Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

Artikel

Puan Maharani dimata saya, Michelle Kurisi

Puan Maharani dalam sebuah kesempatan pencitraan di Kabupaten Asmat, Papua.@ist

Puan Maharani, ketika mendengar nama ini yang ada di pikiran saya adalah sosok tegas dan berani matikan mic saat sidang DPR, dan berwibawa dalam mengambil keputusan serta kebijakan bagi Bangsa dan Negara. Puan Maharani dikenal sebagai pemimpin perempuan muda yang sarat pengalaman.

Tetapi juga Puan dikenal sebagai putri mahkota Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri sudah malang melintang di eksekutif maupun legislatif. Puan pernah menjabat senagai Ketua Fraksi PDI-P, Menko PMK dan saat ini menduduki kursi Ketua DPR RI.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang kini menjabat sebagai Ketua DPR RI ini terlihat serius dalam banyak hal, misalnya saat memimpin rapat paripurna DPR RI sampai menyampaikan sikap DPR RI.

Jika dilihat dalam UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD menyatakan, ‘setiap Partai Politik Peserta Pemilu dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten dan kota untuk setiap Daerah Pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30 persen’.

Dan juga di dalam UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu mengatur agar komposisi penyelenggara Pemilu memperhatikan keterwakilan perempuan minimal 30 persen. Pasal 6 ayat (5) UU tersebut menyatakan bahwa ‘Komposisi keanggotaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU kabupaten dan kota memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30 persen (tiga puluh perseratus)’.

Namun pada faktanya, jika dilihat data di Komisi Pemilihan Umum, berdasarkan hasil pemilu tahun 2019, keterwakilan perempuan di Lembaga Legislatif Nasional atau DPR RI berada pada angka 20,8 persen atau 120 anggota legislatif perempuan dari 575 anggota DPR RI.

Artinya amanat dari UU tersebut belum juga terpenuhi, dengan kehadiran Ibu Puan Maharani menjadi Ketua DPR RI telah memberikan angin segar bagi kami kaum perempuan di Papua.

Ibu Puan Maharani, walaupun bahasa Inggrisnya berantakan, sudah mampu membuktikan kepada Masyarakat Indonesia bahwa Perempuan Indonesia sudah mampu, Perempuan Indonesia sudah bisa menerobos batas-batas atau stigma bahwa Perempuan tidak bisa.

Hari ini saya sebagai Intelektual Muda di ujung timur Indonesia, sangat prihatin terhadap kondisi yang sedang terjadi di Jakarta dan beberapa daerah yang tidak bisa mendukung Ibu Puan Maharani Menjadi Presiden Republik Indonesia.

Cucu sorang proklamtor Negara Kesatuan Republik Indonesia ini mengalami proses yang cukup berat, proses yang di lalui hari ini menurut saya menambah kepercayaan publik terhadapnya.

Proses yang putri keliharan 6 September 1973 ini mengambarkan kekuatan perempuan Indonesia, dimana ketika ia (Ibu Puan Maharani-red) di hujat dan di kritik.

Hari ini, saya sebagai Intelektual muda Indonesia menegaskan bahwa kami perempuan sudah mampu dan setara dengan Kamala Haris dan Michelle Obama, kami telah mampu menjadi pilar yang akan memperkokoh kekuatan bangsa Indonesia.

Proses Ibu Puan Maharani menjadi calon Presiden adalah Proses Perempuan Papua, maka kami ikut merasakan beban dari Perempuan Indonesia yang kami kagumi dan kami hormati sebagai Calon Presiden

Hari ini Indonesia butuh figur seperti Puan Maharani yang di segani. Indonesia butuh figur Perempuan yang tegas.

Meskipun negara telah memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga negaranya melalui amanat Undang-Undang, namun dengan tekanan politik yang di alami hari ini oleh Ibu Puan Maharani.

Kami kaum perempuan merasa adanya sebuah diskriminasi secara tidak langsung, yang mempengaruhinya dan masih kurang dipercayai untuk bisa ikut ambil dalam kontestasi politik.

Sehingga hal itu dapat menyebabkan keterlibatan perempuan dalam politik akan menurun, akan rendah dan sebagian besar dalam dunia politik itu sendiri selalu di duduki oleh kaum laki-laki.

Melalui tulisan ini, saya berharap kaum perempuan bisa dipercaya dan diberi kesempatan untuk bisa masuk dalam bursa Presiden RI sehingga nantinya bisa tercipta sebuah sistem yang seimbang.

Perempuan yang memiliki sifat yang lemah lembut harus diberi kesempatan yang sama dalam politik, dan diberi kesempatan untuk bisa menjabat dan menduduki posisi strategis di dalam bidang politik, agar nantinya bisa mengeksploitasi dan mengimplementasikan kemampuan serta karakter dari perempuan itu sendiri.

Sehingga nantinya, melalui kepemimpinan perempuan bisa mensejahterahkan Bangsa dan Negara melalui caranya.

Michelle Kurisi S.Sos S.Ikom
Penulis adalah Perempuan Papua yang saat ini digunakan oleh berbagai kekuatan Anti Rakyat Papua untuk menyerang Gubernur Papua Lukas Enembe. Simak videonya disini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *