Pengenalan Kepada Teori Ekonomi Marxis – Bagian 2

ERNEST MANDEL 

I.2 Komoditi, Nilai Guna dan Nilai Tukar

Kita sekarang telah mengembangkan beberapa definisi dasar yang akan digunakan sepanjang penjelasan selanjutnya. Beberapa yang lainnya harus ditambahkan pada poin tersebut.

Setiap produk dari kerja manusia normalnya memiliki kegunaan, dia harus bisa memuaskan kebutuhan manusia. Kita oleh karena itu dapat mengatakan bahwa setiap produk kerja manusia memiliki nilai guna. Istilah “nilai guna” akan, bagaimanapun juga, digunakan dalam dua makna yang berbeda. Kita akan berbicara nilai guna sebuah komoditas; kita juga akan berbicara tentang nilai guna, saat kita merujuk, sebagai contoh, pada sebuah masyarakat dimana hanya nilai guna yang dihasilkan, itu untuk mengatakan, dimana produk diciptakan untuk konsumsi langsung baik oleh produsen itu sendiri atau oleh klas berkuasa yang mengambil alihnya.

Bersama dengan nilai guna tersebut, sebuah produk kerja manusia dapat juga memiliki nilai yang lain, sebuah nilai tukar. Hal tersebut dapat dihasilkan untuk pertukaran di pasar, dengan tujuan untuk dijual, ketimbang konsumsi langsung oleh produsen atau klas yang kaya. Sebuah produk massal yang telah diciptakan untuk tujuan dijual tidak dapat lagi dianggap sebagai produksi dari nilai guna yang sederhana; hal tersebut sekarang adalah sebuah produksi komoditas.

Komoditas, oleh karena itu, adalah produk yang diciptakan untuk dipertukarkan di pasar, bertentangan dengan produk yang dibuat untuk konsumsi langsung. Setiap komoditas harus memiliki baik nilai guna dan nilai tukar.

Komoditas harus memiliki nilai guna atau tidak ada orang yang akan membelinya, karena pembeli pada akhirnya memikirkan konsumsi, dengan memuaskan beberapa kekurangannya dengan pembelian tersebut. Sebuah komoditas tanpa nilai guna bagi siapapun akan berakibat tidak dapat dijual, akan menyusun sebuah produksi tak berguna, tidak akan memiliki nilai tukar karena dia tidak memiliki nilai guna.

Disisi yang lain, setiap produk yang memiliki nilai guna tidak serta merta memiliki nilai tukar. Dia memiliki nilai tukar hanya pada tingkatan bahwa masyarakat itu sendiri, dimana komoditas dihasilkan, didasarkan pada pertukaran, adalah sebuah masyarakat dimana pertukaran merupakan praktek yang umum.

Adakah masyarakat dimana produk tidak memiliki nilai tukar? Dasar bagi nilai tukar, dan benteng bagi perdagangan dan pasar, disusun oleh tingkatan perkembangan pembagian kerja tertentu. Dalam rangka agar produk tidak secara langsung dikonsumsi oleh produsennya, adalah esensiil bahwa setiap orang tidak terlibat dalam menghasilkan sesuatu yang sama. Jika komonitas tertentu tidak memiliki pembagian kerja, atau hanya bentuk dasarnya saja, kemudian adalah jelas bahwa tidak ada alasan bagi keberadaan pertukaran. Normalnya, petani gandum tidak memiliki sesuatu untuk dipertukarkan dengan petani gandum lainnya. Tetapi seiring pembagian kerja terjadi, seiring ada kontak antara kelompok-kelompok sosial yang memproduksi nilai guna berbeda, kemudian pertukaran datang, awalnya atas dasar kadang kala, kemudian atas dasar yang permanen. Dengan jalan tersebut, sedikit demi sedikit, produk yang dibuat untuk dipertukarkan, komoditas, membuat kemunculan mereka disamping produk tersebut yang hanya dibuat untuk konsumsi langsung produsen mereka.

Dalam masyarakat kapitalis, produksi komoditas, produksi nilai tukar, telah mencapai perkembangan terbesarnya. Hal tersebut adalah masyarakat pertama dalam sejarah manusia dimana bagian besar produksi terdiri dari komoditas. Adalah tidak benar, bagaimanapun juga, bahwa semua produksi dibawah kapitalisme adalah produksi komoditas. Dua kelas dari produk tetapi masih nilai guna.

Kelompok pertama terdiri dari semua hal yang diproduksi oleh petani untuk konsumsinya sendiri, semuanya dikonsumsi secara langsung di lahan pertanian dimana produk tersebut dihasilkan. Produksi untuk konsumsi-sendiri semacam itu oleh petani terdapat bahwa di negeri-negeri kapitalis maju seperti Amerika Serikat, meskipun hal tersebut hanya menyusun bagian kecil dari keseluruhan produksi pertanian. Secara umum, semakin terbelakang pertanian sebuah negeri, semakin besar bagian produksi pertanian yang menuju konsumsi-sendiri. Faktor tersebut membuatnya sangat sulit untuk menghitung dengan tepat pendapatan nasional negeri semacam itu.

Kelompok kedua produk dalam masyarakat kapitalis bukanlah komoditas tetapi tetap hanya nilai guna yang terdiri dari semua hal yang dihasilkan dirumah. Meskipun fakta bahwa cukup banyak kerja manusia terlibat dalam tipe produksi rumah tangga seperti itu, hal tersebut masih tetap merupakan sebuah produksi nilai guna dan bukan komoditas. Setiap saat ketika semangkuk sup dibuat atau sebuah kancing dijahit oleh seorang penjahit, hal tersebut menyusun produksi, tetapi bukanlah produksi untuk pasar.

Kemunculan produksi komoditi dan kemudian regularisasi dan jeneralisasinya telah secara radikal merubah cara kerja manusia dan bagaimana mereka mengorganisir masyarakat. — Bersambung ke Bagian 3

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *