Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

BACAAN PROGRESIF

Peranan yang dimainkan Kerja dalam Peralihan dari Kera ke Manusia – Bagian 3

FRIEDRICH ENGELS

Dan sebenarnyalah, dengan setiap hari yang berlalu kita belajar memahami hukum-hukum ini secara lebih tepat, dan menjadi mengenal akibat-akibat yang lebih langsung dan/maupun yang lebih jauh dari campur-tangan kita dengan proses alam tradisional. Khususnya, setelah kemajuan-kemajuan perkasa ilmu-alam dalam abad sekarang, kita semakin ditempatkan dalam suatu kedudukan di mana kita dapat mengetahui, dan karenanya mengendalikan, bahkan akibat-akibat alamiah yang lebih jauh lagi, paling tidak dari kegiatan-kegiatan produktif kita yang paling umum. Namun, semakin hal ini terjadi, semakin pula manusia tidak hanya akan merasa, tetapi juga mengetahui, kesatuan diri mereka dengan alam, dan dengan demikian semakin tidak mungkinnya gagasan yang tidak masuk akal dan anti-alam mengenai suatu pertentangan antara pikiran dan materi, manusia dan alam, jiwa dan badan, seperti yang timbul/lahir di Eropa sesudah keruntuhan kekunoan [keantikan=antiquity] klasik dan yang mendapatkan elaborasinya yang paling tinggi dalam kekristianian.

Tetapi, apabila sudah dibutuhkan kerja beribu-ribu tahun bagi kita untuk hingga batas tertentu belajar memperhitungkan akibat- akibat alamiah yang lebih jauh lagi dari tindakan-tindakan kita yang ditujukan pada produksi, adalah lebih sulit lagi yang bertautan dengan akibat-akibat sosial yang lebih jauh dari tindakan-tindakan ini. Kita sudah menyinggung kentang itu dan penyebaran skrofula yang diakibatkannya. Tetapi apakah skrofula itu jika dibandingkan dengan efek atas kondisi kehidupan massa rakyat di keseluruhan negeri-negeri yang diakibatkan karena kaum pekerja direduksi pada suatu diet kentang, atau jika dibandingkan dengan kelaparan yang melanda Irlandia pada tahun 1847 sebagai akibat penyakit-tumbuh-tumbuhan kentang, dan yang mengirimkan sejuta orang Irlandia ke kuburan, karena diberi makan kentang dan nyaris seluruhnya kentang saja, dan memaksakan pengemigrasian lebih dari dua juta orang? Ketika orang-orang Arab belajar menyuling alkohol, tak pernah terpikir oleh mereka bahwa dengan melakukan itu mereka menciptakan salah-satu senjata utama bagi pemusnahan kaum aborigin [penduduk asli] dari benua Amerika yang ketika itu belum ditemukan. Dan ketika Columbus kemudian menemukan Amerika, ia tidak mengetahui bahwa dengan berbuat begitu ia memberikan suatu kesempatan hidup baru pada perbudakan, yang di Eropa telah lama berselang dihapus, dan meletakan dasar bagi perdagangan budak Negro. Orang-orang yang pada abad-abad ke tujuhbelas dan delapan belas berusaha keras menciptakan mesin-uap tidak membayangkan bahwa mereka sedang menyiapkan perkakas yang lebih daripada perkakas lainnya akan merevolusionerkan kondisi-kondisi sosial di seluruh dunia. Teristimewa di Eropa, dengan memusatkan kekayaan di tanggan suatu minoritas, dengan mayoritas yang luar-biasa besarnya dijadikan tidak-memiliki apapun, perkakas ini mula-mula dimaksudkan untuk memberikan dominasi sosial dan politikal pada burjuasi, dan kemudian, namun, melahirkan suatu perjuangan klas antara burjuasi dan proletariat, yang hanya dapat berakhir dengan penumbangan burjuasi dan penghapusan semua antagonisme klas. Tetapi juga di bidang ini, lewat pengalaman panjang dan sering kejam dan dengankmengumpulkan dan menelaah material sejarah, kita berangsur-angsur belajar memperoleh suatu pandangan yang jelas mengenai akibat-akibat sosial yang tidak langsung, yang lebih jauh dari kegiatan produktif kita, dan dengan begitu terbuka peluang/kemungkinan bagi kita untuk menguasai dan mengatur akibat-akibat ini juga.

Untuk menjalankan pengaturan ini diperlukan sesuatu yang lebih daripada sekedar pengetahuan. Ia menuntut suatu revolusi lengkap dalam cara produksi kita yang ada hingga sekarang, dan dengan itu juga keseluruhan tatanan sosial kita dewasa ini.

Semua cara produksi yang ada hingga sekarang semata-mata telah diarahkan pada pencapaian efek kerja yang paling segera dan paling langsung berguna. Akibat-akibat selanjutnya, yang baru kemudian muncul dan menjadi efektif melalui pengulangan dan akumulasi secara berangsur-angsur, sama sekali diabaikan. Pemilikan komunal asali atas tanah bersesuaian, di satu pihak, dengan suatu tingkat perkembangan makhluk manusia di mana cakrawala mereka pada umumnya terbatas pada yang terdapat paling langsung di dekatnya, dan mengandaikan, di pihak lain, suatu kelebihan tertentu dari tanah yang tersedia, yang memperkenankan suatu kelonggaraan tertentu untuk pengoreksian setiap kemungkinan hasil-hasil buruk dari tipe primitif perekonomian ini. Ketika kelebihan tanah ini terpakai habis, hak pemilikan komunal juga runtuh. Semua bentuk produksi yang lebih tinggi, namun, membawa pada pembagian penduduk menjadi berbagai klas dan dengan begitu pada antagonisme klas-klas yang berkuasa dan yang tertindas. Tetapi berkat ini pula kepentingan klas berkuasa menjadi faktor pendorong produksi, sejauh yang tersebut belakangan ini tidak dibatasi pada kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling rendah dari rakyat tertindas. Hal ini telah dilaksanakan hampir selengkapnya di dalam cara produksi kapitalis yang berlaku dewasa ini di Eropa Barat. Para kapitalis individual, yang menguasai produksi dan pertukaran, hanya mampu melibatkan diri mereka dengan efek kegunaan yang paling langsung dari tindakan-tindakan mereka. Sebenarnyalah, bahkan efek kegunaan ini — sejauh-jauh itu suatu permasalahan mengenai kegunaan barang yang diproduksi atau dipertukarkan — langsung tergusur ke belkakjang, dan satu-satunya perangsang [insentif] menjadilah/adalah laba yang akan diperoleh dalam penjualan.

Ilmu pengetahuan sosial kaum burjuasi, ekonomi-politik klasik, terutama hanya dipenuhi dengan efek-efek sosial tindakan-tindakan manusia yang langsung diniatkan dengan tujnuan produksi dan pertukaran. Ini sepenuhnya bersesuaian dengan organisasi sosial yang darinya ia merupakan pernyataan teoretikalnya. Karena para kapitalis individual terlibat dalam produksi dan pertukaran demi untuk laba segera, maka hanya hasil-hasil paling dekat, yang paling segera yang pertama-tama dapat diperhitungkan. Tatkala seorang penghasil [manufaktur] atau pedagang individual menjual atau membeli satu barang-dagangan manufaktur dengan laba yang berlaku umum, ia puas, dan ia tidak peduli apa yang terjadi kemudian dengan barang-dagangan itu dan para pembelinya. Hal serupa berlaku pada akibat-akibat alamiah tindakan-tindakan yang sama itu. Apa urusannya bagi para penanam Spanyol di Kuba, yang membakar habis hutan-hutan di landaian-landaian pegunungan dan dari abu-abunya memperoleh rabuk secukupnya untuk satu generasi pohon-pohon kopi yang sangat luar-biasa menguntungkan itu, apakah urusan bagi mereka bahwa hujan tropikal yang lebat setelah itu menyapu bersih lapisan atas tanah yang kini tidak terlindung itu, dengan meninggalkan hanya batu karang yang gundul? Dalam hubungan dengan alam, seperti dengan masyarakat, cara produksi sekarang terutama dan di atas segala-galanya hanya memikirkan hasil pertama, hasil yang paling dapat disentuh; dan kemudian dinyatakan keterkejutan bahwa akibat-akibat paling jauh dari tindakan-tindakan yang diarahkan pada tujuan ini ternyata sangat berbeda sekali, bahkan teristimewa memiliki watak/sifat yang berlawanan; bahwa keserasian permintaan dan persediaan telah berubah menjadi pertentangan polar-[kutub-kutub]nya, seperti dibuktikan oleh proses tiap daur industrial sepuluh-tahun, dan bahwa juga Jerman mengalami suatu pendahuluan kecil dalam hal “keambrukan”; bahwa milik perseorangan berdasarkan kerja individual mau tidak mau berkembang menjadi ketiada-pemilikan-apapun kaum pekerja, sedang semua kekayaan menjadi semakin dan kian terkonsentrasi di tangan-tangan kaum bukan-pekerja; bahwa […] — SELESAI

One thought on “Peranan yang dimainkan Kerja dalam Peralihan dari Kera ke Manusia – Bagian 3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *