KUPANG, Westpapuanews.Org — Polisi Indonesia dan Ormas Garuda [Ormas Reaksioner anti Papua] yang dipimpin Mex M. Sinlae di Kupang, Nusa Tenggara Timur [NTT] menyerbu para aktivis Aliansi Mahasiswa Papua [AMP] dan Front Rakyat Indonesia Untuk West Papua [FRI-WP] Komite Kota Kupang yang sedang memperingati HUT Bangsa Papua ke-62 pada Jumat 1 Desember 2023.
Sebelumnya, kejahatan serupa pernah dilakukan pada Sabtu 30 September 2023 saat aktivis Papua melakukan aksi protes terhadap Roma Agreement.
Ormas Garuda dan Ormas Reaksioner lainnya di Kupang NTT yang gemar melakukan serangan fisik dan verbal terhadap para aktivis Papua ternyata tidak melihat fakta keberadaan ribuan orang miskin dari NTT yang sedang mencari makan di Papua.
Kehadiran ribuan orang Miskin asal NTT di Papua sempat membuat pusing Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Papua dalam upaya mengentaskan kemiskinan penduduk.
Penyebabnya adalah, karena stok penduduk miskin yang masuk ke Papua seakan tidak ada habisnya, seperti air sebuah sungai yang terus mengalir tanpa henti.
Dan NTT merupakan pabrik yang terus memroduksi orang miskin, kemudian diorganisir secara teratur oleh organisasi FLOBAMORA dan dikirim ke Papua.
Di Papua, orang-orang miskin dari NTT kebanyakan mencari makan di Gereja Katolik dan gereja-gereja lain.
Mereka juga tersebar di Partai Politik dan birokrasi. Contoh di Partai Politik adalah di Partai Demokrat di era kepemimpinan Lukas Enembe.
Orang-orang miskin ini, salah satunya Carolus Bolly, adalah pembisik utama yang selalu menipu Lukas Enembe.
Bolly sangat dipercaya oleh Lukas Enembe sehingga segala keputusan penting Partai Demokrat di Papua praktis dikendalikan oleh orang ini.
Di birokrasi ada Titus Dosinaen, yang menguasai birokrasi Kabupaten Puncak Jaya dan berlanjut ke Provinsi Papua hingga pensiun.
Saat ini, ketika Lukas Enembe dikriminalisasi dan ditangkap atas tuduhan korupsi, orang-orang NTT yang makan kenyang saat Lukas Enembe berkuasa, secara tiba-tiba menghilang entah kemana.
Di Partai PDI sebelum PDI-P, ada Paul S Baut dan Ben Vincen Jeharu yang selalu duduk di kursi legislatif Provinsi Irian Jaya karena meraup suara orang-orang Katolik Papua.
Paul dan Ben dikenal sebagai tokoh pemasok migran miskin asal NTT ke Papua sejak 1980-an, melalui program pemerintah [transmigrasi] maupun migrasi spontan.
Di Gereja Katolik, dikenal mantan Uskup Jayapura Mgr Leo Laba Ladjar, yang sukses merebut Keuskupan Jayapura dan mengorganisir masyarakat NTT membangun kerajaan bisnis mereka di lembaga keagamaan tersebut. [W]