Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

ArtikelKriminalisasi Pemimpin Papua

Paulus Waterpauw pernah minta uang ke Lukas Enembe Gubernur Papua

Paulus Waterpauw yang kini terlibat mengelola industri penegakan hukum ternyata pernah minta uang ke Gubernur Papua Lukas Enembe.@WPNews

UANG 1 MILYAR ITU MILIK PRIBADI GUBERNUR PAPUA LUKAS ENEMBE BUKAN UANG GRATIFIKASI

“Anda tidak bisa meyakinkan 1 orang bodoh dengan 30 alasan yang benar.  Tetapi Anda bisa meyakinkan 30 orang pintar hanya dengan 1 fakta kebenaran.” (Late Prof. B.J. Habibie).

“Api tidak bisa dipadamkan dengan api. Api harus dipadamkan dengan air.” (Prabowo Subiyanto).

“….kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:32).

“Jangan takut tulis tentang sebuah kebenaran” (Barnabas Suebu, SH)

Dalam menyikapi persoalan konspirasi dan kriminalisasi ini, setiap narasi-narasi atau pernyataan-pernyataan di Media dari para penguasa Indonesia, kita perlu melayani dengan data dan fakta. Karena, “mungkin data bisa lebih keras berbicara” daripada kebohongan publik juba pejabat atau undang-undang.

Kita ikuti teror dan intimidasi yang ditebarkan oleh Moeldoko di depan publik. Persoalan keadilan dan kemanusiaan tidak bisa diselesaikan dengan teror dan intimidasi. Itu sudah kuno dan usang dan tidak relevan dengan dinamika peradaban kemanusiaan dalam era modern ini.

“Lukas Enembe, ya, saya mungkin bisa lebih keras berbicara. Karena ini, persoalannya persoalan hukum murni, ngak ada  persoalan politik. Maka siapapun harus mempertanggungjawabkan di depan hukum. Ngak ada perkecualian.  Gitu! Kalau mereka dalam perlindungan masyarakat yang apa dalam pengaruhnya Lukas Enembe,  apa perlu, TNI dikerahkan,  untuk itu?  Kalau diperlukan ya, apa boleh buat? Begitu!  Intinya apa? Intinya bahwa Negara ini, pemerintah ini, Presiden Jokowi, Pak Presiden telah mengelontorkan luar biasa keuangan untuk Papua.” (Moeldoko, Kepala Staf Presiden).

Benar, banyak uang dikirim ke Papua, tapi itu tidak semua untuk Penduduk Orang Asli Papua (POAP). Jumlah dana yang dikirim itu lebih banyak dinikmati orang-orang Melayu-Indonesia.

Contohnya:  Transaksi di Bank Papua, uang banyak itu tiba pagi, pada siang hari uangnya kembali ke Jakarta atau luar Papua. Uang banyak yang disebut-sebut itu, namanya “uang tiba berangkat.”

Uang banyak itu juga dinikmati TNI dan Kepolisian Indonesia di Tanah Papua. POAP hanya puas dengan sebutan dan jumlah besar dari mulut para pejabat di media-media.

Saya masih pergunakan contoh ini, walaupun sudah ditulis dalam artikel lain. Saya tidak punya tugas membuka banyak data. Pada 26 September 2022, gubernur Papua, Lukas Enembe sampaikan kepada saya.

“Pak Yoman tahukan, waktu saya menjadi wakil bupati dan bupati di Puncak Jaya, saya selalu bantu uang kepada pasukan TNI di sana itu dana Otsus. Karena waktu itu tekanan OPM sangat kuat di Puncak Jaya. Kalau pada saat saya menjadi gubernur sekarang ini kami membantu  TNI dan Polri, karena itu sudah ada aturannya. Kecuali di Puncak Jaya dari dana Otsus yang saya bantu kesatuan yang ada di sana waktu itu ”

Contohnya: Saya mengutip pernyataan Haris Azhar sebagai berikut:

“Coba lihat,ee misalnya, sekarang operasi militer banyak di dataran tinggi atau pegunungan. Coba diperiksa,uang keamanaan, pembiayaan operasi militer itu darimana? Kalau informasi yg saya punya itu juga diambil dari uang APBD yang ada di daerah2 tersebut. Lalu soal pengungsi, soal biaya membayar helikopter atau pesawat untuk membawa kebutuhan-kebutuhan pokok  itu juga dibayar dari APBD”.

Apa yang disampaikan Haris Azhar bukan klise atau bukan tanpa bukti. Ada beberapa bukti yang saya miliki, TNI-POLRI juga menikmati dana Otonomi Khusus.

Fakta ke 1:

Setelah TNI tembak dan menewaskan Pendeta Elisa Tabuni di Tingginambut pada 16 Agustus 2004, TNI meminta dana pengamanan kepada pemerintah kabupaten Puncak Jaya sebesar Rp 1.510.000.000; (1 milyar lima ratus sepuluh juta). Rinciannya sebagai berikut: (a) Pada 15 Oktober 2004, Komandan TNI datang  meminta uang kepada bupati Puncak Jaya sebesar Rp 760 juta. (b) Pada 17 Oktober 2004, Komandan TNI datang meminta uang kepada bupati Puncak Jaya sebesar Rp 750 juta.

Fakta ke 2:

Uang 13 Milyar dana APBD  Kabupaten Puncak membangun Kapolres Puncak. Pada 21 Juli 2020, Paulus Waterpauw Kapolda Papua mengirim pesan kepada Kapolri sebagai berikut:

“Yth. Bp Kapolri, ijin melaporkan saat ini kami bersama Pangdam di Kab. Puncak Ilaga dalam rangka laksanakan peresmian Polres Kab. Puncak Ilaga yang dibantu anggaran pemda Puncak 13 M lebih sejak tahun 2016, kemarin kami juga telah ikuti peletakkan batu pertama Kodim Puncak Ilaga di Distrik Gome Kab Puncak, dump perkembangan akan dilaporkan ksp pertama. Kapolda Papua.”

Fakta ke 3:

Ada suatu kesempatan (maaf lupa waktunya), bapak Lukas Enembe gubernur Papua, pendeta Lipiyus Biniluk, saya (Gembala Dr. Yoman) berada di ruang VIP Airport Sentani untuk perjalanan Dinas ke pegunungan Papua. Pada saat itu, Kapolda Papua Paulus Waterpauw masuk ke ruang VIP membawa map yang berisi proposal permintaan bantuan dana dari gubernur Papua. Paulus Waterpauw Kapolda Papua sampaikan kepada gubernur Papua Lukas Enembe: “Bapak gubernur, kami ada kegiatan saya meminta bantuan. Ini proposal kami.”

Lukas Enembe gubernur Papua menjawab singkat: “Baik pak Kapolda. Kami akan bantu. Nanti cek di kantor bagian keuangan.”

******

Uang 1 milyar adalah uang pribadi Lukas Enembe, bukan uang gratifikasi. Dalam tulisan ini, saya mengutip informasi dari pendeta Tono Laka yang mengirim uang 1 milyar kepada Lukas Enembe Gubernur Papua:

“Baik! Salam sejahtera untuk kita semua. Ee…saya akan memberikan keterangan tentang, ee..transfer uang  senilai 1 milyar ke rekening bapak Lukas Enembe pada tanggal 11 bulan Mei tahun 2020. Jadi pada tanggal 10  bulan Mei  tahun 2020, saya ditelepon oleh bapak gubernur Lukas Enembe minta tolong untuk menyetorkan uang bapak gubernur ke rekening BCA milik bapak gubernur. Dia menyampaikan bahwa uang tersebut ada di gedung negara. Uangnya ada di kamar. Jadi, Tono, tolong ke gedung negara, ambil uang itu di kamar, kamar yang kemarin Tono kerjakan itu, ada perbaiki Toilet dan lain-lain. Kemudian, kirim uang tersebut  ke rekening bapak. Setelah saya selesaikan pekerjaan di Koya, saya langsung menuju ke gedung negara. Saya tiba di gedung negara saya masuk lewat pintu samping lalu saya langsung masuk ke kamar  dimana uang untuk tersebut berada, saya ambil itu dan saya  angkat uang itu dan saya bawa ke mobil dan uang tersebut saya bawa ke rumah. Keesok harinya saya telepon  Freddy Patty,  yang adalah keponakan dan karyawan saya di kantor untuk tolong setorkan ini ke rekening BCA bapak. Kemudian pagi dia datang dan pada saat dia mengisi aplikasi transfer, ada kolom yang dikhususkan untuk kita  mengisi tujuan transfer. Lalu saya katakan bahwa tulisannya untuk berobat atau apa yang bisa ditulis  supaya uang itu bisa terkirim, karena hanya syarat supaya uang itu bisa terkirim. Lalu Freddy Patty tulis, untuk pembelian loader.”  (Kesaksian Pdt. Tono Laka). (Nonton Video)

Tepat apa yang disampaikan alm. Sahetapy: “Meskipun kebohongan itu lari secepat kilat, satu waktu kebenaran itu akan mengalahkannya.” – In Memoriam Prof. Dr. Jacob Elfinus Sahetapy.

Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.■

Penulis : Gembala DR. A.G. Socratez Yoman

Editor : Admin WPNewsOrg

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *