Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

BACAAN PROGRESIF

Gerakan Mahasiswa Revolusioner: Teori dan Praktek -Bagian 2

ERNEST MANDEL

Kesatuan Teori dan Aksi

Dalam proses keseluruhan kesatuan teori dan aksi yang dina­mis, teori kadang ada di depan aksi dan sewaktu-waktu aksi tampil di  depan teori. Bagaimanapun, pada setiap titik  keharusan per­juangan mendesak para aktivis untuk memantapkan kesatuan ini pada tingkat yang lebih tinggi.Untuk memahami proses yang dinamis ini kita harus menyadari bahwa  mempertentangkan aksi langsung dengan studi yang  mendalam itu sepenuhnya keliru. Saya tersentak ketika mengikuti Konferensi Sarjana Sosialis dan pertemuan lainnya yang saya ikuti di Amerika selama dua minggu terakhir, melihat bagaimana pemisahan teori dan praktek terus dipertahankan. Saya seperti sedang mengikuti perde­batan  di  antara orang-orang tuli, di mana  sebagian pengunjung mengatakan, “yang penting  aksi! Tidak perlu  yang  lain,  yang penting  aksi!” sementara  di pihak lain ada yang mengatakan, “Tidak,  sebelum bisa aksi, kita harus tahu apa yang  dikerjakan. Duduk, belajar, dan tulis buku.” [tepuk tangan]

Jawaban  yang jelas dari pengalaman sejarah gerakan revolu­sioner, bukan hanya dari periode Marxis tapi bahkan dari periode pra-Marxis, adalah kenyataan bahwa keduanya tidak dapat dipisah­kan (tepuk tangan) Aksi tanpa teori tidak akan efisien atau tidak akan  berhasil melakukan perubahan yang mendasar, atau seperti saya  katakan sebelumnya, kita tidak dapat  membebaskan manusia tanpa sadar. Di pihak lain, teori tanpa aksi tidak akan mendapat watak ilmiah yang sejati karena tidak ada jalan lain untuk mengu­ji teori kecuali melalui aksi.

Setiap  bentuk  teori yang tidak diuji  melalui aksi  bukan teori yang sahih, dan dengan sendirinya menjadi teori yang  tidak berguna dari sudut pandang pembebasan manusia. [tepuk tangan] Hanya melalui usaha terus menerus memajukan keduanya  pada  saat bersamaan,  tanpa pemisahan kerja, maka kesatuan teori dan  aksi dapat dimantapkan, sehingga gerakan revolusioner tersebut, apapun asal usul maupun tujuan sosialnya, dapat mencapai hasilnya. Dalam hubungannya dengan pemisahan kerja, ada satu hal  lain yang  membuat  saya tersentak, dan benar-benar menyentak karena diajukan  dalam satu pertemuan orang-orang  sosialis. Pemisahan teori dan aksi yang sudah begitu buruk, kini diberi satu dimensi baru  dalam gerakan sosialis ketika dikatakan: di satu pihak ada para  aktivis, orang-orang awam yang kerja kasar. Di  pihak lain adalah elit yang kerjanya berpikir. Jika elit ini terlibat  dalam aksi demonstrasi,  maka mereka tidak akan punya  waktu  berpikir atau  menulis  buku, dan dengan begitu maka ada  elemen berharga dalam perjuangan yang akan hilang.

Saya  katakan bahwa setiap pernyataan yang menyebut  adanya pemisahan kerja manual dan kerja pikiran di dalam gerakan revolu­sioner,  yang memisahkan barisan aksi yang kerja kasar dan  elit yang  kerja pikiran, secara mendasar bukan pernyataan  sosialis. Pernyataan  itu bertentangan dengan salah satu tujuan utama dari gerakan sosialis, yang ingin mencapai penghapusan pemisahan kerja manual dan intelektual [tepuk tangan] bukan hanya dalam organisa­si tapi, lebih penting lagi, dalam masyarakat secara keseluruhan. Orang-orang  sosialis revolusioner pada 50 atau 100  tahun  yang lalu  belum  dapat melihat hal ini dengan jelas,  seperti  kita sekarang ini, saat sudah ada kemungkinan obyektif untuk mencapai tujuan itu. Kita sudah memasuki satu proses teknologi dan  pendi­dikan yang memungkinkan tercapainya hal itu. Salah satu  pelajaran berharga yang harus kita  ambil  dari kemunduran  Revolusi Rusia, adalah jika pemisahan  antara kerja manual dan kerja intelektual dipertahankan pada masyarakat  yang sedang dalam transisi dari kapitalisme menuju sosialisme  dalam bentuk  lembaga, maka hasilnya pasti meningkatkan birokrasi dan menciptakan ketimpangan baru dan bentuk-bentuk penindasan manusia yang tidak sesuai dengan kemakmuran sosialis. [tepuk tangan]

Jadi kita harus mulai dengan menghapus sebisa mungkin setiap gagasan  tentang pemisahan kerja manual dan kerja pikiran dalam gerakan revolusioner. Kita harus bertahan bahwa tidak akan ada teoretisi  yang baik jika tidak terlibat dalam aksi,  dan  tidak akan ada aktivis yang baik jika tidak dapat menerima, memperkuat dan memajukan teori. [tepuk tangan]

Gerakan  mahasiswa Eropa  telah mencoba mencapai  hal  ini sampai  tingkat tertentu di Jerman, Prancis dan Italia.  Di  sana muncul pemimpin-pemimpin mahasiswa agitator yang juga dapat, jika diperlukan, membangun barikade dan bertempur mempertahankannya, dan pada saat yang dapat menulis artikel bahkan buku teoretis dan berdiskusi  dengan sosiolog terkemuka, ahli politik  dan  ekonomi dan  mengalahkan mereka dalam bidang ilmu mereka sendiri. [tepuk tangan].

Hal ini makin memperkuat keyakinan bukan  hanya  tentang masa depan gerakan mahasiswa tapi juga tentang masa ketika orang-orang ini sudah berhenti menjadi mahasiswa, dan harus berjuang di bidang lain.

Perlunya Organisasi Revolusioner 

Sekarang saya ingin berbicara tentang aspek lain dari kesat­uan  teori dan aksi yang sudah menjadi perdebatan dalam  gerakan mahasiswa  Eropa  dan Amerika Utara. Saya secara  pribadi yakin bahwa  tanpa organisasi yang revolusioner, bukan  suatu  formasi yang  longgar  tapi sebuah organisasi yang serius  dan permanen sifatnya,  maka kesatuan teori dan praktek tidak  akan bertahan lama. [tepuk tangan]

Ada  dua alasan. Yang pertama berhubungan dengan  asas  dari mahasiswa  sendiri. Status kemahasiswaan, hanya  berlaku  untuk jangka  waktu yang singkat, tidak seperti buruh. Ia bisa menetap di universitas selama empat, lima, enam tahun, dan tidak ada yang dapat memperkirakan apa yang terjadi  setelah ia meninggalkan universitas. Pada kesempatan ini saya sekaligus  ingin menjawab salah satu argumen demagogis yang telah digunakan sejumlah pemim­pin partai-partai komunis di Eropa  yang  menentang perlawanan mahasiswa. Dengan nada sinis mereka mengatakan: “Siapa mahasiswa-mahasiswa itu? Hari ini mereka berontak, besok mereka akan menja­di bos yang menindas kita. Kita tidak perlu memperhitungkan aksi-aksi mereka dengan serius.”

Ini adalah argumen yang tolol karena tidak mempertimbangkan transformasi revolusioner dari peranan lulusan universitas sekar­ang ini. Jika mereka melihat angka-angka statistik, maka mereka akan tahu bahwa hanya sebagian kecil dari  lulusan universitas yang  bisa menjadi kapitalis atau agen-agen langsung dari  para kapitalis  ini. Apa yang mereka khawatirkan mungkin saja  menjadi kenyataan  jika  jumlah  lulusan itu hanya 10.000,  15.000 atau 20.000 orang dalam satu tahun. Tapi sekarang ada satu juta, empat juta,  lima  juta mahasiswa, dan tidak mungkin kebanyakan dari mereka  akan menjadi kapitalis atau manejer  perusahaan karena tidak ada lowongan sebanyak itu untuk mereka.

Argumen  demagogis ini ada  benarnya. Lingkungan  akademis memang  memiliki konsekuensi tertentu terhadap tingkat kesadaran sosial  dan aktivitas politik seorang mahasiswa. Selama ia tetap di  universitas, maka lingkungannya mendukung aktivitas politik. Ketika ia meninggalkan universitas, lingkungan ini tidak ada lagi di sekelilingnya, dan ia makin mudah ditekan oleh  ideologi  dan kepentingan borjuasi atau borjuasi kecil [petty-bourgeoisie]. Ada ancaman bahwa ia akan melibatkan dirinya dalam lingkungan sosial yang  baru  ini, apapun bentuknya.  Ada kemungkinan  terjadinya proses  mundur ke posisi intelektual reformis atau liberal  kiri yang tidak lagi berhubungan dengan aktivitas revolusioner.

Penting untuk mempelajari sejarah SDS Jerman, yang dalam hal ini  adalah gerakan mahasiswa revolusioner yang paling tua  di Eropa.  Setelah dikeluarkan dari kalangan Sosial Demokrat  Jerman sembilan tahun yang lalu satu generasi mahasiswa SDS yang militan meninggalkan universitas. Setelah beberapa tahun, dengan tidak adanya organisasi revolusioner, kebanyakan orang-orang  militan ini, terlepas dari keinginan mereka untuk tetap teguh dan menjadi aktivis  sosialis,  tidak aktif lagi dalam  politik dari  sudut pandang revolusioner. Jadi, untuk memelihara kelanjutan aktivitas revolusioner ini,  kita harus punya organisasi yang lebih luas jangkauannya  dari organisasi mahasiswa biasa, sebuah organisasi di mana mahasiswa dan bukan mahasiswa dapat bekerja sama.Dan ada alasan yang lebih penting lagi, di balik kepentingan kita memiliki  satu organisasi partai. Karena  tanpa organisasi semacam itu, tidak akan dapat dicapai kesatuan aksi dengan kelas buruh  industri, dalam pengertian yang paling  umum sekalipun. Sebagai  Marxis,  saya tetap yakin bahwa tanpa aksi  kelas  buruh tidak akan mungkin masyarakat borjuis ini ditumbangkan  dan  itu berarti  tidak mungkin juga dibangun masyarakat sosialis. [tepuk tangan]

Di sini sekali lagi kita lihat bagaimana pengalaman  gerakan mahasiswa,  pertama di Jerman, lalu Prancis dan Italia,  sudah berhasil  mencapai kesimpulan teoretis tersebut  dalam praktek. Diskusi  yang  sama tentang relevan atau tidaknya  kelas  buruh industri  bagi  aksi revolusioner dilakukan setahun  atau  bahkan enam bulan yang lalu di negara-negara seperti Jerman dan Italia. Masalah  ini ditempatkan  dalam praktek  bukan  hanya oleh peristiwa revolusioner selama Mei-Juni 1968 di Prancis, tapi juga oleh aksi bersama mahasiswa di Turin dengan buruh Fiat di Italia. Ini  juga diperjelas dengan usaha-usaha sadar  dari  SDS Jerman untuk melibatkan bagian dari kelas buruh di dalam agitasi mereka di  luar universitas menentang perusahaan penerbit Springer dan kampanyenya dalam mencegah diberlakukannya undang-undang  darurat yang akan mencegah kebebasan sipil.

Pengalaman  seperti  ini mengajarkan  gerakan mahasiswa  di Eropa Barat bahwa mereka harus menemukan jembatan  dengan  kelas buruh industri. Masalah ini memiliki sejumlah aspek yang  berbeda dengan tingkatan yang berbeda pula. Ada masalah programatik yang tidak dapat saya jabarkan sekarang. Hal yang diungkapkan di sini adalah bagaimana mahasiswa dapat mendekati buruh, bukan sebagai guru,  karena buruh tentunya menolak hubungan seperti itu, tapi dengan cara masuk ke dalam lapangan kepentingan yang sama. Terutama diuraikan masalah organisasi partai. Selain penga­laman  kalah beberapa kali untuk membangun kolaborasi di  tingkat rendahan dalam aksi-aksi langsung antara sejumlah kecil mahasiswa dan sejumlah  kecil buruh, setelah tiga  sampai delapan  bulan, persekutuan itu akan hilang. Bahkan jika kalian memulai lagi dari awal,  dan  saat keseimbangan sudah tercapai, maka  sedikit saja yang tersisa.

Kegunaan organisasi revolusioner yang permanen adalah  untuk menyediakan integrasi timbal balik antara mahasiswa dan perjuan­gan  kelas buruh oleh para pelopornya secara terus menerus. Ini bukan sekadar kesinambungan yang sederhana  dalam batas waktu tertentu,  tapi sebuah kelanjutan ruang antara kelompok-kelompok sosial  yang berbeda yang memiliki tujuan sosialis  revolusioner yang sama.Kita  harus kritis  melihat apakah integrasi  seperti  ini memang mungkin secara obyektif. Melihat pengalaman  di  Prancis, Italia,  dan  sejumlah negara Eropa Barat lainnya,  maka  dengan mudah  kita bisa bilang ya. Dan garis inipun dapat  dipertahankan di Amerika Serikat. Dengan alasan-alasan historis yang juga tidak dapat  saya  uraikan sekarang, sebuah situasi  khusus muncul di Amerika Serikat di mana mayoritas kelas buruh, yakni kelas buruh kulit putih, belum menerima gagasan sosialis tentang aksi revolu­sioner. Ini fakta yang tidak dapat ditandingi.

Tentu  saja  hal ini dengan cepat  dapat berubah.  Sejumlah orang  berpendapat seperti itu di Prancis, hanya beberapa minggu sebelum  tanggal 10 Mei 1968. Namun, bahkan di Amerika Serikat, ada minoritas  dalam kelas buruh industri  yang penting,  yaitu buruh kulit hitam. Tak seorangpun bisa mengatakan bahwa setelah dua  tahun terakhir mereka tidak dapat menerima gagasan  sosialis atau tidak mampu menjalankan aksi revolusioner. Di  sini paling tidak  ada kemungkinan langsung terjadinya kesatuan antara  teori dan praktek di sebagian kalangan kelas buruh.

Sebagai  tambahan, kiranya penting untuk menganalisa kecen­derungan sosial dan ekonomi yang dalam jangka panjang akan  meng­guncang ketidakpedulian  politik yang platen  dan konservatisme kelas buruh kulit putih. Pelajaran dari Jerman dengan  lingkungan yang  sangat mirip membuktikan bahwa hal  itu  mungkin terjadi. Beberapa  tahun lalu di kalangan kelas buruh di Jerman  mengendap stabilitas, konservatisme,  dan integrasi  masyarakat kapitalis yang tidak terguncang,  sama seperti Amerika  Serikat di  mata banyak orang sekarang ini. Hal ini sudah mulai berubah. Kasus ini memperlihatkan bahwa pergeseran kecil di dalam perimbangan kekua­tan, yaitu penurunan tingkat ekonomi, dan serangan dari pengusaha terhadap  struktur serikat buruh tradisional dan  hak-hak  dapat menciptakan ketegangan sosial yang mampu mengubah banyak hal.

Tugas saya di sini tidak lebih dari memberi informasi kepada kalian tentang masalah-masalah perjuangan kelas kalian sementara tugas kalian adalah menyadari bahwa kalian harus bergabung dengan buruh.  Saya hanya akan menunjukkan satu di antara sekian  banyak saluran tempat kesadaran sosialis  dan aktivitas revolusioner dapat menghubungkan mahasiswa dan buruh, seperti  ditunjukkan bukan  hanya  oleh Eropa Barat tapi juga oleh  Jepang. Rangkaian penghubung  ini adalah pemuda dari kalangan kelas buruh.  Sebagai konsekuensi dari perubahan teknologi selama beberapa tahun terak­hir  yang mempengaruhi struktur kelas buruh,  sistem pendidikan borjuis tidak dapat mempersiapkan buruh-buruh muda, atau sebagian dari  buruh muda ini, untuk memainkan peran baru dalam  teknologi yang telah  berubah  bahkan dari sudut pandang para kapitalis sendiri. Amerika Serikat adalah contoh yang jelas tentang  kehan­curan total dari pendidikan bagi buruh muda berkulit hitam  yang tingkat penganggurannya sama tinggi seperti tingkat rata-rata pengangguran seluruh kelas buruh di masa depresi. Kenyataan  ini memperlihatkan  apa yang tengah terjadi di kalangan pemuda  kulit hitam negeri itu. Ini hanyalah ekspresi dari kecenderungan umum yang mendikte kepekaan ekstrem terhadap segala sesuatu yang terjadi di kalangan muda. Kebusukan dan kemacetan sistem sosial sekarang  ini jelas menunjukkan ketidakberpihakan para penguasanya kepada kaum  muda. Para penguasa Prancis selama peristiwa Mei tidak membeda – bedakan antara mahasiswa, pegawai dan buruh muda. Mereka memperlakukan semuanya sebagai musuh.Contoh kongkret dari ini adalah insiden di Flins  ketika terjadi demonstrasi besar. Setelah seorang anak sekolah  dibunuh oleh polisi muncul kegelisahan besar. Polisi bergerak masuk  dan mulai memerika para demonstran, memerika kartu identitas orang – orang  yang  lewat. Setiap orang yang berusia di bawah 30 tahun ditangkap karena dianggap potensial sebagai pemberontak, sebagai orang yang akan bergerak menghantam polisi. [tepuk tangan]

Jika  kalian  secara seksama  membaca buku-buku  sekarang, industri  film dan bentuk-bentuk refleksi kenyataan  sosial  yang lain di dalam suprastruktur budaya selama lima atau sepuluh tahun terakhir, kalian akan lihat bahwa di samping  semua pembicaraan yang palsu tentang kenakalan remaja, kaum borjuis telah menggam­barkan jenis pemuda yang dihasilkan sistemnya dan juga  semangat memberontak  dari kaum muda. Ini tidak terbatas  bagi mahasiswa atau kelompok  minoritas seperti orang kulit hitam di  Amerika Serikat. Ini juga berlaku bagi buruh-buruh muda. Kiranya perlu dipelajari apa yang ada lingkungan buruh-buruh muda karena perjuangan memenangkan mereka kepada kesadaran sosia­lis, kepada gagasan-gagasan revolusi sosialis kelihatannya  pent­ing bagi  negeri-negeri Barat selama  sepuluh sampai limabelas tahun mendatang.  Jika kita berhasil mengangkat kaum  muda  yang terbaik menjadi sosialis revolusioner –saya  pikir ini  sudah mulai dilakukan di negeri-negeri Eropa Barat– kita  bisa yakin tentang kemajuan gerakan kita. Jika kemungkinan ini lepas dan kebanyakan  orang muda berpihak ke kalangan ekstrem kanan,  maka kita  akan kalah dalam perjuangan yang menentukan dan akan  masuk ke  dalam liang kubur bersama sosialis Eropa dan gerakan revolusioner di tahun 1930-an.

Persatuan  teori dan praktek juga berarti bahwa  serangkaian gagasan  kunci  dari gerakan sosialis  dan tradisi revolusioner telah ditemukan kembali sekarang. Aku tahu bahwa sebagian orang dalam  gerakan mahasiswa di Amerika Serikat  ingin menciptakan sesuatu yang  sama sekali baru. Aku sepenuh hati  setuju dengan setiap  usulan yang menginginkan sesuatu yang lebih baik, karena apa  yang  telah dicapai oleh generasi-generasi sebelumnya  juga kurang  meyakinkan dari sudut  pandang pembangunan masyarakat sosialis. Tapi penting juga aku utarakan peringatan. Jika  kalian menyangka sedang menciptakan sesuatu yang baru, yang sebenarnya sedang dilakukan adalah mundur ke masa lalu yang  jauh  lebih terbelakang dari masa lalu Marxisme.

Semua gagasan baru yang dimajukan dalam gerakan mahasiswa di Eropa selama tiga atau empat tahun terakhir, dan menjadi  populer di kalangan mahasiswa Amerika Serikat, sebenarnya sudah sangat tua umurnya. Alasannya sangat sederhana. Kecenderungan logis dari evolusi  sosial dan kecenderungan kritik sosialis dikembangkan dalam  jalur  para pemikir besar abad 18 dan  19. Terlepas  dari kalian  suka atau tidak, hal itu memang benar, dan berlaku  bagi ilmu sosial sekaligus ilmu alam yang rangkaian hukumnya  dicipta­kan di masa lalu. Jika kalian ingin mengembangkan kecenderungan baru, kalian harus maju dari landasan yang merupakan hasil ter­baik dari generasi-generasi sebelumnya. Keinginan untuk  senantiasa menciptakan sesuatu yang baru hanyalah satu aspek  awal dari radikalisme mahasiswa. Ketika gerakan  sudah berkembang menjadi besar dan  bisa memobilisasi massa yang besar maka yang akan terjadi adalah sebaliknya seperti ditunjukkan para sosiologis Prancis ketika melihat kejadian bulan Mei 1968. Saat itu massa mahasiswa revolusioner yang  luas ber­juang  menemukan kembali tradisi sejarah dan  akar-akar historis mereka. Mereka seharusnya sadar bahwa mereka akan lebih  kuat  jika mengatakan: perjuangan kami adalah perpanjangan dari perjuangan untuk kebebasan yang dimulai 150 tahun lalu, atau bahkan  2.000 tahun lalu ketika budak-budak pertama memberontak terhadap tuannya. Ini akan jauh lebih meyakinkan daripada mengatakan: kami melakukan sesuatu yang sama sekali baru yang terputus dari sejar­ah  dan  terisolasi dari keseluruhan masa lalu seakan masa  lalu tidak  pernah mengajarkan apa-apa kepada kita dan tidak ada  yang dapat kita pelajari dari itu. [tepuk tangan]

Masalah ini akhirnya akan membawa aktivis mahasiswa  kembali pada beberapa konsep historis dasar dari sosialisme dan Marxisme. Kita  telah melihat bagaimana gerakan mahasiswa di Prancis,  Jer­man,  Italia dan sekarang Inggris kembali kepada gagasan-gagasan revolusi  sosialis dan demokrasi buruh. Bagi seseorang  seperti saya, sangat menggembirakan melihat bagaimana gerakan revolusion­er Prancis mempertahankan hak kebebasan berbicara, dan menghu­bungkannya dengan  tradisi terbaik dari  sosialisme. Pertemuan kalian sekarang ini juga memperbarui kembali tradisi internasion­alisme  dari sosialisme lama dan Marxisme ketika kalian bilang bahwa perlawanan mahasiswa bersifat mendunia dan bahwa  gerakan mahasiswa itu bersifat internasional. Ini adalah internasionalisme yang sama, dengan akar-akar dan tujuan yang sama seperti internasionalisme dari sosialisme,  sama seperti internasionalisme  dari kelas  buruh. Masalah-masalah internasional  yang dihadapi adalah masalah  solidaritas dengan kawan-kawan kita di Meksiko, Argentina dan Brasil yang  memimpin perjuangan  besar,  yang mengangkat revolusi Amerika  Latin  ke tingkat lebih tinggi setelah menderita kekalahan karena kepemim­pinan  yang buruh, reaksi internal dan represi imperialis  selama tahun-tahun belakangan ini. Kita harus menyanjung kekuatan maha­siswa-mahasiswa Mexico. [tepuk tangan] Dalam beberapa hari mereka telah mengubah situasi politik secara mendasar di negeri itu dan membuang topeng demokrasi palsu yang dipasang pemerintah Mexico untuk menerima jutaan dolar dari penonton-penonton Olimpiade. Sekarang setiap orang yang menonton Olimpiade akan tahu bahwa  ia telah mengunjungi negeri di mana para pemimpin  serikat buruh kereta apinya ditahan bertahun-tahun setelah masa tahanan  mereka berakhir; negeri di mana banyak pemimpin politik kalangan  kiri dipenjara bertahun-tahun tanpa pengadilan,  di  mana pemimpin mahasiswa dan ribuan milisi mahasiswa ditahan di penjara  tanpa landasan hukum. Protes mereka yang heroik  memiliki konsekuensi bagi  masa depan politik Meksiko dan perjuangan kelas  di negeri itu. [tepuk tangan]

Penting  juga kiranya mengutarakan beberapa patah kata  ten­tang mahasiswa tahanan di negeri-negeri semi kolonial  lainnya, yang tidak pernah dibicarakan orang, seperti pemimpin mahasiswa Kongo yang telah ditahan selama hampir satu tahun karena  mengor­ganisir sebuah demonstrasi kecil menentang perang Vietnam ketika wakil presiden Humphrey bertandang ke sana. Kita tidak boleh lupa bahwa pemimpin-pemimpin mahasiswa Tunisia yang ditahan selama dua belas tahun dengan alasan yang sama, memimpin sebuah demonstrasi. Duabelas tahun di penjara! Kita harus menyadarkan masyarakat agar kejahatan penindas seperti ini tidak akan terlupakan.

Akhirnya, kita tidak boleh lupa perjuangan melawan intervensi Amerika  Serikat di Vietnam, yang  tetap menjadi  perjuangan utama  di dunia sekarang ini. Dengan dimulainya negosiasi itu di Paris,  tidak  berarti bahwa tidak ada yang dapat  kita  lakukan untuk membantu perjuangan kawan-kawan kita di Vietnam. Untuk itu, saya mengajak kalian ikut dalam aksi dunia yang dimulai  oleh gerakan mahasiswa Jepang, Zengakuren, Federasi Mahasiswa Revolu­sioner Inggris bersama dengan Kampanye Solidaritas Vietnam,  dan Komite Mobilisasi Mahasiswa di sini. Ini adalah Minggu  Solidaritas untuk revolusi Vietnam, dari tanggal 21 sampai 27  Oktober. Minggu  ini ratusan ribu mahasiswa, buruh muda  dan  revolusioner muda  akan turun ke jalan bersamaan untuk mencapai  tujuan-tujuan yang  diajukan kawan-kawan Vietnam! Perlihatkan pada dunia bahwa di  Amerika Serikat  ada ratusan ribu orang  yang menginginkan penarikan  kembali pasukan Amerika dari Vietnam. Itu  pasti  akan berhasil. [terputus oleh tepuk tangan] – SELESAI

One thought on “Gerakan Mahasiswa Revolusioner: Teori dan Praktek -Bagian 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *