Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

Ormas Reaksioner

HUT ke-62 Bangsa Papua : Serangan Ormas Reaksioner terhadap Aktivis AMP dan FRI-WP di Kupang diapresiasi Akademisi Undana

Dr. Dhey W Tadeus, SH, M.Hum, Akademisi Undana yang mengapresiasi serangan Ormas Reaksioner Garuda Kupang dan Garda XXX Flobamora terhadap Aktivis AMP dan FRI-WP / WPNEWS

KUPANG, Westpapuanews.Org — Aksi kekerasan yang dilakukan dua ormas reaksioner, Garuda Kupang dan Garda XXX Flobamora, terhadap aktivis AMP dan FRI-West Papua di Kupang, NTT pada momentum HUT ke-62 Kemerdekaan Papua pada Jumat, 1 Desember 2023 ternyata mendapat ‘bobot akademis’ dari seorang akademisi Universitas Nusa Cendana [Undana] Kupang.

Dr. Dhey Wego Tadeus, SH, M.Hum, akademisi Undana yang merupakan pakar hukum internasional mengapresiasi serangan ormas Garuda Kupang dan Garda XXX Flobamora terhadap para aktivis Papua.

Dikutip Pos Kupang pada Sabtu [02/12/2023], Tadeus mengatakan serangan ormas Garuda Kupang dan Garda XXX Flobamora mewakili masyarakat NTT untuk menunjukan bahwa masyarakat tidak setuju terhadap demo yang dilakukan Aliansi Papua Merdeka. [Baca disini].

“Saya mengapresiasi pembubaran yang dilakukan [kedua] Ormas, sebenarnya mereka mewakili masyarakat, untuk menunjukan bahwa masyarakat tidak setuju terhadap demo yang lakukan Aliansi Papua Merdeka. Dengan demikian dapat menunjukkan pada dunia Internasional bahwa NTT tidak mendukung kemerdekaan Papua,” kata Tadeus.

Diketahui, aksi AMP dan FRI-West Papua diserang dua Ormas Reaksioner, Garuda Kupang dan Garda XXX Flobamora saat demo di depan kampus Universitas Katolik Widya Mandira Kupang di Jl Jenderal Achmad Yani. [Baca disini].

Aksi penyerangan dipimpin langsung oleh Ketua Garda Kupang Mex M. Sinlae dan Ketua Garda XXX Flobamora Narki Hari.

Mex M. Sinlae yang merupakan sosok preman dengan tanda pengenal khusus berupa tato di sekujur tubuhnya membenarkan bahwa pihaknya juga turut membubarkan aksi AMP dan FRI-WP karena unjuk rasa yang disampaikan sudah menjurus pada makar.

“Kami bubarkan karena kegiatan mereka sendiri tentang kemerdekaan Papua, hal ini yang kami rasa sangat menggangu kestabilan NKRI, dimana kegiatan tersebut sudah menjurus ke unsur makar, dengan meneriaki Papua merdeka, Papua bukan Merah Putih, hal tersebut sangat bertentangan dengan kami Ormas yang mencintai NKRI, Karena itu kami terpaksa membubarkan kelompok tersebut,” kata Mex M Sinlae.

Sementara Ketua Garda XXX Flobamora Narki Hari yang juga merupakan preman Kupang dengan beberapa tempat parkiran yang dikelola untuk menafkahi hidupnya mengatakan, pembubaran aksi AMP dan FRI-West Papua sebagai wujud kecintaan Garda XXX Flobamora dan Garda Kupang terhadap NKRI.

“Kami kemarin turun ke jalan. Kami berkolaborasi dengan Ormas Garuda Kupang. Isu yang kami dengar, mereka menyampaikan isu-isu tentang dukungan terhadap Papua Merdeka,” kata Narki Hari.

Sebelumnya, kejahatan serupa pernah dilakukan pada Sabtu 30 September 2023 saat aktivis Papua melakukan aksi protes terhadap Roma Agreement. [Baca disini]

Ormas Garuda Kupang dan Ormas Garda XXX Flobamora di Kupang NTT yang gemar melakukan serangan fisik dan verbal terhadap para aktivis Papua ternyata tidak melihat fakta keberadaan ribuan orang miskin dari NTT yang sedang mencari makan di Papua.

Kehadiran ribuan orang Miskin asal NTT di Papua sempat membuat pusing Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Papua dalam upaya mengentaskan kemiskinan penduduk.

Penyebabnya adalah, karena stok penduduk miskin yang masuk ke Papua seakan tidak ada habisnya, seperti air sebuah sungai yang terus mengalir tanpa henti.

Dan NTT merupakan pabrik yang terus memroduksi orang miskin, kemudian diorganisir secara teratur oleh Ormas Garda XXX Flobamora dan dikirim ke Papua. [Baca Flobamora].

Di Papua, orang-orang miskin dari NTT kebanyakan mencari makan sebagai sopir, buruh pabrik kelapa sawit, petugas gereja dan pendulang emas di pertambangan ilegal.

Belum lama ini, komplotan mereka yang bekerja merusak alam dan mencuri emas di Kawe dibantai oleh pasukan TPNPB pimpinan Bocor Sobolim. [Baca disini].

Mereka juga tersebar di Partai Politik dan birokrasi. Contoh di Partai Politik adalah di Partai Demokrat di era kepemimpinan Lukas Enembe.

Orang-orang miskin ini, salah satunya Carolus Bolly, adalah pembisik utama yang selalu menipu Lukas Enembe. [Baca Carolus Bolly].

Bolly sangat dipercaya oleh Lukas Enembe sehingga segala keputusan penting Partai Demokrat di Papua praktis dikendalikan oleh orang ini.

Di birokrasi ada Titus Dosinaen, yang menguasai birokrasi Kabupaten Puncak Jaya dan berlanjut ke Provinsi Papua hingga pensiun. [Baca THE Dosinaen]

Saat ini, ketika Lukas Enembe dikriminalisasi dan ditangkap atas tuduhan korupsi, orang-orang NTT yang makan kenyang saat Lukas Enembe berkuasa, secara tiba-tiba menghilang entah kemana.

Di Partai PDI sebelum PDI-P, ada Paul S Baut dan Ben Vincen Jeharu yang selalu duduk di kursi legislatif Provinsi Irian Jaya karena meraup suara orang-orang Katolik Papua.

Paul dan Ben dikenal sebagai tokoh pemasok migran miskin asal NTT ke Papua sejak 1980-an, melalui program pemerintah [transmigrasi] maupun migrasi spontan.

Di Gereja Katolik, dikenal mantan Uskup Jayapura Mgr Leo Laba Ladjar, yang sukses merebut Keuskupan Jayapura dan mengorganisir masyarakat NTT membangun kerajaan bisnis mereka di lembaga keagamaan tersebut.[Baca disini]. [W]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *