ERNEST MANDEL
III. Neo Kapitalisme
III. 1 Asal Usul Neo Kapitalisme
Krisis ekonomi besar pada tahun 1929 pertama merubah sikap borjuasi dan para ideolog-nya terhadap negara, kemudian hal tersebut merubah sikap borjuasi yang sama terhadap masa depan sistemnya sendiri.
Beberapa tahun yang lalu pengadilan yang terkenal terjadi di Amerika Serikat, pengadilan terhadap Alger Hiss, yang sebelumnya menjabat sebagai asisten di Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat saat terjadi perang. Dalam pengadilan Hiss, salah satu teman baiknya, seorang jurnalis di publikasi Luce bernama Whittaker Chambers, merupakan saksi kunci dalam tuntutan atas kesaksian palsu, sebenarnya karena sebagai seorang Komunis yang menurut dugaan mencuri dokumen dari Departemen Dalam Negeri dan memberikannya kepada Uni Soviet. Si Chambers, yang agak neurotic (menderita gangguan emosi), telah menjadi seorang Komunis saat sepuluh tahun pertama kehidupan dewasanya dan berakhir menjadi editor religius pada majalah mingguan Time. Dia menulis pengakuan panjang dengan judul Witness. Dalam buku tersebut terdapat kalimat yang menyatakan kira-kira sebagai berikut mengenai periode 1929-1939: “Di Eropa para pekerja adalah sosialis dan borjuasi adalah konservatif; di Amerika, klas menengah adalah konservatif, pekerja adalah demokrat, dan borjuasi adalah komunis”.
Tentu saja adalah absurd untuk menyatakan periode tersebut dengan cara yang kasar seperti itu. Tetapi tidak dapat diragukan bahwa tahun 1929 dan periode yang mengikuti krisis besar 1929-1939 merupakan pengalaman traumatis bagi borjuasi Amerika yang merupakan satu-satunya klas kapitalis diseluruh dunia yang diilhami oleh keyakinan penuh dan buta pada masa depan sistem “perdagangan bebas”. Sistem tersebut menderita guncangan mengerikan selama krisis 1929-1939, sebuah periode yang secara umum sama bagi masyarakat Amerika, berkaitan dengan menjadi sadar akan pertanyaan sosial dan dipertanyakannya sistem kapitalis, dengan periode yang dialami Eropa pada saat kelahiran gerakan pekerja sosialis, periode dari 1865 hingga 1890 di abad yang lalu.
Bagi borjuasi, krisis tersebut mempertanyakan berbagai bentuk sistem dalam skala dunia. Borjuasi mengambil bentuk usaha untuk mengkonsolidasikan kapitalisme melalui fasisme dan percobaan otoritarian lainnya di negeri-negeri tertentu di Eropa Barat, Tengah dan Selatan. Borjuasi mengambil bentuk yang sedikit kurang kasar di Amerika Serikat, dan adalah masyarakat Amerika tersebut pada tahun 1932-1940 yang membayangkan apa yang disebut hari ini dengan neokapitalisme.
Kenapa bukan perluasan dan penjeneralisiran pengalaman fasis yang memberikan neokapitalisme ciri khas pokok, tetapi melainkan pengalaman sebuah “idyllic detente” (“pengurangan hubungan tegang idilis”) dalam ketegangan sosial? Sistem fasis adalah sebuah rejim krisis ekstrim dalam sosial, ekonomi dan politik, rejim ketegangan ekstrim dalam hubungan klas, yang dalam analisa terakhir, ditentukan oleh periode panjang stagnasi ekonomi, dimana kesempatan untuk diskusi dan negosiasi antara klas pekerja dan borjuasi sebenarnya dikurangi hingga nol. Sistem kapitalis telah menjadi tidak sesuai dengan sisa apapun dari gerakan klas pekerja yang sedikit banyak independen.
Dalam sejarah kapitalisme kita dapat membedakan antara krisis periodiknya yang terjadi setiap 5, 7, atau 10 tahun dan siklus jangka panjangnya, yang pertama kali didiskusikan oleh ekonom Rusia Kondratief dan yang dapat disebut dengan siklus jangka panjang setiap 25 atau 30 tahun. Siklus jangka panjang dicirikan oleh angka pertumbuhan yang tinggi sering diikuti oleh siklus jangka panjang yang dicirikan oleh angka pertumbuhan yang semakin rendah. Terlihat jelas bagi saya bahwa periode 1913 hingga 1940 merupakan salah satu dari siklus stagnasi jangka panjang dalam produksi kapitalis, yang didalamnya termasuk semua siklus berturut-turut dari krisis 1913 hingga 1920, dari krisis 1920 hingga 1929, yang ditandai depresi yang sangat parah karena fakta bahwa trend jangka panjang merupakan stagnasi.
Siklus jangka panjang yang dimulai dengan perang dunia kedua, dan dimana kita masih tetap – mari kita menyebutnya siklus 1940-1965 atau siklus 1940-1970 – mengalami, bertentangan dengannya, dicirikan oleh ekspansi, dan karena ekspansi tersebut, kesempatan untuk negosiasi dan diskusi antara borjuasi dan klas pekerja telah diperbesar. Kesempatan kemudian diciptakan untuk penguatan sistem pada dasar penjaminan konsesi untuk para pekerja, sebuah kebijakan yang dijalankan dengan skala internasional di Eropa Barat dan Amerika Utara dan mungkin bahkan diperluas kepada beberapa negeri di Eropa Selatan pada masa yang akan datang. Kebijakan neokapitalis tersebut lebih berdasarkan pada kolaborasi dekat antara borjuasi ekspansif dan kekuatan konservatif gerakan pekerja dan secara pokok ditopang oleh kecenderungan meningkat dalam standar hidup para pekerja.
Meskipun begitu, di latar belakang seluruh perkembangan tersebut terdapat tanda tanya terhadap sistem, keraguan terhadap masa depan sistem kapitalis, dan keraguan tersebut tidak perlu lagi diragukan. Dalam semua lapisan penting dari borjuasi, keyakinan terdalam yang merajalela bahwa otomatisme ekonomi dari dan oleh dirinya sendiri, “mekanisme pasar” tidak dapat menjamin keberlangsungan hidup sistem, bahwa tidak mungkin lagi untuk mengandalkan fungsi internal otomatis dari ekonomi kapitalis, dan bahwa sebuah intervensi sadar dan meluas, semakin lama semakin teratur dan sistematis dalam karakter, dibutuhkan dalam rangka menyelamatkan sistem tersebut.
Pada tingkat bahwa borjuasi sendiri tidak lagi yakin bahwa mekanisme otomatis dari ekonomi kapitalis akan menopang tatanannya, kekuatan lain harus mengintervensi untuk penyelamatan jangka panjang sistem, dan kekuatan tersebut adalah negara. Neokapitalisme adalah kapitalisme yang ciri khas unggulnya adalah perkembangan intervensi oleh negara kedalam kehidupan ekonomi. Juga dari titik pandang tersebut, pengalaman neokapitalis saat ini di Eropa Barat hanyalah perluasan dari pengalaman Roosevelt di Amerika Serikat.
Untuk memahami asal usul neokapitalisme hari ini, bagaimanapun, kita juga harus memperhitungkan faktor kedua untuk menjelaskan perkembangan intervensi oleh negara dalam kehidupan ekonomi, dan faktor kedua itu adalah perang dingin. Secara umum hal ini dapat dilihat sebagai tantangan dimana keseluruhan kekuatan anti kapitalis menghadapinya dalam dunia kapitalisme. Iklim tantangan tersebut membuat perspektif krisis ekonomi serius lainnya seperti tipe krisis 1929-1933 sepenuhnya tidak dapat ditoleransi oleh kapitalisme. Bayangkan apa yang akan terjadi di Jerman jika terdapat lima juta pengangguran di Jerman Barat sementara kekurangan pekerja terjadi di Jerman Timur. Adalah mudah untuk melihat bagaimana tidak dapat ditoleransinya hal tersebut dari cara pandang politik, dan itulah mengapa intervensi negara kedalam kehidupan ekonomi negeri-negeri kapitalis adalah diatas semuanya antisiklus, atau, jika kau suka, antikrisis dalam karakter. — Bersambung ke Bagian 18
Pingback: Pengenalan Kepada Teori Ekonomi Marxis – Bagian 16 – Westpapuanews.Org