Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

BACAAN PROGRESIF

Negara dan Revolusi – Bab VI — Bagian [a]

VLADIMIR I. LENIN

Ajaran Marxis tentang Negara dan Tugas-tugas Proletariat di dalam Revolusi

BAB VI

PEMVULGARAN MARXISME OLEH KAUM OPORTUNIS

Masalah hubungan negara dengan revolusi sosial, dan hubungan revolusi sosial dengan negara, seperti juga masalah revolusi pada umumnya, sangat sedikit diperhatikan oleh teoritikus-teoritikus dan publisis-publisis terkemuka Internasionale II [1889-1914]. Tetapi yang paling khas dalam proses pertumbuhan berangsur-angsur dari oportunisme yang menyebabkan keruntuhan Internasionale II di tahun 1914 adalah, bahwa bahkan ketika langsung menghadapi masalah ini mereka mencoba menghindarinya atau juga gagal mencermatinya.

Secara umum dan keseluruhan, dapat dikatakan bahwa dari sikap mengelak terhadap masalah hubungan revolusi proletar dengan negara, sikap mengelak yang menguntungkan bagi oportunisme dan yang memupuknya, lahirlah distorsi Marxisme dan pemvulgarannya yang sepenuhnya.

Untuk menggambarkan ciri proses yang menyedihkan ini, walaupun secara singkat, baiklah kita ambil teoritikus-teoritikus Marxisme yang terkemuka, Plekhanov dan Kautsky.

  1. POLEMIK PLEKHANOV DENGAN KAUM ANARKIS

Plekhanov menulis sebuah brosur khusus mengenai masalah hubungan anarkisme dengan sosialisme: Anarkisme dan Sosialisme yang diterbitkan di Jerman pada tahun 1894.

Plekhanov membahas tema ini secara licik, dengan mengabaikan sama sekali apa yang paling mendesak, hangat dan secara politik paling hakiki dalam perjuangan menentang anarkisme, yakni hubungan revolusi dengan negara dan masalah negara pada umumnya! Dalam brosurnya itu menonjol dua bagian: yang satu bersifat sejarah dan sastra, dengan bahan-bahan yang berharga tentang sejarah gagasan-gagasan Stirner, Proudhon dan lain-lainnya; bagian yang lainnya bersifat filistin, dan mengandung pembahasan yang janggal tentang tema bahwa seorang anarkis tidak dapat dibedakan dengan seorang bandit.

Kombinasi tema yang paling lucu bagi seluruh kegiatan Plekhanov pada waktu menjelang revolusi dan selama periode revolusioner di Rusia; begitulah Plekhanov menunjukkan dirinya dalam tahun-tahun 1903-1917 sebagai seorang semi-doktriner dan semi-filistin yang dalam politik mengekor borjuasi.

Kita telah melihat bagaimana Marx dan Engels, dalam berpolemik dengan kaum anarkis, menjelaskan dengan luar biasa seksama pandangan-pandangan mereka mengenai hubungan revolusi dengan negara. Engels, ketika pada tahun 1891 menerbitkan karya Marx Kritik Terhadap Program Gotha, menulis bahwa “kami” [yaitu Engels dan Marx] “ketika itu, baru saja dua tahun sesudah Konggres Internasionale I di Den Haag[1], sedang berada dalam klimaks perjuangan melawan Bakunin dan kaum anarkisnya”.

Kaum anarkis mencoba menyatakan justru Komune Paris, boleh dikatakan, sebagai “kepunyaannya sendiri” yang membenarkan doktrin mereka; dan mereka dama sekali gagal untuk mengerti pelajaran-pelajaran dari komune dan analisa Marx mengenai pelajaran-pelajaran tersebut. Anarkisme telah gagal untuk memberikan sesuatu apapun bahkan yang agak mendekati kebenaran mengenai masalah-masalah politik yang kongkrit, yaitu, haruskah mesin negara yang lama dihancurkan ? dan apa yang harus menggantikan tempatnya ?

Tetapi berbicara tentang “anarkisme dan sosialisme”, dengan menghindari seluruh masalah negara, tanpa mempedulikan seluruh perkembangan Marxisme sebelum dan sesudah Komune, ini berarti tak terelakkan tergelincir ke dalam oportunisme. Sebab yang paling diperlukan oleh oportunisme justru agar kedua masalah yang baru kita tunjukkan itu tidak dikemukakan sama sekali. Ini sudah merupakan kemenangan oportunisme.

  1. POLEMIK KAUTSKY DENGAN KAUM OPORTUNIS

Tak diragukan lagi bahwa karya-karya Kautsky yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia jauh lebih banyak dari pada ke dalam bahasa lain manapun. Bukanlah tanpa alasan jika beberapa orang Sosial-Demokrat Jerman bergurau bahwa Kautsky lebih banyak dibaca di Rusia dari pada di Jerman [biarlah kita katakan, sambil lalu, bahwa gurauan ini mengandung isi sejarah yang jauh lebih mendalam dari pada yang diduga oleh yang pertama-tama mencetuskannya, yakni: kaum buruh Rusia, yang dalam tahun 1905 mengajukan permintaan yang luar biasa besarnya dan tak ada bandingannya akan karya-karya terbaik dari literatur Sosial-Demokrat yang terbaik di dunia dan yang memperoleh terjemahan dan edisi karya-karya tersebut dalam jumlah yang tak ada taranya di negeri-negeri lain, dengan demikian dapat dikatakan telah memindahkan dengan cara yang dipercepat pengalaman-pengalaman yang maha besar dari negeri tetangga yang lebih maju ke bumi muda gerakan proletar kita].

Di samping popularisasinya tentang Marxisme, Kautsky teristimewa terkenal di negara kita karena polemiknya dengan kaum oportunis dan dengan Bernstein sebagai pemimpin mereka. Tetapi satu fakta hampir tidak diketahui, fakta yang tidak boleh diabaikan jika kita bertugas menyelidiki bagaimana Kautsky terjerumus ke dalam kekacauan yang tak terkirakan memalukannya dan ke dalam pembelaan atas sosial-chauvinisme pada masa krisis yang maha hebat tahun-tahun 1914-1915. Fakta ini adalah bahwa dekat sebelum tampil melawan wakil-wakil terkemuka oportunisme di Perancis [Millerand dan Jaures] dan di Jerman [Bernstein], Kautsky telah menampakkan kebimbangan yang sangat besar. Jurnal Marxis Zarya[2], yang diterbitkan di Stuttgart pada tahun 1901-1902 dan yang mempertahankan pandangan-pandangan revolusioner proletar, terpaksa berpolemik dengan Kautsky dan menamakan resolusi Kautsky, yang setengah-tengah, yang bersifat mengelak dan kompromi terhadap kaum oportunis pada Konggres Sosialis Internasional di Paris pada tahun 1900[3], sebagai resolusi yang “elastis”. Dalam literatur Jerman telah diterbitkan surat-surat Kautsky dekat sebelum ia melakukan kampanye melawan Bernstein.

Tetapi yang mempunyai arti yang jauh lebih besar adalah bahwa dalam polemiknya dengan kaum oportunis itu sendiri, dalam caranya mengajukan masalah dan caranya membahas masalah, kita lihat kini, ketika mempelajari sejarah pengkhianatan terbaru terhadap Marxisme dari pihak Kautsky, kecenderungan yang sistematis ke oportunisme justru dalam masalah negara.

Marilah kita ambil karya besar pertama Kautsky yang melawan oportunisme, yaitu Bernstein dan Program Sosial-Demokrat. Kautsky secara terperinci membantah Bernstein. Tetapi inilah yang khas:

Bernstein dalam tulisannya Premis-premis Sosialisme yang terkenal secara herostratis, menuduh Marxisme sebagai “Blanquisme” [tuduhan yang sejak itu diulangi ribuan kali oleh kaum oportunis dan kaum borjuis liberal di Rusia terhadap wakil-wakil Marxisme revolusioner, kaum Bolshevik]. Dalam hal ini Bernstein secara khusus membicarakan karya Marx Perang dalam Negeri di Perancis dan mencoba &endash;seperti telah kita lihat, gagal sama sekali menyamakan pandangan Marx tentang pelajaran-pelajaran dari Komune dengan pandangan Proudhon. Perhatian khusus Bernstein tergugah oleh kesimpulan Marx yang ditekankannya dalam kata pendahuluan pada tahun 1872 untuk Manifesto Komunis dan yang berbunyi: “kelas buruh tidak dapat begitu saja merebut mesin negara yang sudah-jadi dan menggunakannya untuk tujuan-tujuannya sendiri”.

Bernstein begitu “suka” pada ungkapan ini, sehingga ia mengulanginya tidak kurang dari tiga kali dalam bukunya, dengan mentafsirkannya dalam pengertian yang paling didistorsikan, yang oportunis.

Seperti yang telah kita ketahui, Marx ingin mengatakan bahwa kelas buruh harus menghancurkan, mematahkan, meledakkan [Sprengung ledakan, ungkapan yang digunakan oleh Engels] seluruh mesin negara. Tetapi bagi Bernstein tampaknya seolah-olah Marx dengan kata-kata tersebut memperingatkan kelas buruh supaya jangan bersemangat revolusioner yang berlebih-lebihan pada waktu merebut kekuasaan.

Pendistorsian yang lebih kasar dan lebih tidak senonoh terhadap ide Marx tidak dapat dibayangkan.

Alangkah, kemudian, Kautsky bertindak dalam bantahannya yang paling detil terhadap Bernsteinisme.

Ia menghindari penganalisisan atas pendistorsian yang paling mendalam terhadap Marxisme oleh oportunisme dalam hal ini. Ia mengajukan bagian yang telah dikutip di atas dari kata pendahuluan Engels untuk Perang dalam Negeri Marx dengan mengatakan bahwa menurut Marx, kelas buruh tidak dapat begitu saja merebut mesin negara yang sudah jadi, tetapi secara umum ia dapat merebutnya, dan hanya itulah. Mengenai hal bahwa Bernstein menganggap sebagai ide Marx justru sesuatu yang amat berlawanan dengan ide Marx yang sebenarnya, yaitu bahwa Marx sejak tahun 1852 telah mengemukakan “menghancurkan” mesin negara sebagai tugas revolusi proletar, mengenai ini Kautsky tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Hasilnya adalah bahwa perbedaan yang paling hakiki antara Marxisme dengan oportunisme mengenai masalah tugas-tugas revolusi proletar telah dikaburkan oleh Kautsky!

“Kita dapat secara aman menyerahkan solusi dari permasalahan diktatur proletar kepada masa depan”, kata Kautsky, dalam tulisannya “melawan” Bernstein [halaman 172, edisi bahasa Jerman].

Ini bukan polemik melawan Bernstein, tetapi, pada hakekatnya, konsesi kepada Bernstein, menyerah kepada oportunisme; sebab bagi kaum oportunis untuk sementara ini cukup dengan “sepenuhnya menyerahkan dengan perasaan aman kepada hari depan” semua masalah fundamental tentang tugas-tugas revolusi proletar.

Sejak tahun 1852 sampai 1891, selama 40 tahun, Marx dan Engels mengajarkan pada kaum proletar bahwa ia harus menghancurkan mesin negara. Sedang Kautsky pada tahun 1899, menghadapi pengkhianatan sepenuhnya kaum oportunis terhadap Marxisme mengenai hal ini, mengganti masalah apakah harus menghancurkan mesin ini dengan masalah bentuk-bentuk kongkrit penghancuran, dan menyelamatkan di bawah perlindungan kebenaran filistin yang [“tak terbantah” dan sia-sia] bahwa bentuk-bentuk kongkrit tidak dapat kita ketahui sebelumnya!

Sebuah jurang dalam membedakan antara Marx dengan Kautsky dalam sikap mereka terhadap tugas-tugas partai proletar untuk mempersiapkan kelas buruh u melakukan revolusi.

Marilah kita ambil karya Kautsky yang berikutnya, yang lebih matang, yang ditujukan juga dalam batas yang luas untuk membantah kesalahan-kesalahan oportunisme. Karya itu adalah fampletnya Revolusi Sosial. Di famplet ini penulis mengambil sebagai temanya yang khusus masalah “revolusi proletar” dan “rezim proletar”. Penulis telah memberikan banyak sekali yang luar biasa berharganya, tetapi justru masalah negara dihindari. Dalam seluruh brosur itu dibicarakan tentang perebutan kekuasaan negara, dan Cuma itu saja, yaitu dipilih rumusan yang memberi konsesi kepada kaum oportunis, karena memperbolehkan perebutan kekuasaan tanpa penghancuran mesin negara. Justru hal yang oleh Marx pada tahun 1872 di dalam program Manifesto Komunis dinyatakan “sudah usang” dihidupkan kembali oleh Kautsky pada tahun 1902!

Dalam famplet itu terdapat paragraf khusus yang membahas “Bentuk-bentuk dan senjata revolusi sosial”. Di sini dibicarakan juga tentang pemogokan politik, tentang perang dalam negeri dan tentang “alat-alat kekuasaan negara besar modern, seperti birokrasi dan tentara”, tetapi tentang apa yang sudah diajarkan oleh komune kepada kaum buruh sepatah katapun tidak dibicarakan. Jelas, Engels bukannya tanpa alasan memperingatkan terutama kaum sosialis Jerman supaya jangan menaruh “rasa hormat secara takhayul” kepada negara.

Kautsky menguraikan masalahnya sebagai berikut: proletariat yang berjaya “akan melaksanakan program demokrasi” dan memaparkan fasal-fasalnya. Tentang hal baru yang diberikan oleh tahun 1871 mengenai masalah penggantian demokrasi borjuis dengan demokrasi proletar, sepatah katapun tidak ada. Kautsky membatasi diri dengan kata-kata banyak yang kedengarannya “hebat”.

“Jelas dengan sendirinya bahwa kita tidak akan mencapai kekuasaan di bawah tata tertib sekarang. Revolusi itu sendiri menyatakan perjuangan yang berjangka panjang dan mendalam, yang sudah akan mengubah susunan politik dan sosial kita yang sekarang”.

Tak diragukan lagi, memang ini “jelas dengan sendirinya”, seperti juga kebenaran bahwa kuda makan gandum haver dan bahwa Sungai Volga mengalir ke Laut Kaspia. Hanya sayang, bahwa dengan menggunakan kata-kata kosong dan bombastis tentang perjuangan yang “mendalam” dihindari masalah yang vital bagi proletariat revolusioner, yaitu dimana letak “kedalaman” revolusi proletariat dalam hubungan dengan negara, dalam hubungan dengan demokrasi, jika dikontraskan dengan revolusi-revolusi sebelumnya yang non-proletar.

Dengan menghindari masalah tersebut, Kautsky dalam kenyatannya memberi konsesi kepada oportunisme mengenai hal yang paling hakiki ini, dengan memaklumkan dalam kata-kata perang sengit melawan oportunisme, dengan menekankan arti penting “íde revolusi” [berapa harga “ide” ini jika orang takut memproragandakan kepada kaum buruh pelajaran-pelajaran kongkrit revolusi?], atau dengan mengatakan: “idealisme revolusioner di atas segala-galanya”, atau dengan mengumumkan bahwa kaum buruh Inggris sekarang ini “hampir-hampir tidak lebih dari pada borjuis kecil”.

“Bentuk-bentuk perusahaan yang paling beraneka ragam perusahaan dan birokrasi [??], perusahaan serikat buruh, perusahaan koperasi, perusahaan perseoranganÉ dapat berdiri berdampingan di dalam masyarakat sosialis”, tulis Kautsky, “Misalnya, ada perusahaan-perusahaan yang tidak bisa tanpa organisasi yang birokratis [??], seperti kereta api. Di sini organisasi demokratis dapat berbentuk sebagai berikut: kaum buruh memilih utusan-utusan yang merupakan sesuatu semacam parlemen, dan parlemen ini menetapkan peraturan kerja dan mengawasi pengurusan aparat birokrasi. Pengurusan perusahaan-perusahaan lain dapat diserahkan kepada Serikat Buruh-Serikat Buruh, yang lainnya lagi dapat diselenggarakan menurut prinsip koperasi” [halaman 148 dan 115, terjemahan bahasa Rusia, terbitan Jenewa, 1903].

Pembahasan demikian ini adalah salah, merupakan langkah mundur dibandingkan dengan penjelasan-penjelasan Marx dan Engels dalam tahun-tahun 1870-an dengan menggunakan pelajaran-pelajaran dari Komune sebagai contoh.

Dipandang dari segi organisasi “birokratis” yang seolah-olah diperlukan itu, kereta api sama sekali tidak berbeda dengan semua perusahaan industri mesin besar pada umumnya, dengan setiap pabrik, toko besar, perusahaan pertanian besar kapitalis. Teknik dalam semua perusahaan semacam itu mutlak menuntut disiplin yang paling keras, ketepatan yang paling tinggi dari setiap orang dalam menunaikan bagian pekerjaan yang diperuntukan baginya, sebab kalau tidak, ada bahaya seluruh perusahaan akan berhenti atau mesin rusak, barang hasil rusak. Di semua perusahaan semacam itu kaum buruh sudah tentu akan “memilih utusan-utusan yang merupakan sesuatu semacam parlemen”.

Tetapi justru seluruh persoalannya adalah bahwa “sesuatu semacam parlemen” ini akan tidak merupakan parlemen dalam pengertian lembaga-lembaga parlementer borjuis. Justru seluruh persoalannya adalah bahwa “sesuatu semacam parlemen” ini akan tidak hanya “menetapkan peraturan kerja dan mengawasi pengurusan aparat birokrasi”, seperti yang dibayangkan Kautsky, yang pikirannya tidak keluar dari bingkai parlementerisme borjuis. Dalam masyarakat sosialis “sesuatu semacam parlemen” dari utusan-utusan buruh itu sudah tentu akan “menetapkan peraturan kerja dan mengawasi pengurusan” atas “aparat” tetapi justru aparat ini tidak akan bersifat “birokrasi”. Kaum buruh, setelah merebut kekuasaan politik, akan menghancurkan aparat birokrasi yang lama, meremukannya sampai ke dasarnya dan memusnahkannya sama sekali, menggantinya dengan yang baru yang terdiri dari kaum buruh dan pegawai-pegawai yang itu juga, dan untuk mencegah mereka berubah menjadi birokrat-birokrat akan segera diambil tindakan-tindakan yang telah diuraikan dengan terperinci oleh Marx dan Engels: 1.] tidak hanya dipilih tetapi juga dapat diganti sewaktu-waktu; 2.] upah tidak lebih tinggi dari pada upah buruh; 3.] segera beralih ke keadaan dimana semua melaksanakan fungsi mengawasi dan menilik, sehingga semua untuk sementara waktu menjadi “birokrat” dan sehingga karena itu tidak seorangpun dapat menjadi “birokrat”.

Kautsky sama sekali tidak merefleksikan kata-kata Marx: “Komune adalah badan pekerja, bukan merupakan badan parlementer, legislatif dan eksekutif pada saat yang bersamaan”.

Kautsky sama sekali tidak mengerti perbedaan antara parlementerisme borjuis, yang mengkombinasikan demokrasi [bukan untuk rakyat] dengan birokratisme ]terhadap rakyat], dengan demokratisme proletar yang segera akan mengambil tindakan-tindakan untuk memotong birokratisme sampai ke akar-akarnya dan yang akan mampu menjalankan tindakan-tindakan itu sampai selesai, sampai pada penghancuran sepenuhnya birokratisme, sampai pada pelaksanaan sepenuhnya demokrasi untuk rakyat.

Di sini Kautsky memperlihatkan “rasa hormat secara takhayul” terhadap negara dan “kepercayaan secara takhayul” terhadap birokratisme yang sama saja.

Marilah kita beralih pada karya Kautsky yang terakhir dan terbaik yang melawan kaum oportunis, yaitu brosurnya Jalan Menuju Kekuasaan [saya kira famplet ini belum diterbitkan dalam bahasa Rusia, sebab famplet itu terbit ketika di negeri kita reaksi sedang mengamuk, pada tahun 1909]. Famplet ini merupakan langkah maju yang besar, karena tidak membicarakan program revolusioner pada umumnya, seperti brosur tahun 1899 yang menentang Bernstein, tidak membicarakan tugas-tugas revolusi sosial terlepas dari waktu terjadinya, seperti brosur Revolusi Sosial tahun 1902, tetapi membicarakan syarat-syarat kongkrit yang memaksa kita mengakui bahwa “jaman revolusi” sedang mendekat.

Secara definitif penulisnya menunjukkan meruncingnya kontradiksi-kontradiksi kelas pada umumnya dan imperialisme yang memainkan peranan yang teristimewa besarnya dalam hubungan ini. Sesudah “periode revolusioner tahun 1789-1871” bagi Eropa Barat, ia berkata, periode yang serupa mulai pada tahun 1905 bagi Timur. Perang dunia sedang mendekat dengan kecepatan yang menakutkan. “Proletariat sudah tidak dapat lagi berbicara tentang revolusi yang terlalu pagi”. “Kita telah memasuki periode revolusioner”. “Jaman revolusioner sedang dimulai”.

Kenyataan-kenyataan ini jelas sekali. Famplet Kautsky ini harus dijadikan ukuran untuk membandingkan apa yang dijanjikan hendak diperbuat oleh Sosial-Demokrat Jerman menjelang perang imperialis dengan betapa rendahnya ia telah merosot [termasuk Kautsky sendiri] ketika perang pecah. “Situasi sekarang”, tulis Kautsky dalam famplet yang sedang kita bahas ini, “mengandung bahaya, bahwa kita [yaitu Sosial-Demokrat Jerman] mudah dianggap lebih lunak dari pada keadaan kita yang sebenarnya”. Terbukti bahwa dalam kenyataannya Partai Sosial-Demokrat Jerman jauh lebih lunak dan oportunis dari pada tampaknya!

Yang lebih khusus lagi adalah bahwa meskipun begitu tegas pernyataan-pernyataan Kautsky tentang sudah mulainya jaman revolusi, tetapi dalam famplet, yang menurut kata-katanya sendiri ditujukan justru untuk menganalisa masalah “revolusi politik”, ia sekali lagi menghindari sama sekali masalah negara.

Dari jumlah seluruh penghindaran, pembungkaman dan pengelakan masalah ini, hasilnya pastilah penyeberangan sepenuhnya ke oportunisme yang kini harus kita bicarakan.

Sosial-Demokrasi Jerman, pada diri Kautsky, seolah-olah menyatakan: saya tetap berpegang pada pandangan-pandangan revolusioner [1899], khususnya saya mengakui tak terelakkannya revolusi sosial proletariat [1902], saya mengakui tibanya jaman baru revolusi [1909]. Tetapi walaupun demikian saya akan mundur menentang apa yang dikatakan Marx sudah pada tahun 1852, begitu diajukan masalah tugas-tugas revolusi proletar dalam hubungan dengan negara [1912].

Demikianlah masalahnya diajukan dengan blak-blakan dalam polemik Kautsky dengan Pannekoek. — Bersambung ke Bab VI — Bagian [b].

Catatan :

[1]. Kongres Den Haag Internasionale I diadakan pada tanggal 2-7 September 1872. Kongres ini dihadiri 65 orang utusan, antara lain Marx dan Engels. Masalah-masalah yang tercantum dalam acara: 1. Wewenang Dewan Umum 2. Aktivitas politik proletariat, dll. Kongres belangsung dalam perseteruan sengit dengan kaum Bakuninis. Konggres menerima resolusi tentang perluasan wewenang dewan umum. Mengenai masalah “aktivitas politik proletariat” dalam resolusi kongres dikatakan bahwa proletariat harus mengorganisasi partai politik sendiri untuk menjamin kemenangan revolusi sosial dan bahwa tugasnya yang besar ialah merebut kekuasaan politik. Dalam kongres itu Bakunin dan Guillame dikeluarkan dari Internasionale karena dianggap sebagai pengacau dan sebagai pendiri partai baru yang anti-proletar. 

[2]. Zarya [fajar], majalah ilmu dan politik Marxis yang diterbitkan oleh dewan redaksi Iskra di Stuttgart pada tahun 1901-1902. Terbit empat nomor dalam tiga jilid. Dalam Zarya dimuat artikel-artikel Lenin: “Casual Notes”, “The Persecutors of the Zemstvo and the Hannibals of Liberalism,” empat bab pertama dari “The Agrarian Question and the ‘Critics of Marx'” [dengan judul “Messrs. the ‘Critics’ on the Agrarian Question”], “Review of Internal Affairs” dan “The Agrarian Program of Russian Social-Democracy.”

[3]. Yang dimaksud di sini adalah Konggres Sosialis Internasional ke-V Internasionale II yang berlangsung dari tanggal 23-27 September 1900 di Paris dengan dihadiri oleh 791 orang utusan. Delegasi Rusia terdiri 23 orang. Mengenai masalah pokok dan masalah perebutan kekuasaan politik oleh proletariat, mayoritas konggres menerima resolusi yang diusulkan oleh Kautsky dan yang oleh Lenin disebut “bersikap berdamai terhadap kaum oportunis”. Di antara keputusan-keputusan konggres lainnya adalah mendirikan Biro Sosialis Internasional yang terdiri dari wakil-wakil partai sosialis semua negeri dengan sekretariatnya berkedudukan di Brussel. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *