Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

BACAAN PROGRESIF

Pengenalan Kepada Teori Ekonomi Marxis – Bagian 5

ERNEST MANDEL

I.5 Penentuan Nilai Tukar Komoditas

Setelah kita telah menentukan bahwa produksi dan pertukaran komoditas menjadi reguler dan dijeneralisir dalam masyarakat yang berdasarkan waktu-kerja, pada sebuah sistem perhitungan jam-kerja, kita telah siap untuk memahami kenapa pertukaran komoditi, dalam asal usul dan sifat inherennya, bersandar pada dasar pokok sistem perhitungan dalam jam-kerja dan sebagai konsekuensi mengikuti hukum umum ini: nilai tukar sebuah komoditi ditentukan oleh kuantitas kerja kebutuhan untuk menghasilkannya. Kuantitas kerja dihitung oleh lama waktu yang diambil untuk menghasilkan komoditi tersebut.

Definisi umum dari teori nilai kerja adalah dasar bagi baik ekonomi politik borjuis klasik sejak abad ketujuhbelas hingga awal abad kesembilanbelas, sejak William Petty hingga Ricardo; dan teori ekonomi Marxis, yang mengambil teori nilai kerja dan menyempunakannya. Bagaimanapun, definisi umum harus dikualifikasikan dalam beberapa hal.

Pada pokoknya, tidak semua manusia diberikan kapasitas kerja yang sama, dengan kekuatan yang sama atau tingkat keahlian yang sama. Jika pertukaran nilai komoditi bergantung hanya pada kuantitas kerja yang dilakukan secara individualis, itu adalah, pada kuantitas kerja yang dilakukan oleh setiap individu dalam produksi komoditi, kita akan tiba pada keabsurdan berikut ini: produsen yang lebih malas atau tidak ahli, dan semakin besar jumlah jam yang dia lakukan untuk membuat sepasang sepatu, semakin besar nilai sepatu tersebut!

Itu tentu saja tidak mungkin karena nilai tukar bukanlah penghargaan moral untuk kemauan suka rela untuk bekerja belaka tetapi sebuah ikatan objektif yang dibentuk antara produsen yang independen dalam rangka untuk menyeimbangkan berbagai macam kerajinan tangan dalam masyarakat berdasarkan baik atas pembagian kerja dan sebuah ekonomi waktu-kerja. Dalam masyarakat seperti itu menyia-nyiakan kerja tidak mendapatkan kompensasi, bertentangan dengannya, hal tersebut secara otomatis dihukum. Siapapun yang memberikan waktu lebih banyak dalam memproduksi sepasang sepatu dari pada jam rata-rata yang dibutuhkan-sebuah rata-rata yang ditentukan oleh rata-rata produktivitas kerja dan direkam dalam Piagam Guild, sebagai contoh! – orang semacam itu telah menyia-nyiakan kerja manusia, bekerja tanpa hasil untuk jumlah jam. Ia tidak akan menerima apapun sebagai ganti jam yang disia-siakan tersebut.

Diekspresikan dengan jalan yang lain, nilai tukar komoditi tidak ditentukan oleh kuantitas kerja yang dihabiskan oleh tiap individu produsen yang terlibat dalam produksi komoditi tersebut tetapi oleh kuantitas kerja yang secara sosial dibutuhkan untuk memproduksinya. Ekspresi “secara sosial dibutuhkan” bermakna: kuantitas kerja kebutuhan dibawah kondisi rata-rata produktivitas kerja yang ada dalam negeri dan waktu tertentu.

Kualifikasi diatas memiliki penerapan yang sangat penting ketika kita meneliti berfungsinya masyarakat kapitalis lebih dekat.

Pernyataan penjelasan yang lain harus ditambahkan disini. Apa yang kita maksud dengan “kuantitas kerja”? Pekerja berbeda dalam kualifikasi mereka. Apakah ada keseimbangan total antara kerja satu jam seseorang dengan kerja orang lain, tanpa mempertimbangkan perbedaan semacam itu dalam keahllian? Sekali lagi pertanyaan bukanlah mengenai moral tetapi berkaitan dengan logika internal dari sebuah masyarakat yang berdasarkan keseimbangan antara keahlian, sebuah keseimbangan dalam pasar, dan dimana gangguan apapun dari keseimbangan tersebut akan segera menghancurkan keseimbangan sosial.

Apa yang akan terjadi, sebagai contoh, jika kerja satu jam oleh pekerja yang tidak ahli berharga sebanyak kerja satu jam pengrajin tangan yang ahli, yang telah melakukan empat hingga enam tahun sebagai pekerja magang untuk mendapatkan keahliannya? Tentu saja, tidak ada yang mau menjadi tenaga ahli. Jam kerja yang dilakukan dalam mempelajari kerajinan tangan akan menjadi jam yang terbuang sia-sia karena pengerajin tangan tidak akan mendapatkan kompensasi untuk hal tersebut setelah memiliki ijasah keahlian.

Dalam sebuah ekonomi yang didirikan atas dasar sistem penghitungan jam-kerja, orang yang lebih muda akan berkeinginan untuk menjadi ahli hanya jika waktu yang hilang selama periode pelatihannya kemudian diberikan bayaran. Definisi kita tentang nilai tukar komoditi oleh karena itu harus dilengkapi sebagai berikut: “Satu jam kerja oleh pekerja ahli harus dianggap sebagai kerja kompleks, sebagai kerja melipatgandakan, sebagai perkalian dari satu jam kerja tidak ahli; koefisien dari perkalian tentu saja tidak bisa serampangan tetapi harus didasarkan atas biaya mendapatkan keahlian tersebut.” Harus ditegaskan, untuk melewatinya, bahwa selalu ada kekaburan dalam penjelasan umum tentang kerja melipatgandakan dalam Uni Soviet dibawah Stalin yang telah berlangsung hingga hari ini. Dinyatakan bahwa kompensasi untuk kerja seharunya berdasarkan atas kuantitas dan kualitas kerja, tetapi konsep kualitas tidak lagi dipahami dalam pengertian ungkapan Marxis, yaitu, sebagai kualitas yang dapat diukur secara kuantitatif dengan cara koefisien khusus dari pelipatgandaan. Bertentangan dengannya, ide kualitas digunakan dalam makna ideologi borjuis, menurut yang mana kualitas kerja dianggap ditentukan oleh kegunaan sosialnya, dan hal tersebut digunakan untuk membenarkan pendapatan para pemimpin, penari balet dan para manajer industri, yang sepuluh kali lebih tinggi dari pendapatan pekerja tidak ahli. Teori semacam itu berasal dari wilayah pembenaran (apologetics) meskipun perluasannya digunakan untuk membenarkan perbedaan besar dalam pemasukan yang terjadi dibawah Stalin dan terus terjadi di Uni Soviet hari ini, meskipun dalam tingkatan yang lebih kurang.

Nilai pertukaran komoditi, kemudian, ditentukan oleh kuatitas kerja yang secara sosial dibutuhkan untuk produksinya, dengan kerja ahli dilihat sebagai perkalian kerja sederhana dan koefisien penggandaan menjadi kuantitas yang dapat diukur secara masuk akal.

Ini adalah inti dari teori nilai Marxis dan dasar semua teori ekonomi Marxis secara umum. Serupa, teori produk surplus sosial dan kerja surplus, yang kita diskusikan pada bagian awal tulisan ini , menyusun dasar semua sosiologi Marxis dan hal tersebut adalah jembatan yang menghubungkan analisis sosiologi dan sejarah Marxis, teori klas-klasnya dan perkembangan masyarakat secara umum, untuk teori ekonomi Marxis, dan lebih tepat, untuk analisis Marxis terhadap karakter semua masyarakat produksi-komoditi pra kapitalis, kapitalis dan paska kapitalis. — Bersambung ke Bagian 6

One thought on “Pengenalan Kepada Teori Ekonomi Marxis – Bagian 5

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *