Pengenalan Kepada Teori Ekonomi Marxis – Bagian 3

ERNEST MANDEL 

I.3 Teori Alienasi Marxis

Tidak dapat diragukan anda telah mendengar teori alienasi Marxis. Kemunculan regularisasi dan jeneralisasi produksi komoditas berhubungan secara langsung dengan karakter yang meluas dari fenomena alienasi tersebut.

Kita tidak dapat bergulat dengan aspek pertanyaan tersebut tetapi adalah sangat penting untuk memberikan perhatian untuknya, karena sejarah perdagangan meliputi lebih dari era kapitalis. Hal tersebut juga termasuk produksi komoditas skala kecil, yang akan kita diskusikan nanti. Juga terdapat sebuah masyarakat pasca kapitalis yang berdasarkan atas komoditas, masyarakat transisional antara kapitalisme dan sosialisme, seperti masyarakat Soviet hari ini, karena Soviet masih bergantung dalam tingkatan yang besar pada pondasi produksi nilai tukar. Saat kita sudah memahami karakteristik pokok tertentu dari masyarakat berdasarkan komoditas, kita dapat dengan siap melihat kenapa tidak mungkin untuk menaklukan fenomena tertentu dari alienasi dalam periode transisi antara kapitalisme dan sosialisme, seperti dalam masyarakat Soviet, sebagai contoh.

Jelas sekali fenomena alienasi tersebut tidak terjadi – setidaknya dalam bentuk yang sama – dalam sebuah masyarakat dimana produksi komoditi tidak diketahui dan dimana hidup individu dan aktivitas sosialnya disatukan dalam bentuk yang masih dasar. Manusia bekerja, tetapi secara umum tidak sendirian, seringkali dia menjadi bagian dari kelompok kolektif yang memiliki struktur yang sedikit banyak organik. Kerja dia adalah transformasi langsung terhadap benda material. Semua ini bermakna bahwa aktivitas kerja, tindakan produksi, tindakan konsumsi, dan hubungan antara individu dan masyarakatnya diatur oleh kondisi keseimbangan yang memiliki stabilitas dan tingkat permanen yang relatif.

Kita seharusnya tidak, tentu saja, menggambarkan dengan indah masyarakat primitif, yang tunduk pada tekanan dan bencana periodik karena kemiskinan ekstrimnya. Keseimbangannya terus menerus dirongrong oleh kekurangan, kelaparan, bencana alam, dsb. Tetapi periode antara bencana, terutama sekali setelah pertanian telah mencapai perkembangan tertentu dan ketika kondisi iklim menguntungan, masyarakat semacam itu memberikan semua aktivitas manusia tingkat yang besar dalam kesatuan, harmoni dan stabilitas.

Konsekwensi malapetaka dari pembagian kerja seperti penghilangan semua aktivitas estetis, inspirasi artistik dan aktivitas kreatif dari tindakan produksi dan penggantiannya dengan tugas yang murni mekanis dan berulang-ulang tidak terdapat dalam masyarakat primitif. Bertentangan dengannya, sebagian besar seni, musik, pahatan, lukisan, tarian, mulanya berhubungan dengan produksi, dengan kerja. Hasrat untuk memberikan bentuk menarik untuk produk yang akan digunakan entah oleh individu, keluarganya, atau kelompok sedarah yang lebih besar, menemukan ekspresi normal, harmonis dan organik didalam kerangka kerja sehari-hari.

Kerja tidak dilihat sebagai kewajiban yang dibebankan dari luar, pertama kali karena kerja jauh lebih tidak keras, jauh lebih tidak melelahkan dibanding di bawah kapitalisme hari ini. Hal tersebut menyesuaikan diri lebih dekat pada irama organisme manusia seperti halnya kepada irama alam. Banyaknya hari kerja setiap tahun jarang melewati 150 sampai 200, sedangkan di bawah kapitalisme jumlahnya secara berbahaya mendekati 300 dan kadang kala bahkan lebih besar lagi. Lebih dari itu, ada sebuah kesatuan antara produsen, produknya dan konsumsinya, karena secara umum dia memproduksi untuk penggunaan dirinya sendiri atau untuk mereka yang dekat dengannya, sehingga pekerjaannya memiliki aspek fungsional secara langsung. Alienasi modern pada dasarnya berasal dari perpecahan antara produsen dan produknya, menghasilkan kedua-duanya dari pembagian kerja dan produksi komoditas. Dengan kata lain, adalah konsekwensi dari bekerja untuk pasar, untuk konsumen yang tak dikenal, sebagai ganti konsumsi oleh produsen itu sendiri.

Sisi lain dari gambaran tersebut adalah bahwa masyarakat yang hanya menghasilkan nilai guna, yang itu adalah, barang-barang yang akan dikonsumsi secara langsung oleh produsennya, selalu di masa lampau merupakan masyarakat miskin. Tidak hanya karena dia tunduk kepada resiko alam tetapi dia juga harus membentuk batasan yang sangat sempit bagi keinginan manusia, karena hal tersebut harus menyesuaikan dengan tepat pada derajat kemiskinan dan variasi terbatas dari produk. Tidak semua keinginan manusia adalah bawaan alami bagi manusia. Ada interaksi tetap antara produksi dan keinginan, antara perkembangan tenaga produktif dan kenaikan keinginan yang baru. Hanya dalam masyarakat di mana produktivitas kerja akan dikembangkan ke titik yang paling tingginya, di mana suatu variasi tanpa batas dari produk akan tersedia, maka akan menjadi mungkin bagi manusia untuk mengalami ekspansi terus menerus dari keinginannya, sebuah perkembangan potensi tidak terbatas dirinya sendiri. Sebuah perkembangan terintegrasi dari umat manusia. — Bersambung ke Bagian 4

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *