutkan, total korban berjumlah 7 orang, 2 orang yaitu Lius Kawangon (33) dan Joli Untuh (41) meninggal dunia sementara 5 korban lainnya, Okniel Budia (45), Jhon Markus (49), Jefri Fernando Barulian (21), Ardiansya Lina (29) dan Rafles (56) mengalami luka akibat sabetan senjata tajam.

Tambang emas ilegal di Kawe dikelola oleh pejabat militer, polisi, birokrat dan para politisi di 3 Kabupaten yaitu Yahukimo, Pegunungan Bintang dan Boven Digoel.

“Pejabat mendatangkan pekerja dari luar Papua, kemudian mengorganisir mereka dalam sebuah wadah bernama Asosiasi Pedagang Boven Digoel Kawe,” kata sumber terpercaya di Boven Digoel.

Informasi ini bisa dibuktikan dari KTP, SIM dan KTA Asosiasi Pedagang Boven Digoel Kawe milik para korban yang disita pasukan TPNPB.

“Mereka semua KTP dan SIM Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara, tetapi tiba-tiba bisa miliki KTA Asosiasi Pedagang Boven Digoel Kawe. Ini jelas mereka diorganisir oleh para pejabat,” kata Sumber ini.

Sumber terpercaya di Tanah Merah ini menyebutkan Boven Digoel dipilih sebagai tempat menyalurkan pekerja dan logistik ke areal tambang ilegal karena dua faktor.

Pertama harga logistik murah, terutama beras yang melimpah dan dengan mudah dipasok dari Merauke. Kedua, daerah ini aman dari konflik bersenjata karena di Selatan Papua secara umum tidak ada TPNPB yang aktif baku-tembak dengan TNI-Polri,” kata sumber ini.

“Jadi mereka buat Heliped disini, di Tanah Merah sini, kemudian secara rutin masuk areal tambang di Kawe drop pekerja dan logistik,” katanya lagi.

Seorang pejabat berpose di depan Helikopter di Boven Digoel / FACEBOOK

Sumber ini menambahkan, bukti bahwa Boven Digoel jadi pusat koordinasi terlihat saat setiap ada kejadian pembacokan di Kawe, Intelijen atau para pekerja tambang yang tewas dan luka-luka pasti dievakuasi menggunakan Helikopter ke Tanah Merah.

“Polisi, tentara dan pejabat di Boven Digoel, Pegunungan Bintang dan Yahukimo pasti cepat bergerak mengevakuasi korban karena korban-korban itu bekerja untuk para pejabat-pejabat itu,” jelasnya.

Dia mengatakan Polisi dan Tentara selalu kedepankan hukum dan janji mengejar TPNPB di Kawe jangan dilihat sebagai langkah penegakan hukum.

“Itu para pemilik bisnis tambang emas ilegal sedang menyelamatkan pekerja dan bisnis mereka, tetapi bersembunyi dibalik jargon penegakan hukum, ketertiban masyarakat, keamamanan masyarakat sekaligus untuk menghibur keluarga korban,” pungkasnya. ■

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *