Serogo Tabuni : Solidaritas West Papua dengan Justice for Marikana di London

Aksi Solidaritas untuk Justice for Marikana di London, Rabu (11/8) / FOTO : WPNEWS

LONDON, INGGRIS, Westpapuanews.Org — Para aktivis asal Afrika Selatan yang bermukim di Inggris berkumpul di depan Kedubes Afrika Selatan di Trafalgar Square, London, pada Rabu (16/8).

Mereka merayakan peringatan ke-11 Pembantaian Marikana di Afrika Selatan pada tanggal 16 Agustus 2012, ketika para buruh tambang platinum melakukan aksi mogok kerja menuntut kenaikan upah dari majikan mereka.

Tampak para aktivis membawa spanduk dan poster berisi foto-foto para buruh yang menjadi korban kejahatan polisi dan oligarki tambang di Marikana pada 11 tahun lalu atau 21 tahun setelah politik Apartheid yang melegitimasi dominasi minoritas kaum kulit putih atas mayoritas kulit hitam secara resmi dihapus di Afrika Selatan pada 21 Februari 1991.

Aktivis Papua Serogo Tabuni dari Papua Militant International mengatakan, pihaknya mewakili bangsa Papua ikut menyatakan solidaritas bersama para aktivis Afrika Selatan menuntut keadilan bagi para korban dan keluarga mereka yang ditinggalkan.

Kepada Westpapuanews.Org, Serogo menjelaskan ihwal pembantaian Marikana yang menewaskan 34 buruh di tangan Polisi Afrika Selatan.

“Polisi Afrika Selatan menembak mati 34 penambang platinum saat mogok kerja untuk mendapatkan upah layak dari majikan mereka, Lonmin, yang merupakan keturunan dari perusahaan Inggris terkenal Lonrho,” papar Serogo.

Lebih lanjut dia menjelasakan, “Perusahaan Inggris ini didirikan oleh Cecil Rhodes, seseorang yang sangat brutal pada masa pendudukan kolonial pemukim kulit putih di Afrika Selatan.”

Disebutkan oleh para aktivis Afrika Selatan, Perusahaan pertambangan di Marikana mempunyai reputasi yang lebih buruk karena perlakuan terhadap pekerja dan masyarakat adat yang berada di lahan tersebut karena perusahaan menggunakan pejabat pemerintah, milisi kriminal, dan polisi rasis untuk membela perusahaan kriminal multinasional demi keuntungan mereka sendiri.

Menurut Serogo, keuntungan maksimal yang diperoleh korporasi jahat di Marikana, Afrika Selatan dan di negara-negara Amerika Latin, Timur Tengah, Asia dan Oceania mirip dengan apa yang diperoleh PT Freeport di Papua Barat.

“Tambang Grasberg di Papua Barat yang ditempati oleh negara penjajah fasis Indonesia telah menjadi sumber kekayaan yang tak terhitung bagi pemiliknya, namun masyarakat setempat mengatakan hal ini telah membawa kemiskinan dan penindasan terhadap rakyat West Papua,” beber Serogo.

Pada kasus pembantaian Marikana, seorang aktivis Afrika Selatan mengatakan, tidak ada satu pun polisi yang pernah divonis bersalah.

“Padahal bukti yang diperoleh komisi Farlam menunjukkan bahwa polisi merencanakan pembantaian tersebut. “Hal ini menunjukkan rantai komando yang jelas dari pemerintah ANC, komisaris polisi, hingga komandan operasional,” kata Aktivis Afrika Selatan yang kini bermukim di Inggris.

“Namun”, dia melanjutkan, “Farlam lemah dan ANC bebas dari tuduhan. Tidak ada menteri atau polisi yang pernah dihukum atas pembunuhan tersebut.”

Dalam pernyataan yang dirilis kelompok Marikana Solidarity Collective, disebutkan Presiden Ramaphosa tidak pernah pergi ke Marikana untuk meminta maaf.

“Presiden Afrika Selatan saat ini Cyril Ramaphosa berada di dewan Lonmin sebagai tokoh terkemuka ANC. Dia menekan pemerintah untuk memerintahkan polisi menindak para buruh, tetapi dia belum pernah mengunjungi Marikana atau menemui janda buruh untuk meminta maaf. Mereka berada dalam kemiskinan, dia adalah seorang miliarder,” tulis Marikana Solidarity Collective dalam sebuah Pamflet di Facebook.

Disebutkan, para pemodal yang berbasis di London telah menghindari semua tanggung jawab.

“Lonmin 25% sahamnya dimiliki oleh perusahaan Swiss/Inggris Glencore, dan 26% pemegang saham lainnya berasal dari Inggris. Hal ini sangat didukung oleh bank investasi yang berbasis di London,” bunyi Pamflet itu.

Menurut Marikana Solidarity Collective, tak satu pun dari pemodal ini pernah dimintai pertanggungjawaban. Sejak perusahaan tersebut dijual ke Sibanye-Stillwater pada tahun 2019, kondisinya semakin buruk.

Aksi Justice for Marikana diselenggarakan oleh Marikana Solidarity Collective, disponsori oleh London Mining Network, Forum Komunitas Masyarakat Pan Afrikan, Women of Color (Global Women’s Strike, atas nama Global Women’s Strike Internasional), Solidaritas Buruh Karibia, Kelompok Komunis Revolusioner Inggris (FRFI-RCG), Papua Militant International, dan Hands Off Uhuru! Hands Off Afrika!

Foto-foto oleh Yonatan Mosquera dan Serogo Tabuni :

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *