Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

BACAAN PROGRESIF

Membangun Kekuatan Rakyat – Bagian 2

SAMORA MACHEL

II. Menyelenggarakan Kehidupan Demokratis

Pelaksanaan kekuasaan, bentuk dan metodenya, itu harus serasi dengan isinya. Sekalipun begitu seringkali anggur baru tersimpan di dalam botol lama, artinya, kekuasaan baru mungkin saja dinyatakan melalui bentuk-bentuk yang lama.

Dalam memaparkan metode kerja FRELIMO, dalam Anggaran Dasar kita [dimulai Bab 7 pasal a] secara jelas dinyatakan hal-hal pokok yang bisa diringkaskan sebagai berikut: kebebasan berdiskusi, prinsip minoritas mengikuti mayoritas, pertanggungjawaban kolektif, kritik dan oto kritik dalam pekerjaan maupun tingkah laku.

Anggaran Dasar kita, isi tindakan kita menuntut demokrasi sejati, kebebasan berpendapat yang sejati, dan diskusi mendalam untuk tiap keputusan yang kita ambil.

Karena itu kami sangat mementingkan pertemuan antara rakyat dengan para pejuang. Pertemuan-pertemuan itu untuk menyuarakan perasaan dan pikiran rakyat yang sesungguhnya, menemukan kontradiksi dan menjelaskan sekaligus memberikan garis politik maupun arahan tentang langkah konkret untuk tiap-tiap situasi yang spesifik.

Keputusan-keputusan kita harus selalu demokratis dalam isi dan bentuknya. Demokratis dalam “isi” artinya keputusan itu harus mencerminkan kepentingan-kepentingan rakyat. Demokratis dalam “bentuk” artinya massa yang luas harus mengambil bagian dalam pengambilan keputusan, merasa bahwa keputusan itu milik mereka dan bukan sesuatu yang diberikan dari atas.

Ada situasi-situasi praktis dan mendesak ketika seorang penanggung jawab [Responsavel] harus mengambil keputusan sendiri tanpa berkonsultasi dengan siapa pun. Dalam suatu penyerbuan, seorang komandan tidak bisa mengumpulkan seluruh pejuang untuk melakukan pemungutan suara tentang kapan harus menembak, kapan harus menyerang, dan kapan harus mundur.

Tetapi, pada sisi yang lain, semakin banyak diskusi yang dilakukan oleh seorang komandan dengan para pejuang sebelum dilakukannya suatu aksi, yang membuat mereka memahami makna dan tujuan pertempuran yang mereka lakukan, kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi, dan taktik-taktik tepat yang harus mereka terapkan, maka mereka akan semakin berdisiplin dalam garis pertempuran dan semakin siap berkorban, karena kemenangan itu tergantung pada pertempuran yang baik yang dihasilkan dari kepemimpinan yang baik yang mengarahkan inisiatif pejuang biasa.

Kadang-kadang dalam proses diskusi seorang kawan bisa tampil sangat jelek atau bahkan rnenyampaikan ide yang salah. Kita cenderung menyuruh kawan seperti ini diam, dengan mengandalkan wewenang yang kita miliki. Hasilnya akan negatif: pertama karena si pembicara akan merasa orang lain tidak mengerti ide yang disampaikannya dan akan mempertahankan ide-idenya yang keliru dengan bergumam di luar pertemuan, dan kedua, yang ini lebih penting, untuk menentang pemikiran yang salah setiap orang atau paling tidak mayoritas besar harus mengerti bagaimana dan mengapa pemikiran yang bersangkutan itu salah.

Demokrasi di dalam Partai adalah syarat penting bagi setiap dan semua orang untuk merasa berkomitmen dan bertanggungiawab mengenai suatu keadaan, karena muncul dan berkembangnya situasi itu berkaitan erat.

Tentunya ada berbagai macam lapisan di dalam struktur. Praktisnya, jenis dan sifat tiap-tiap diskusi itu berbeda sesuai dengan tingkatnya, suatu hal yang alamiah belaka. Tetapi prinsip diskusi dan pengambilan keputusan kolektif harus selalu dipertahankan.

Suatu keputusan birokratis, yakni suatu keputusan yang diambil oleh komandan atau pemimpin tanpa diperdebatkan dan penjelasan sebelumnya kepada massa, sekalipun isinya bagus sekali, hal yang hampir mustahil terjadi tidak akan bisa menggalang massa rakyat, yang pada akhirnya adalah pihak yang mengadopsi, melaksanakan, dan mempertahankannya.

Betapa pun baik isinya, suatu keputusan birokratis menghadapi resiko tidak punya hubungan dengan tingkat pemahaman massa; dengan kata lain, tidak realistis dan menciptakan kontradiksi yang bisa dihindari kalau saja sebelumnya dilakukan diskusi.

Diskusi demokratis membutuhkan persiapan yang kuat. Sebelum diskusi kita harus membuat studi yang mendalam tentang pokok persoalannya, menemukan apa yang menjadi masalah, dan jelas mengenai garis partai tentang hal yang dipersoalkan.

Setelah siap, kita berada pada kedudukan untuk membimbing diskusi dan merumuskan kebijakan-kebijakan dengan tepat dan benar.

Kita harus selalu sadar bahwa sekalipun sebuah kebijakan itu benar, ia bisa punya dampak negatif dipaksakan kalau tidak sesuai dengan tingkat pemahaman massa rakyat. Khususnya, kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan adat istiadat harus diperkenalkan secara pelan-pelan dan bertahap, hanya setelah dilakukan mobilisasi luas yang menyentuh sektor-sektor masyarakat yang paling banyak dirugikan oleh adat istiadat yang bersangkutan.

Dalam membimbing diskusi, kita harus menggunakan taktik menyatukan sektor-sektor masyarakat yang sadar, mengisolasi kekuatan-kekuatan yang menentang, dan memenangkan mayoritas yang ragu-ragu.

Jadi di dalam diskusi, pembahasan kita tidak boleh abstrak, kita harus menangani persoalan-persoalan konkret, dan kita harus mengungkapkan kenyatan yang paling menyakitkan sehingga setiap orang merasakan kebutuhan nyata untuk menyelesaikan persoalan yang bersangkutan.

Sebuah diskusi harus dipersiapkan dengan cara yang sama dengan mempersiapkan sebuah pertempuran: yaitu menjalankan strategi dan taktik tentang hal-hal yang akan didiskusikan, mengerti kelemahan dan kekuatan kita sendiri, serta posisi-posisi yang hendak kita serang, dan juga menyusun dan menyebarkan gagasan-gagasan kita secara benar, mengetahui bagaimana harus maju dan mundur ketika diperlukan.

Untuk menjalankan penyerangan dalam rangka mendemokratisasikan metode kerja kita, kita harus memberi perhatian khusus kepada demokrasi di bidang poiitik, ekonomi, dan militer.

Ketika bekerja melaksanakannya kita harus selalu menyadari bahwa kekuasaan itu milik rakyat, bahwa kita semua sama-sama mengalami penindasan, penghinaan, penjualan, penghisapan, pembunuhan massal, dan bahwa kita semua adalah saudara dari kelas sosial yang sama dengan satu tujuan: melayani rakyat. Inilah yang menjadi dasar kesatuan kita, titik awal dari demokrasi kita.

Demokrasi politik berdasarkan pada diskusi kolektif, pada pemecahan kolektif setiap persoalan kita. Semua dan setiap orang dipersilahkan untuk menetapkan pandangannya tentang apa yang untuk melayani rakyat pada keadaan tertentu. Semua dan setiap orang bertanggungjawab atas kehidupan organisasi kita, atas pengembangan dan konsolidasi, perjuangan dan Revolusi. Semua dan setiap orang berkewajiban untuk mengembangkan secara kreatif garis politik kita. Memadukan pengalaman yang kaya yang kita peroleh dalam perjuangan politik dan perjuangan bersenjata melawan musuh dalam rangka mentransformasi masyarakat dan memobilisasi hukum-hukum alam demi kemajuan bersama.

Kesalahan-kesalahan yang dibuat, baik yang dilakukan secara pribadi maupun kolektif, serta pelanggaran-pelanggaran terhadap garis politik dan disiplin, harus menjadi sarana untuk mendidik kita. Pelajaran-pelajaran yang kita ambil dari kesalahan-kesalahan itu harus didiskusikan oleh massa rakyat sehingga mereka dapat memperoleh pengalaman baru. Pelanggaran-pelanggaran garis politik dan disiplin harus kita jadikan bahan diskusi dan kritik terbuka oleh massa rakyat. Dengan demikian, di satu sisi kita menggunakan kesalahan untuk memperdalam kesadaran politik dan, di sisi lain kita menyerahkan pertahanan dan disiplin garis politik kepada rakyat sebagai pemiliknya.

Kecenderungan kawan-kawan tertentu untuk menyembunyikan dari hadapan rakyat kesalahan khususnya yang dilakukan oleh responsavel itu mencerminkan rendahnya demokrasi politik dan rendahnya kepercayaan pada rakyat. Kekuasaan itu milik rakyat pekerja. Garis politik mencerminkan kepentingan massa pekerja dan disiplin adalah penjaga yang mempertahankan garis politik. Karena itu sudah jelas bahwa mempertahankan garis politik dan disiplin itu adalah tugas pertama dan paling utama dari massa rakyat, kerena pertahanan ini adalah pertahanan kehidupan mereka.

Mempercayakan kepada rakyat tugas untuk mengkritik kesalahan, penyimpangan, dan pelanggaran garis dan disiplin kita itu berarti menegaskan bahwa kesalahan, penyimpangan, pelanggaran, dan kejahatan itu adalah tindakan-tindakan politik yang mencerminkan ketidakpahaman tentang garis politik kita atau bahkan penentangan terhadapnya. Dalam konteks ini, kritik terbuka dan pencelaan itu memberikan pelajaran politik yang mendidik diri kita maupun mereka yang menentang garis kita.

Karena alasan itulah, kita menentang pengadilan rahasia dan kesukaan menyusun peraturan-peraturan hakum pidana dan disiplin. Apabila pengadilan rahasia diberlakukan sebagai suatu sistem, ia mencegah massa rakyat menjalankan kekuasaan dan memberi peluang untuk terjadinya penyalahgunaan wewenang. Terlebih lagi peraturan hukum cenderung membekukan perkembangan dinamis dan proses perubahan terus menerus yang kita terlibat di dalamnya, dan karena itu dengan mudah bisa mendepolitisasi dan membirokratisasikan keadilan.

Demokrasi militer menjamin partisipasi setiap orang untuk menggabungkan pengalaman perjuangan kita, untuk mempelajari secara kolektif negeri kita dan musuh kita, untuk menarik pelajaran dan setiap operasi, dan terus menerus mendiskusikan cara-cara memperluas perjuangan bersenjata ke wilayah-wilayah baru serta melakukan konsolidasi wilayah kita yang terdepan.

Demokrasi ekonomi adalah bagian tak terpisahkan dari perjuangan kita untuk menghancurkan sistern penghisapan manusia atas manusia.

Kita menjamin demokrasi ekonomi dengan pertama-tama menghapuskan kekuasaan perusahaan-perusahaan dan penghisapan kolonialis kapitalis atau kelas kelas feodal tradisional. Dengan menghalangi kelas-kelas ini menghisap kelas pekerja kita membangun dasar bagi demokrasi ekonomi.

Kerja kita menggalang dan mengorganisasi rakyat untuk mengubah produksi perorangan dan keluarga menjadi produksi kolektif itu mengkonsolidasikan proses demokrasi ekonomi. Sesungguhnya dengan melakukan hal ini kita mencegah produsen-produsen perorangan dan keluarga merosot menjadi pemilikan pribadi yang mengeksploitasi yang melahirkan kelas-kelas penghisap baru. Kita sekaligus juga memberi bentuk material pada prinsip keadilan yang menggariskan bahwa semua kekayaan negeri kita dan usaha-usaha kita adalah milik mayarakat, melayani masyarakat, dan ditujukan untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan rakyat.

Dalam hal ini, kerja, partisipasi dalam produksi bukanlah semata-mata kewajiban melainkan juga hak setiap dan semua orang.

Bagi revolusi tidak ada orang yang menganggur, tidak ada orang yang tidak berguna atau tidak mampu [cacat], tidak ada talenta yang tidak bermanfaat. Setiap orang punya hak dan kewajiban untuk ambil bagian dalam perjuangan bersama untuk mengubah masyarakat dan menggunakan sumber daya alam untuk kebaikan masyarakat. Melibatkan diri dalam produksi menyatukan kita dengan kelas kita, menolak berpartisipasi berarti menentang garis politik kita dan mendukung kelas penghisap.

Diskusi kolektif mengenai cara-cara mengembangkan, memperluas dan meningkatkan produksi, sintesis terus menerus dan kolektif tentang pengalaman-pengalaman negatif maupun positif kita, serta keputusan-keputusan kolektif tentang cara mendistribusikan hasil-hasil produksi, memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan perang dan memperbaiki tingkat kehidupan rakyat banyak, semuanya menjamin demokrasi ekonomi.

Dalam kerangka inilah kita dapat melihat bahwa kemalasan di kalangan kita dan kurangnya penghargan pada harta milik rakyat dan milik gerakan itu merupakan pelanggaran serius baik terhadap garis politik maupun demokrasi ekonomi kita, yang mencerminkan sikap parasitis maupun eksploitatif.

Proses dan pangalaman demokrasi merupakan hal baru di negeri kita. Karena selalu hidup di bawah kekuasaan berbagai kelas vang menghisap, rakyat kita tidak pernah mengenal demokrasi sejati.

Revolusi mengajarkan demokrasi, yang telah diberlakukan pada berbagai tingkat: politik, ekonomi, dan militer. Demokrasi juga diterapkan dalam kerangka Organisasi. Pada tahap sekarang vital untuk memperluas wilayah penerapan demokrasi, yang dengan cara ini mempraktekkan lebih lanjut asas bahwa kekuasaan itu milik massa pekerja.

Dalam konteks ini, syarat penting yang sesuai dengan konsolidasi kekuasaan di wilayah-wilayah yang dibebaskan, adalah memperluas terus sistem pemilihan, dimulai dari tingkat yang paling rendah, untuk memilih reponsavel dari kalangan rakyat, yang menciptakan struktur dasar demokrasi yang sesungguhnya dari kekuasaan administratif.

Jelas bahwa pemilihan tidak bisa berlangsung anarkis tapi harus berorientasi sehingga pilihan massa rakyat jatuh pada mereka yang telah memahami garis politik Partai, baik secara konseptual maupun dalam tingkah laku mereka, dan mereka yang punya inisiatif dan kemampuan mengorganisir.

Karena itu penting bersikap sangat waspada mencegah terpilihnya orang-orang yang berkecenderungan eksploitatif, walaupun mereka bisa saja punya pendukung banyak, karena alasan-alasan subyektif ataupun karena kegiatan demagogis.

Tua dan muda, laki laki maupun perempuan harus berpartisipasi secara setara dalam pemilihan dan harus punya tanggungjawab untuk menentang tendensi kuno yang mendiskriminasikan kaum perempuan dan kaum muda.

Kita harus menyadari bahwa ketika Revolusi maju dan dikonsolidasikan dan tatanan kehidupan dirombak susunannya, pembagian kerja yang lebih tegas berlaku antara organisasi politik, struktur administratif dan struktur militer.

Keterlibatan semakin besar para wakil rakyat yang terpilih di dalam tugas-tugas administratif mendorong tumbuhnya inisiatif massa rakyat dan membiasakan mereka dengan kehidupan demokratis, yang menciptakan rasa tanggung jawab kolektif dan mengarahkan mereka untuk menjalankan kekuasaan.

Pada tahap akhir, tugas Partai politik adalah secara definitif memimpin, mengorganisir, mengarahkan dan mendidik massa rakyat. Tugas struktur administratif adalah mempraktekkan keputusan-keputusan yang diambil di berbagai bidang ekonomi dan kehidupan sosial. Sedangkan tugas struktur militer adalah menyokong dan melindungi rakyat, mengusir musuh negeri, mempertahankan tanah air, serta terlibat aktif dalam pembangunan kembali.

Partai politik memimpin dan mengarahkan reorganisasi kehidupan massa rakyat dan rekonstruksi nasional sama seperti memimpin dan mengarahkan tentara, merumuskan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan meningkatkan kesadaran politik. Tentara menciptakan kondisi-kondisi untuk membebaskan rakyat dan tanah air. Administrasi mempraktekkan arahan-arahan mengenai rekonstruksi nasional.

Pada tahap sekarang ini, dalam mana tugas administratif semakin meningkat dan bermacam-macam maka demokratisasi terus menerus metode kerja serta menentukan responsavel itu mutlak dilakukan.

Metode kerja kita tidaklah kurang penting, karena melalui metode inilah kita bisa mencapai realisasi praktis keputusan keputusan yang kita ambil.

Supaya badan yang memimpin bisa bekerja dengan rakyat, badan ini harus bersatu. Jika di dalan badan pimpinan itu ada kontradiksi, hal ini akan melahirkan desas-desus, tipu daya, dan fitnah. Tiap faksi berupaya menggalang dukungan untuk pandangannya masing-masing, yang membuat terjadinya perpecahan di kalangan massa. Jika kita tidak bersatu kita akan memecah-belah rakyat dan para pejuang, memecah kekuatan mereka, dan membuat mereka tidak aktif sehingga memberi peluang kepada musuh untuk menyusup. Akhimya kita memecah-belah teman-teman kita sendiri.

Agar tetap bersatu dan menyatu dengan rakyat kita perlu mengenal diri sendiri dengan baik. Untuk mengenal diri kita dengan baik, kita harus benar dalam pikiran dan tindakan dan bila sesuatunya tidak benar kita harus siap bertanggung jawab melalui kritik dan oto kritik.

Persatuan dalam pimpinan dengan garis yang benar, pada tingkat manapun, bisa menjadi kekuatan penggerak setiap sektor dan menjadi syarat untuk keberhasilan suatu tugas.

Sama dengan orang yang setiap hari harus makan supaya tubuhnya mampu mengatasi tugas dan kesulitan-kesulitannya, demikian pula persatuan juga membutuhkan makanan sehari hari.

Kehidupan, kerja, studi, kritik dan oto kritik kolektif, serta bantuan timbal balik adalah makanan, garam, dan vitamin persatuan.

Karena itu anggota-anggota pimpinan tidak boleh terpisah satu sama lain, masing-masing menjalani kehidupan pribadinya, dan hanya bersama-sama ketika ada rapat.

Tentu saja, mengingat adanya tugas masing-masing orang dan fakta bahwa mereka harus bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain, maka para anggota pimpinan harus berusaha tinggal bersama, mengenal satu sama lain dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, dan saling memaharni kelemahan masing-masing, sehingga mudah saling memperbaikinya. Bekeria bersama, berproduksi secara bersama, berkeringat bersama, menderita beratnya gerakan bersama serta mengatasi secara bersama kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh musuh akan menciptakan ikatan persaudaraan dan saling menghormati yang kuat. Yang mengikat kita bukan kata-kata tetapi kegiatan-kegiatan yang kita jalankan untuk melayani masyarakat. Persatuan yang ditumbulkan oleh darah dan keringat inilah yang mengikat kita.

Dengan demikian kalau seorang kawan ketika terjatuh maka kita akan berusaha untuk menolongnya bangkit dan maju lagi.

Kita harus menyadari bahwa kebodohan satu orang adalah kelemahan kolektif yang mempengaruhi pekerjaan kita semua.

Apakah, misalnya, kita bisa menerima kenyataan bahwa seorang rekan tidak bisa membaca menulis dan tidak bisa berbahasa Portugis, ketika banyak di antara kita bisa membaca menulis dan berbahasa Portugis. Supaya kawan ini menjadi bisa membaca menulis; supaya bisa berbahasa Portugis, apakah Komite Sentral harus mengadakan rapat dan mengeluarkan resolusi tentang persoalan ini?

Kelemahan satu orang tidak akan pernah menjadi kelebihan orang lain, karena kelemahan seseorang, kesalahan seseorang mempersulit pekerjaan semua orang lain, membahayakan tugas-tugas kita, serta melemahkan komunitas.

Kita harus bergerak maju seperti gelombang lautan, maju bersama dan tidak meninggalkan satu orang pun di belakang karena bodoh atau berbuat salah. Dengan melakukan studi politik, ilmu, dan sastra kita bisa bersama-sama menilai keadaan dan memperlengkapi diri dengan teknik-teknik yang diperlukan untuk mengatasi kesulitan. Sering-seringlah melakukan kritik dan oto kritik supaya bisa meralat metode dan bisa membetulkan kesalahan dan penyimpangan pribadi.

Akan tetapi kita jangan membuat kritik dan otokritik menjadi rutin, sejenis pengakuan dosa dalam mana kita menceriterakan dosa-dosa kita, yang kemudian dihapuskan, mendapatkan pengampunan dosa, lalu kemudian mengulangi perbuatan yang sama.

Kita harus giat bertempur melawan rasa menang, rasa puas diri. Tiada yang lebih menggelikan dan salah daripada mendengar seorang kawan berkata “semuanya baik dan lancar.” Pernyataan semacam ini menunjukan rasa puas diri dan pendekatan rutin, dan kurangnya analisis maupun ketidakmampuan untuk mendeteksi hal-hal yang lemah atau mengorganisir kekuatan melawan kelemahan.

Kurangnya analisis dan studi membuat kita tidak mengerti masalah dan bersikap ragu-ragu ketika dihadapkan pada keadaan konkret; dan orang yang ragu-ragu itu di mata rakyat tidak akan mendapat kepercayaan.

Seorang individu tidak akan menjadi responsavel, tidak akan menjadi pemimpin hanya karena ia terpilih melalui pemilihan terbuka atau diangkat untuk melaksanakan suatu tugas.

Otoritas sejati yang membuat seseorang menjadi pemimpin adalah otoritas politik.

Apabila seorang pemimpin tidak mendapat kepercayaan dari rekan-rekannya dan dari massa rakyat, atau telah kehilangan kepercayaan, ia terjerumus dalam otoritas administratif, terjerumus ke otoritaranisme.

Agar memiliki otoritas politik, seseorang harus membuktikan melalui ucapan dan perbuatan, apakah dirinya telah memahami dengan mendalam garis politik Partai dan hidup sejalan dengannya.

Seorang pemimpin adalah wakil, pembela, dan sekaligus contoh dari garis politik FRELIMO. Apabila muncul kontradiksi antara garis politik dengan tingkah laku pemimpin, maka ia tidak punya hak untuk mewakili, membela, maupun menunjukkan garis politik tersebut kepada masyarakat

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa orang yang mulutnya berisi makanan tidak bisa bicara. Dengan kata lain seorang responsavel yang tidak disiplin kendatipun banyak bicara tentang disiplin, pada hakekatnya hanya mengajarkan ketidakdisiplinan dan melalui ketidakdisiplinannya mengembangkan liberalisme dan anarki.

Seorang responsavel yang menyalahgunakan barang milik Partai untuk memuaskan kepentingannya dan kegemaran-kegemarannya sendiri bisa membuat ribuan pidato tentang pentingnya menghormati perbendaharaan milik Parta dan Rakyat, dan harga yang harus dibayar dengan darah untuk memperolehnya. Kenyataannya ia hanya bisa mengajarkan rakyat untuk korupsi, dan mereka akan saling bertengkar untuk mengambil keuntungan terbesar dari harta milik Partai, dan memperebutkan keringat dan darah rakyat untuk keuntungan pribadinya.

Seorang responsavel yang tidak mau tangannya kotor bisa memprakarsai ratusan pertemuan mengenai produksi, tetapi dia tidak akan mendapatkan satu orang pun untuk berproduksi atau mendirikan sebuah koperasi. Seorang responsavel yang berbicara soal produksi kolektif dan mau mempertahankan tanah pertanian atau ternak pribadinya itu mengajarkan bahwa pemilikan pribadi harus tetap dipertahankan.

Seorang responsavel yang mengorganisasikan perjuangan menentang tradisi yang menindas kaum perempuan, tetapi setuju putra-putrinya menjalani upacara inisiasi tradisional sebenarnya memobilisasi rakyat untuk tetap berada dalam kekuasaan tradisi reaksioner.

Seorang responsavel yang menjelaskan tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan tetapi tidak bisa menggali kakus, membersihkan rumah, mengusir nyamuk dan lalat, tidak bisa memasak air, dan percaya pada kekuatan gaib dukun, membuat rakyat melakukan hal yang serupa seperti contohnya. Pendek kata, massa rakyat akan bilang: “Dia berkata begitu karena keharusan, tetapi kata-katanya kosong seperti angin lalu, biarkan berlalu dan segalanya akan berjalan seperti biasa.”

Akibatnya responsavel seperti itu akan menciptakan kekacauan dengan tingkah lakunya dan, karena takut ditegur atasan, takut dipindahkan dari jabatannya yang mendatangkan keistimewaan, ia memberlakukan semacarn kediktatoran terhadap massa rakyat untuk menciptakan penampilan yang baik padahal segalanya porak-poranda.

Ia tidak menyelenggarakan diskusi dan persuasi, tetapi menurunkan perintah-perintah dan menjatuhkan hukuman, tetapi karena hidupnya cenderung menyeret keterlibatan orang lain, ia tidak akan mampu menghukum antek-anteknya sehingga menciptakan ketidakadilan dan tidak bisa menghukum orang-orang yang mengenal kelemahannya, sehingga dengan demikian menciptakan liberalisme.

Responsavel seperti itu akan menciptakan kondisi yang paling memungkinkan terjadinya kontradiksi di kalangan rakyat, memecah-belah rakyat, membuka lebar-lebar pintu bagi desas desus dan intrik. Ringkasnya, ia menciptakan basis buat lawan untuk menyerang kehidupan FRELIMO.

Otoritas politik menuntut disiplin tanggungjawab yang tinggi, artinya ide-ide, keinginan, dan tingkah lakunya sepenuhnya sejalan dengan garis politik FRELIMO dan keputusan-keputusan badan pimpinan. Selain itu, otoritas politik mensyaratkan kompetensi, keamanan untuk belajar, kemampuan untuk mengakui keterbatasan pribadinya, dan kemauan keras untuk mengatasi keterbatasannya.

Orang yang tidak kompeten bukanlah orang yang tepat untuk memimpin organisasi. Untuk mempertahankan posisinya dia akan memaksakan keputusan-keputusan, dan karena keputusan-keputusan seperti ini niscaya salah ia pasti mencegah berlangsungnya diskusi dan kritik. Ia juga akan menindas setiap orang yang dilihatnya berkualitas lebih baik daripada dirinya, karena ia hanya peduli pada ambisi pribadinya, dengan mengabaikan kebutuhan masyarakat dan memandang kemampuan orang lain sebagai persaingan.

Makin mampu seseorang makin besar pula keinginan untuk belajar dari orang lain, sehingga ia makin mudah mengetahui keterbatasan-keterbatasannya sendiri dan berjuang mengatasinya. Karena itu ia akan menumbuhkan semangat kolektif, diskusi, mendukung inisiatif orang-orang yang berada dibawahnya dan melawan birokrasi yang menghalangi perkembangan.

Dengan membuat prioritas yang benar dan tepat baru kerja bisa direncanakan. Merencanakan berarti mengorganisasikan teori materi dan sumberdaya manusia, menciptakan kondisi material dan politik untuk mencapai tujuan-tujuan yang terencana dalam masa tertentu, dan menentukan strategi dan taktik yang tepat sehingga bisa menggunakan sumberdaya dengan efisien untuk memenuhi program.

Kualitas terakhir yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin adalah kemampuan untuk terus menerus memberi perhatian pada peningkatan kehidupan massa rakyat dan para pejuang. Tujuan Revolusi adalah menciptakan kondisi kehidupan yang lebih sejahtera.

Hal ini mengaplikasikan perubahan material yang akan menyediakan basis untuk menaikkan tingkat kehidupan. Ini membutuhkan penjelasan dan pendidikan tentang perlunya perubahan dan bagaimana perubahan itu bisa memberikan manfaat kesejahteraan bisa dimengerti rakyat.

Misalnya, mengolah kebun sayur itu tidak cukup, orang harus memahami keuntungan yang didapat dengan makan sayur gado-gado dan bagaimana cara memasaknya. Menggali lubang kakus di desa atau di basis saja tidak cukup, tujuan dan cara penggunakannya harus dijelaskan pula.

Akhirnya, seorang responsavel, seorang pemimpin, mengekspresikan garis politik kita. Mereka ini adalah orang yang mempertahankan garis politik kita, dan memperhatikan kehidupan organisasi politik kita, serta kehidupan massa rakyat dan para pejuang.

Itulah kriteria tertinggi untuk menimbang nilai kerja kita, batu ujian untuk membedakan antara pemimpin yang benar, yang efisien dengan kepentingan yang tidak benar dan tidak kompeten.

Dalam wilayah kolonialis dan kapitalis, kepemimpinan diukur dengan keuntungan yang diberikan oleh kegiatannya kepada kelas-kelas penghisap dan kemampuannya untuk menghalangi dan menindas tuntutan yang diajukan oleh gerakan massa.

Tetapi karena tujuan kita adalah melayani Rakyat, dan Kekuasaan adalah milik Rakyat, kriteria kita adalah perubahan yang dihasilkan dalam masyarakat kita dan penggunaan sumber daya alam untuk kesejahteraan massa rakyat yang luas. — Bersambung ke Bagian 3

One thought on “Membangun Kekuatan Rakyat – Bagian 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *