Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

Lawan OligarkiOligarki Migas

Ini alasan TNI-Polri fokus kejar Egianus Kogoya dan bikin masyarakat Nduga jadi pengungsi

Potensi Migas di Cekungan Papua/Blok Warim mencakup Taman Nasional Lorentz menjadi alasan tersembunyi operasi militer dan penghancuran masyarakat Nduga. / INTERNET

TIMIKA, Westpapuanews.Org — Operasi militer TNI-Polri di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, hendaknya tidak dilihat sebagai operasi penegakan hukum semata.

Sejatinya operasi militer dilakukan untuk mengamankan wilayah Blok Warim [Cekungan Papua] mencakup areal Taman Nasional Lorentz di Nduga, agar cadangan Minyak sebesar 25,968 milyar barel dan cadangan gas bumi sebesar 47,37 triliun kaki kubik (TCf) bisa segera dieksploitasi oleh rezim kolonial Indonesia demi memuaskan Oligarki.

Proyeksi data deposit Migas di Blok Warim ke nilai uang besarannya terlihat sungguh mengerikan, sehingga membuat ngiler aparatus kolonial dan tanpa membuang waktu, mereka bergerak menggunakan istrumen negara [yang memang sudah disiapkan untuk tujuan pengerukan mineral], untuk mempercepat proses perampokan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral [ESDM] misalnya, telah membuat proyeksi tersebut dengan mengacu pada harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada April 2023 sebesar US$ 79,34 per barel, didapati potensi minyak di Blok Warim bernilai US$ 2,06 triliun atau Rp 30.646 triliun.

Selain memiliki potensi minyak yang sangat besar, area ini juga menyimpan potensi gas 4 kali lebih besar dibanding Blok Masela yakni sebesar 47,37 triliun kaki kubik (TCf). Sedangkan, Blok Masela sendiri hanya memiliki potensi cadangan gas sebesar 10,73 TCF.

Tetapi salah satu kendala terbesar yang dihadapi Kementerian ESDM saat ini adalah lokasi deposit Migas terbesar itu justru mencakup di Taman Nasional Lorentz dan Red Zone, zona merah atau zona aktif TPNPB secara khusus Kodap III Ndugama yang dipimpin Brigjen Egianus Kogoya.

Oleh karena itu rezim Jokowi melalui Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara telah menyurati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK] untuk mendapatkan kemudahan akses eksplorasi ke Taman Nasional Lorentz.

Benny Lubiantara beralasan, kegiatan eksplorasi di area Warim saat ini terhenti lantaran area tersebut telah ditetapkan sebagai Taman Nasional Lorentz. Padahal, menurut dia, potensi Migas di wilayah tersebut ditemukan sebelum adanya penetapan Taman Nasional Lorentz.

Sedangkan untuk menangani TPNPB, rezim Jokowi menggunakan operasi militer sebagai satu-satunya cara untuk menangkap Egianus Kogoya, hidup atau mati.

Cara kejam lainnya yaitu menghancurkan masyarakat Nduga melalui pembunuhan, pembakaran rumah penduduk, penghancuran kebun dan ternak dan pengeboman perkampungan menggunakan roket yang ditembakan dari Helikopter atau Drone Militer. [Video : Hostage Land]

Saat ini ribuan masyarakat Nduga yang diusir oleh TNI-Polri dari kampung halaman mereka tersebar sebagai pengungsi di kabupaten-kabupaten Merauke, Asmat, Mimika, Jayawijaya, Lanny Jaya, Jayapura dan Kota Jayapura.

Bisa untuk bayar hutang luar negeri

Potensi minyak di Blok Warim bernilai US$ 2,06 triliun atau Rp 30.646 triliun juga menjadi target rezim kolonial untuk digunakan melunasi hutang luar negeri yang kini rajin dipinjam oleh Joko Widodo dan Ratu Utang Sri Mulyani.

Jika dihitung hutang luar negeri Indonesia saat ini yang hampir mencapai Rp 8.000 triliun, dan setiap bayi Indonesia terlahir dengan beban hutang sekitar Rp 50 juta per kepala, minyak dari blok Warim bisa dijadikan solusi tutup hutang demi keutuhan NKRI.

Ini artinya, masyarakat Nduga harus menjadi sasaran eksploitasi demi hutang yang tidak pernah mereka pinjam dan gunakan. [W]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *