Pengenalan Kepada Teori Ekonomi Marxis – Bagian 7

ERNEST MANDEL

I.7 Asal Usul dan Sifat Nilai Lebih

Dan sekarang, apakah nilai lebih? Ketika kita mempertimbangkan hal tersebut dari sudut pandang teori nilai Marxis, jawabannya telah ditemukan. Nilai lebih adalah bentuk moneter dari produk surplus sosial¸yaitu, hal tersebut adalah bentuk moneter dari bagian produksi pekerja yang dia serahkan pada pemilik alat produksi tanpa menerima apapun sebagai gantinya.

Bagaimana penyerahan tersebut dapat dilaksanakan dalam praktek pada masyarakat kapitalis? Kejadian tersebut mengambil tempat melalui proses pertukaran, seperti semua operasi penting dalam masyarakat kapitalis, yang selalu merupakan hubungan pertukaran. Kapitalis membeli tenaga kerja dari pekerja, dan sebagai tukar dari upah tersebut, kapitalis mengambil alih seluruh produksi dari pekerja tersebut, semua nilai yang baru dihasilkan yang telah dimasukan kedalam nilai produksi tersebut.

Kita oleh karena itu dapat mengatakan sejak saat ini bahwa nilai lebih adalah perbedaan antara nilai yang dihasilkan oleh pekerja dan nilai tenaga kerjanya sendiri. Apakah nilai tenaga kerja? Dalam masyarakat kapitalis, tenaga kerja adalah sebuah komoditi, dan seperti nilai komoditas yang lainnya, nilainya tergantung dari kuantitas kerja kebutuhan secara sosial untuk memproduksi dan mereproduksi tenaga kerja, yaitu, biaya hidup pekerja dalam makna luas. Konsep upah minimum atau sebuah upah rata-rata tidaklah secara fisiologi rigid tetapi memasukan keinginan yang berubah seiring kemajuan dalam produktivitas kerjar. Keinginan tersebut cenderung meningkat paralel dengan kemajuan dalam teknik dan hal tersebut karenanya tidak dapat dibandingkan dengan tingkatan keakuratan apapun, dalam periode yang berbeda. Upah minimum tahun 1830 tidak dapat dibandingkan secara kuantitatif dengan pada tahun 1960, seperti teoritikus partai Komunis Perancis telah memahaminya pada penderitaannya. Tidak ada cara valid untuk membandingkan harga sepeda motor pada tahun 1960 dengan harga sejumlah kilogram daging di tahun 1830 dalam rangka untuk mendapatkan kesimpulan bahwa motor “berharga” kurang dibanding daging.

Setelah memahami hal tersebut, kita sekarang dapat mengulangi bahwa biaya hidup tenaga kerja menyusun nilainya dan bahwa nilai lebih adalah perbedaan antara biaya hidup tersebut dan nilai yang diciptakan oleh tenaga kerja tersebut.

Nilai yang dihasilkan oleh tenaga kerja dapat dihitung dengan cara sederhana melalui lamanya waktu yang digunakan. Jika pekerja bekerja sepuluh jam, dia menghasilkan nilai sepuluh jam kerja. Jika biaya hidup pekerja, yaitu, sama dengan upahnya, juga sepuluh jam kerja, maka tidak ada nilai lebih yang dihasilkan. Hal ini adalah hanya kasus khusus dari aturan yang lebih umum: ketika jumlah total dari produk kerja sama dengan produk yang dibutuhkan untuk memberi makan dan menjaga produsen, tidak ada produk surplus sosial.

Tetapi dalam masyarakat kapitalis, tingkat produktivitas kerja membuat biaya hidup pekerja selalu kurang dari kuantitas nilai baru yang diciptakan. Hal ini berarti bahwa seorang pekerja yang bekerja selama sepuluh jam tidak membutuhkan sama dengan sepuluh jam untuk menopang dirinya sendiri agar sesuai dengan rata-rata kebutuhan dari waktu tersebut. Upah seimbang dia selalu hanya sebuah pecahan dari kerja harian dia; semua hal melewati pecahan tersebut adalah nilai lebih, kerja gratis yang diberikan oleh pekerja dan diambil alih oleh kapitalis tanpa sebuah ganti rugi yang seimbang. Jika perbedaan tersebut tidak ada, tentu saja, kemudian tidak ada majikan yang akan menyewa pekerja manapun, karena pembelian tenaga kerja semacam itu tidak akan membawa keuntungan bagi pembelinya. — Bersambung ke Bagian 8

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *