Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

Aliansi Mahasis PapuaOrmas ReaksionerPancasila Sakti

Ormas Reaksioner dan Polisi bubarkan aksi protes Roma Agreement di Kupang saat ribuan Orang Miskin dari NTT sedang cari makan di Papua

Ketua Ormas Garuda Kupang NTT menyerang para aktivis Papua yang sedang melakukan aksi protes terhadap Roma Agreement / PRP

KUPANG, Westpapuanews.Org — Ormas Garuda [Ormas Reaksioner anti Papua] yang dipimpin Mex M. Sinlae di Kupang, Nusa Tenggara Timur [NTT] dan Polisi Republik Indonesia membubarkan Aliansi Mahasiswa Papua [AMP] Komite Kota Kupang yang melakukan aksi protes terhadap Roma Agreement.

Kejahatan ini terjadi pada Sabtu [30/9] kemarin atau hanya satu hari menjelang Hari Kesaktian Pancasila [Pancasila Sakti] pada 1 Oktober 2023.

Sebuah video yang diunggah Petisi Rakyat Papua di akun X.Corp memperlihatkan Ketua Ormas Garuda Kupang NTT Mex M. Sinlae mengamuk bagai orang gila, menyuruh para aktivis AMP di Kupang untuk angkat kaki dari negara republik miliknya dan kembali ke Papua kalau mau demonstrasi.

“Saya sebagai anak negara, eh! Kalian angkat kaki dari negara republik saya, ya! Teriak di Papua sana! Eh,” teriak Mex Sinlai dengan penuh dengki.

Tanpa menyebut jumlah OAP yang dibunuh Indonesia sejak 1963, sosok preman yang diketahui tubuhnya penuh tato itu mempertanyakan jumlah korban dari pihak negaranya. Dia pun menuduh para pendemo telah berafiliasi dengan gerakan Papua Merdeka.

“Berapa banyak korban dari negara kami, berapa banyak TNI-Polri yang mati, ha!  Kalian ini sudah berafiliasi dengan KKB Papua Merdeka OPM ha,” teriaknya sambil berusaha menyerang aktivis AMP tetapi dihalangi Polisi.

Ketua Ormas reaksioner  bentukan Pemerintah yang bertugas menghadang tiap demonstrasi AMP di Kupang ini pun menuduh para aktivis Papua itu studi mereka dibiayai oleh negara tetapi  teriak Papua Merdeka.

“Kalian dibayar oleh.. dibiayai oleh negara,  makan dari beras negara, teriak Papua Merdeka, ha,” kata Mex dengan nada penuh kebencian.

Padahal faktanya, aktivis AMP di Kupang adalah para mahasiswa/i yang menempuh studi di sana menggunakan biaya pribadi dari pihak keluarga di Papua.

Ketika seorang aktivis AMP mempertanyakan biaya negara yang disebutkan Mex, dia balik mempertanyakan “Eh! kau tidak dibiayai di negara Indonesia?”

Para aktivis AMP pun meminta Mex tenang dan berdiskusi dengan mereka, tetapi Mex yang terlihat jelas tidak berpendidikan itu berteriak dan menolak ajakan para aktivis AMP yang terlihat sangat santun.

“Kau mau diskusi? Saya tidak pernah berdiskusi dengan pemberontak, supaya kau tahu,” teriak Mex sambil terus berusaha menyerang para aktivis AMP tetapi dihalangi Polisi.

Ketika para aktivis AMP mengatakan aksi mereka merupakan aksi damai, Mex yang terlihat jelas tidak berpendidikan itu berteriak dan menolak aksi damai.

“Aksi damai apa, tidak ada damai,” teriak Mex yang nampak seperti telah kerasukan setan, sambil berusaha menembus pagar betis Polisi untuk menyerang para aktivis AMP.

Kemarahan Mex terlihat semakin tidak terkendali ketika serang aktivis AMP berteriak “Papua!” dan dibalas oleh massa aksi dengan “Merdeka!”

Aksi ini berhasil dibubarkan oleh Polisi setelah diprovokasi oleh Mex M Sinlae.

Ribuan Orang Miskin NTT cari makan di Papua

Serangan Mex M Sinlae dan Ormas Garuda di Kupang NTT dimana mereka menyuruh aktivis AMP untuk pulang ke Papua ternyata tidak melihat fakta keberadaan ribuan orang miskin dari NTT yang sedang mencari makan di Papua.

Kehadiran ribuan orang Miskin asal NTT di Papua sempat membuat pusing Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Papua dalam upaya mengentaskan kemiskinan penduduk.

Penyebabnya adalah, karena stok penduduk miskin yang masuk ke Papua seakan tidak ada habisnya, seperti air sebuah sungai yang terus mengalir tanpa henti. Dan NTT merupakan pabrik yang terus memroduksi orang miskin, kemudian diorganisir secara teratur oleh organisasi FLOBAMORA dan dikirim ke Papua.

Di Papua, orang-orang miskin dari NTT kebanyakan mencari makan di Gereja Katolik dan gereja-gereja lain. Mereka juga tersebar di Partai Politik dan birokrasi. Contoh di Partai Politik adalah di Partai Demokrat di era kepemimpinan Lukas Enembe.

Orang-orang miskin ini, salah satunya Carolus Bolly, adalah pembisik utama yang selalu menipu Lukas Enembe. Dia sangat dipercaya oleh Lukas Enembe sehingga segala keputusan penting Partai Demokrat di Papua praktis dikendalikan oleh orang ini.

Di birokrasi ada THEA Dosinaen, yang menguasai birokrasi Kabupaten Puncak Jaya dan berlanjut ke Provinsi Papua hingga pensiun.

Saat ini, ketika Lukas Enembe dikriminalisasi dan ditangkap atas tuduhan korupsi, kemudian menjalani persidangan di Jakarta degan fungsi ginjal yang terus menurun, orang-orang NTT yang makan kenyang  saat Lukas Enembe berkuasa, secara tiba-tiba menghilang entah kemana.

Di Partai PDI sebelum PDI-P, pernah ada Paul S Baut dan Ben Vincen Jeharu yang selalu duduk di kursi legislatif Provinsi Irian Jaya karena meraup suara orang-orang Katolik Papua.

Di Gereja Katolik, dikenal mantan Uskup Jayapura Mgr Leo Laba Ladjar, yang sukses merebut Keuskupan Jayapura dan mengorganisir masyarakat NTT membangun kerajaan bisnis mereka di lembaga keagamaan tersebut. [Baca disini] [W]

2 komentar pada “Ormas Reaksioner dan Polisi bubarkan aksi protes Roma Agreement di Kupang saat ribuan Orang Miskin dari NTT sedang cari makan di Papua

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *