Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

BACAAN PROGRESIF

Peranan yang dimainkan Kerja dalam Peralihan dari Kera ke Manusia – Bagian 2

FRIEDRICH ENGELS

Suatu diet daging membawa pada dua kemajuan baru yang mempunyai arti-penting menentukan: pada penggunaan api dan penjinakan hewan-hewan. Yang tersebut duluan lebih lanjut mempersingkat proses pencernaan, karena kepada mulut ia memberikan makanan yang sudah, boleh dikatakan, setengah-dicerna; yang kedua membuat daging berlebih dengan membukakan suatu sumber suplai baru yang lebih teratur di samping perburuan, dan lagi pula memberikan, dengan susu dan hasil-hasilnya, suatu bahan makanan baru yang paling sedikit sama bernilainya dengan daging dalam komposisinya. Demikianlah, kedua kemajuan ini langsung menjadi alat-alat emansipasi yang baru bagi manusia. Akan membawa diri kita terlalu jauh jika di sini kita memerinci lebih lanjut efek-efek tidak-langsungnya, betapapun besar makna yang dikandung/dipunyainya bagi perkembangan manusia dan masyarakat.

Tepat sebagaimana manusia telah belajar mengonsumsi segala yang dapat dimakan, ia juga telah belajar hidup di iklim apa saja. Ia menyebar ke seluruh dunia yang dapat ditinggali, menjadi satu-satunya hewan yang dapat melakukan itu atas pilihannya sendiri. Khewan-khewan lain yang telah menjadi terbiasa pada segala iklim — hewan-hewan domestik dan binatang-binatang kecil pengganggu — tidak menjadi sebebas itu, melainkan hanya sesudah manusia. Dan peralihan dari keseragaman iklim panas tempat asal manusia ke daerah-daerah lebih dingin, di mana tahun terbagi menjadi musim panas dan musim dingin, menciptakan syarat-syarat baru: tempat berteduh dan pakaian untuk perlindungan terhadap kedinginan dan kelembaban, lingkungan-lingkungan baru untuk kerja dan karenanya bentuk-bentuk kegiatan baru, yang lebih lanjut semakin memisahkan manusia dari hewan.

Dengan kerja-sama tangan, organ-organ bicara, dan otak, tidak hanya pada setiap individu, melainkan juga dalam masyarakat, makhluk manusia menjadi berkemampuan melaksanakan operasi-operasi yang semakin lebih rumit, dan menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan yang tinggi dan kian meninggi. Dari generasi demi generasi, kerja itu sendiri menjadi berbeda, semakin sempurna, semakin beraneka-ragam. Agrikultur ditambahkan pada perburuan dan peternakan, kemudian menenun, menganyam, pengerjaan logam, tembikar, dan navigasi. Bersama-sama dengan perdagangan dan industri, akhirnya muncullah seni dan ilmu-pengetahuan. Dari suku-suku berkembanglah nasion-nasion dan negara-negara. Hukum dan politik lahir, dan bersama itu refleksi fantastik mengenai masalah-masalah manusia di dalam pikiran manusia: religi. Di hadapan segala penciptaan ini, yang muncul pertama-tama sebagai produk-produk pikiran, dan yang tampak mendominasi masyarakat-masyarakat manusia, produksi-produksi yang lebih sederhana dari tangan yang bekerja mundur ke latar-belakang, semakin menjadi-jadi begitu karena pikiran yang merencanakan proses kerja sudah berada pada tahap dini dari perkembangan masyarakat [misalnya, sudah di dalam keluarga sederhana], telah mampu membuat kerja berencana ini dilaksanakan oleh tangan-tangan lain dan bukan tangan-tangan sendiri. Semua jasa kemajuan pesat peradaban dijulukkan pada pikiran, pada perkembangan dan kegiatan otak. Manusia menjadi terbiasa untuk menjelaskan tindakan-tindakan mereka dari pikiran-pikiran mereka, gantinya dari kebutuhan-kebutuhan mereka [yang, dengan setiap kasus direnungkan, menjadi kesadaran di dalam pikiran] — maka lahirnya dalam berlalunya waktu itu, pandangan idealistik mengenai dunia yang, khususnya sejak keruntuhan dunia kuno, telah menguasai pikiran-pikiran manusia. Itu sampai batas jauh masih menguasai mereka sehingga bahkan ilmuwan-ilmuwan alam yang paling materialistik dari aliran Darwinian masih belum mampu membentuk suatu gagasan yang jelas mengenai asal-usul manusia, karena di bawah pengaruh ideologikal itu mereka tidak mengakui peranan yang telah dimainkan di dalamnya oleh kerja.

Hewan-hewan, seperti sudah ditunjukkan, mengubah alam eksternal dengan kegiatan-kegiatan mereka sebagaimana yang juga dilakukan oleh manusia, sekalipun tidak dalam jangkauan yang sama, dan perubahan-perubahan yang mereka lakukan pada lingkungan mereka, sebagaimanma telah kita lihat, pada gilirannya bereaksi atas dan mengubah originator-originator mereka. Karena tiada sesuatu pun dalam alam terjadi secara terisolasi. Segala sesuatu mempengaruhi setiap hal lainnya dan vice versa, dan terutama karena gerak dan interaksi yang bersegi-menyeluruh ini dilupakan, maka para ilmuwan alam kita terhalangi untuk melihat dengan jelas hal-hal yang paling sederhana.. Kita telah mengetahui bagaimana kambing-kambing telah mencegah regenerasi hutan-hutan di Junani; di St. Helena, kambing-kambing dan babi-babi yang dibawa oleh pelaut-pelaut pertama yang tiba di sana telah nyaris berhasil untuk sepenuhnya memusnahkan vegetasi tua pulau itu, dan dengan demikian menyiapkan tanah bagi penyebaran tanaman-tanaman yang dibawa oleh pelaut-pelaut dan kolonis-kolonis. Tetapi, apabila hewan-hewan mengerahkan suatu efek bersinambungan atas lingkungan mereka, itu terjadi secara tidak disengaja, dan, sejauh yang menyangkut hewan-hewan itu sendiri, itu adalah suatu kekebetulan. Semakin jauh manusia terpisah dari hewan-hewan, semakin pula efek mereka atas alam memperoleh sifat aksi yang disengaja, yang direncanakan yang mengarah pada tujuan-tujuan tertentu yang diketahui sebelumnya. Hewan-hewan menghancurkan vegetasi suatu lokalitas tanpa menyadari apa yang dilakukannya. Manusia menghancurkan/merusaknya agar dapat menebar tanaman-tanaman ladang di atas tanah yang telah dibebaskannya dengan cara itu, atau untuk menanam pohoh-pohon atau anggur-angguran yang diketahuinya akan menghasilkan sekian kali lipat benih yang ditebarkannya. Ia memindahkan tanaman-tanaman yang berguna dan hewan-hewan domestik dari satu negeri ke lain negeri dan dengan demikian mengubah flora dan fauna benua-benua seluruhnya. Lebih dari itu. Lewat perkembangan-biakan buatan, baik hewan maupun tanaman juga diubah oleh manusia sehingga mereka menjadi tidak dapat dikenali lagi. Tanaman-tanaman liar yang menjadi asal-usul varietas-varietas biji-bijian kita masih dicari tanpa hasil. Masalah binatang liar yang menjadi asal-usul anjing-anjing kita, dengan anjing-anjing itu sendiri begitu berbeda-beda satu sama lainnya, atau sama banyaknya kuda-kuda yang hasil perkembang-biakan, juga masih dipertengkarkan.

Sudah tentu tidak usah dikatakan, bahwa kita tidak bermaksud mempersoalkan kemampuan hewan-hewan untuk berkelakuan dengan gaya yang terencana dan sengaja. Sebaliknya, suatu gaya tindakan berencana terdapat secara embrional kapan saja protoplasma, protein hidup, terdapat dan bereaksi, yaitu, melaksanakan gerakan-gerakan tertentu, bahkan apabila luar-biasa sederhana, sebagai hasil dari rangsangan eksternal tertentu. Reaksi seperti itu bahkan terjadi ketika sama sekali masih belum ada sel, apalagi suatu sel syaraf. Cara tanaman-tanaman pemakan serangga menangkap mangsa mereka muncul pula hingga batas tertentu sebagai suatu tindakan berencana, sekalipun dilakukan secara sangat tidak sadar. Pada hewan-hewan kapasitas akan tindakan berencana, yang sadar, berkembang bersamaan dengan perkembangan sistem persyarafan dan di antara binatang-binatang mamalia hal itu mencapai suatu tingkat yang tinggi sekali. Selagi berburu Rubah di Inggris, setiap hari orang dapat menyaksikan betapa dengan tepat sekali seekor Rubah itu mengetahui caranya memanfaatkan pengetahuannya mengenai lokalitas untuk meloloskan diri dari pemburu-pemburunya, dan betapa baik pengetahuannya dan memanfaatkan semua ciri daerah [tanah] yang menguntungkan itu sehingga baunya dapat disesatkan. Di antara binatang-binatang piaraan kita, yang lebih tinggi perkembangannya berkat pergaulannya dengan manusia, setiap hari dapat disaksikan tindakan-tindakan penuh akal yang tepat sama tingkatnya seperti yang dilakukan oleh anak-anak. Karena, tepat sebagaimana sejarah pembangunan/perkembangan janin manusia di dalam perut ibu hanyalah suatu ulangan yang dipersingkat dari sejarah, yang terentang jutaan tahun, dari evolusi badaniah leluhur-leluhur hewani kita, dimulai dari cacing, begitulah perkembang-an mental anak manusia hanyalah suatu ulangan yang lebih diringkaskan lagi dari perkembangan intelektual leluhur-leluhur yang sama ini, setidak-tidaknya dari yang lebih belakangan. Tetapi semua tindakan berencana dari semua hewan tidak pernah berhasil membubuhkan cap kehendak mereka pada dunia. Harus manusialah yang melakukan itu.

Singkatnya, hewan itu cuma menggunakan alam eksternal, dan melahirkan perubahan-perubahan padanya hanya dengan kehadirannya; manusia dengan perubahan-perubahannya menjadikannya melayani kepentingan-kepentingannya, menguasai-nya. Inilah perbedaan hakiki, final, antara manusia dan hewan-hewan lainnya, dan sekali lagi adalah kerja yang melahirkan perbedaan ini.[2]

Namun, janganlah kita terlampau membanggakan diri kita atas penaklukan-penaklukan kita atas/terhadap alam. Karena masing- masing penaklukan itu berbalas-dendam terhadap kita. Masing-masingnya, memang benar, pertama-tama berkonsekuensi yang kita perhitungkan, tetapi di tempat kedua dan ketiga mempunyai akibat-akibat yang sangat berbeda, yang di luar duga-dugaan terlalu sering hanya membatalkan hasil yang pertama itu. Orang-orang yang, di Mesopotamia, Yunani, Asia-Kecil, dan di lain-lain tempat, menghancurkan hutan-hutan untuk mendapatkan tanah yang bisa digarap, tidak bermimpi bahwa mereka sedang meletakkan dasar bagi kondisi kerusakan dewasa ini di negeri-negeri itu, dengan menyingkirkan bersama hutan-hutan itu, pusat-pusat pengumpulan dan penyimpanan-penyimpanan uap-lembab. Manakala, di landaian-landaian pegunungan sebelah Selatan, orang-orang Italia dari Alpen menghabiskan hutan-hutan pohon cemara yang dengan begitu penuh perhatian dijadikan tumpuan harapan mereka di landaian-landaian sebelah Utara, mereka tidak menyadari bahwa dengan berbuat begitu mereka memotong akar-akar industri susu di wilayah mereka; mereka bahkan lebih tidak menyadari bahwa dengan itu mereka menghilangkan sebagian besar sumber-sumber air pegunungan mereka dalam setahun, memungkinkan bagi sumber-sumber air itu menumpahkan keganasan luapan-banjir ke dataran-dataran selama musim hujan. Orang-orang yang menyebarkan Kentang di Eropa tidak menyadari bahwa dengan ubi-ubi berbubuk ini mereka sekaligus menyebarkan penyakit skrofula. Demikianlah pada setiap langkah kita diingatkan bahwa kita sama sekali tidak berkuasa atas alam seperti seorang penakluk atas suatu bangsa asing, seperti seseorang yang berdiri di luar alam — tetapi bahwa kita, dengan daging, darah dan otak, termasuk dalam alam, dan berada di tengah-tengahnya, dan bahwa semua penguasaan kita atasnya terdiri atas kenyataan bahwa kita mempunyai kelebihan di atas semua makhluk lainnya dengan mampu mengetahui dan dengan tepat menerapkan hukum-hukumnya. — Bersambung ke Bagian 3

_________________

[2]. Pada pinggiran manuskrip tertulis dengan pensil: “pemuliaan”.[ed.]

One thought on “Peranan yang dimainkan Kerja dalam Peralihan dari Kera ke Manusia – Bagian 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *