Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

GENOSIDAJDRP2Terorisme TNI-POLRI

Kutuk Pembunuhan 9 OAP, Ini 5 poin sikap JDRP2

Satu dari Lima OAP yang dibunuh TNI Yonif 7/Marinir di Kali Braza, Dekai, Yahukimo. / WPNEWS

JAYAPURA, Westpapuanews.Org — Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua [JDRP2] Selpius Bobii pada Jumat [15/9] mengutuk pembunuhan 4 Orang Asli Papua [OAP] di Fak-Fak dan 5 OAP di Yahukimo.

Kepada media ini Bobii menyebutkan, 4 OAP aparat gabungan TNI dan Polri telah menembak mati empat warga sipil pada 9 September 2023 di Fak Fak. Ke empat korban OAP itu adalah Nason Hindom, Otis Hanaba, Simon Kramandondo dan Neman Gewab.

“Jika empat warga itu diduga melakukan pembakaran beberapa fasilitas dan diduga membunuh kepala Distrik di Fak-Fak, mengapa mereka tidak ditangkap saja agar mereka membuktikan dugaan kejahatan itu di pengadilan. Kenapa mereka harus ditembak mati? Ini masuk dalam kategori pelanggaran HAM Berat,” tegas Bobii.

Bobii menjelaskan, belum lama berselang, tragedi berdarah kembali terjadi lagi di Papua. “Pada tanggal 14 September 2023 di Dekai – Yahukimo terjadi pembantaian warga sipil lagi. Ada lima warga sipil dibantai mati oleh militer [Yonif 7 Marinir] di Kali Brasa, Dekai Yahukimo, Papua Pegunungan.

Ke lima OAP yang dibantai di Yahukimo adalah Darnius Heluka, Musa Heluka, Man Senik, Yoman Senik dan Kaраі Payage. [Baca disini].

Atas pembunuhan 9 OAP ini, JDRP2 menyatakan 5 poin pernyataan sikap, Pertama, Kami [JDRP2] mengutuk keras kepada para TNI dan POLRI yang telah membantai sembilan warga sipil Papua dengan sewenang-wenang.

Kedua, Pembantaian ini masuk dalam kategori pelanggaran HAM Berat, maka itu kami mendesak KOMNAS HAM RI segera turun langsung menangani dua kasus pembantaian para warga sipil ini.

Ketiga, Para pelaku harus diproses hukum di Pengadilan HAM dan dihukum seberat beratnya.

Keempat, Negara Indonesia segera menghentikan Pembantaian Etnis Papua, segera menghentikan Operasi Militer, dan segera menarik pasukan non organik dari Tanah Papua.

Kelima, Mendesak Negara Indonesia segera “berunding” dengan bangsa Papua yang difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral untuk menuntaskan berbagai masalah Papua, lebih khusus “status politik bangsa Papua” dalam rangka memutuskan mata rantai pemusnahan etnis Papua.

Indonesia dikenal sebagai satu-satunya negara di dunia yang tidak memiliki musuh militer, tetapi terus mempersenjatai diri untuk berperang melawan penduduknya sendiri. [W]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *