ERNEST MANDEL
I.6 Apakah Kerja Kebutuhan Secara Sosial?
Beberapa saat yang lalu saya menyatakan bahwa definisi khusus dari kualitas kerja yang dibutuhkan secara sosial untuk menghasilkan komoditi memiliki aplikasi yang sangat khusus dan penting dalam analisa masyarakat kapitalis. Menurut saya akan lebih berguna untuk berurusan dengan hal tersebut saat ini meskipun secara logika hal tersebut menjadi milik seksi berikutnya dari presentasi ini.
Keseluruhan komoditi yang diproduksi dalam sebuah negeri pada waktu tertentu telah dihasilkan untuk memuaskan keinginan seluruh anggota masyarakat tersebut. Barang apapun yang tidak memuaskan kebutuhan seseorang, yang tidak memiliki nilai guna untuk siapapun, akan tidak terjual, akan tidak memiliki nilai tukar, tidak akan menjadi sebuah komoditi tetapi hanya sebuah produk tindakan sia-sia dan lelucon beberapa produsen. Dari sudut yang lain, jumlah total daya beli yang terdapat dalam masyarakat dan waktu tertentu dan yang tidak untuk ditimbun tetapi untuk dibelanjakan dipasar, harus digunakan untuk membeli jumlah total komoditi yang dihasilkan, jika ingin terjadi keseimbangan ekonomi. Keseimbangan tersebut oleh karenanya menyaratkan jumlah total produksi sosial, tenaga produktif yang tersedia dalam masyarakat tersebut, jam-kerja yang tersedia, didistribusikan diantara berbagai macam sektor industri dalam proporsi yang sama seperti konsumen mendistribusikan daya beli mereka dalam memuaskan berbagai macam keinginan mereka. Ketika distribusi tenaga produktif tidak lagi berhubungan dengan pembagian keinginan tersebut, keseimbangan ekonomi hancur dan baik overproduksi dan kekurangan produksi muncul berdampingan.
Mari kita memberikan contoh yang umum: menuju akhir abad kesembilanbelas dan awal abad keduapuluh, kota seperti Paris industri perakitan kereta yang bersama dengan perdagangan menggunakannya memperkerjakan ribuan bahkan puluhan ribu pekerja.
Dalam periode yang sama industri otomotif muncul dan meskipun cukup kecil, industri tersebut telah memiliki beberapa pabrik yang memperkerjakan beberapa ribu pekerja.
Sekarang apa proses yang terjadi selama periode tersebut? Disatu sisi, jumlah kereta mulai menurun dan disisi yang lainnya, jumlah mobil mulai meningkat. Produksi kereta dan peralatan kereta oleh karena itu menunjukan kecenderungan menuju melebihi kebutuhan sosial, seperti yang ditunjukan dalam sikap dimana penduduk Paris membagi daya beli mereka; disisi yang lainnya, produksi mobil dibawah kebutuhan sosial, sejak saat industri dibuka hingga kemunculan produksi massal, sebuah iklim kekurangan terjadi dalam industri tersebut. Penawaran mobil dipasar tidak seimbang dengan permintaannya.
Bagaimana kita menjelaskan fenomena tersebut dalam pengertia teori nilai kerja? Kita dapat mengatakan bahwa dalam industri kereta lebih banyak kerja dilakukan ketimbang yang dibutuhkan secara sosial, bahwa sebagian kerja yang dilakukan oleh jumlah total perusahaan dalam industri kereta adalah kerja yang secara sosial sia-sia, yang tidak lagi menemukan keseimbangan dalam pasar dan akibatnya menghasilkan barang-barang yang tidak dapat dijual. Dalam masyarakat kapitalis, ketika barang-barang tidak terjual itu berarti bahwa investasi kerja manusia telah dibuat dalam cabang industri khusus yang ternyata menjadi kerja yang secara sosial tidak dibutuhkan, yaitu, hal tersebut adalah kerja yang tidak menemukan keseimbangan dalam daya beli dipasar. Kerja yang secara sosial tidak dibutuhkan adalah kerja sis-sia; hal tersebut adalah kerja yang tidak menghasilkan nilai. Kita dapat melihat dari hal tersebut bahwa konsep kerja kebutuhan secara sosial mencakup keseluruhan rangakaian fenomena.
Bagi produk dari industri kereta, penawaran melebihi permintaan, harga jatuh dan barang-barang menjadi tidak terjual. Kebalikannya adalah benar dalam industri otomotif dimana permintaan melebihi penawaran, mengakibatkan harga naik dan kekurangan produksi terjadi. Untuk puas hanya pada hal biasa mengenai penawaran dan permintaan. Bagaimanapun, berarti berhenti pada aspek psikologi dan individu dari persoalannya. Disisi yang lain, jika kita meneliti lebih dalam pada sisi sosial dan kolektif dari persoalan, kita mulai untuk memahami apa yang terdapat dibawah permukaan dalam sebuah masyarakat yang diorganisir atas dasar ekonomi waktu-kerja.
Makna penawaran melebihi permintaan adalah bahwa produksi kapitalis, yang bersifat anarkis, tidak terencana dan tidak terorganisir, telah secara anarkis menginvestasikan atau mengeluarkan lebih banyak jam kerja dalam sebuah cabang industri ketimbang yang dibutuhkan secara sosial, sehingga seluruh segmen jam-kerja menjadi sepenuhnya hilang, banyak kerja manusia yang dibuang sia-sia yang tetap tidak dibalas oleh masyarakat. Sebaliknya, sebuah sektor industri dimana permintaan tetap terus lebih besar dibanding penawaran dapat dianggap sebagai sebuah sektor kurang berkembang dalam pengertian kebutuhan sosial, oleh karena itu sebuah sektor yang mengeluarkan lebih sedikit jam kerja ketimbang yang dibutuhkan secara sosial dan sektor tersebut menerima bonus dari masyarakat dalam rangka untuk menstimulus peningkatan dalam produksi dan mendapatkan keseimbangan dengan kebutuhan sosial.
Ini adalah satu aspek dari persoalan kerja kebutuhan secara sosial dalam masyarakat kapitalis. Aspek yang lain lebih berhubungan secara langsung dengan perubahan dalam produktivitas kerja. Hal tersebut adalah sama tetapi membuat sebuah abstraksi dari kebutuhan sosial, aspek “nilai guna” dari produksi.
Dalam masyarakat kapitalis produktivitas kerja berubah terus menerus. Berbicara secara umum, selalu terdapat tiga tipe perusahaan (atau sektor industri): yang secara teknologi tepat pada rata-rata sosial; yang terbelakang, usang, di tingkat dasar, dibawah rata-rata sosial; dan yang secara teknologi maju dan diatas rata-rata dalam produktivitas.
Apa maksud kita ketika kita berbicara sebuah sektor atau sebuah perusahaan secara teknologi terbelakang dan memiliki produktivitas kerja dibawah rata-rata? Cabang atau perusahaan semacam itu dapat disamakan dengan pembuat sepatu yang malas yang telah kita ungkapkan sebelumnya, itu adalah, perusahaan tersebut termasuk dalam mereka yang menghabiskan lima jam untuk menghasilkan kuantitas tertentu barang-barang dalam sebuah periode ketika produktivitas sosial rata-rata menuntut hal tersebut dilakukan dalam tiga jam. Dua jam lebihnya dari kerja yang dikeluarkan adalah sepenuhnya hilang, kerja sosial yang sia-sia. Bagian jumlah total kerja yang tersedia bagi masyarakat telah disia-siakan oleh perusahaan, perusahaan tersebut tidak akan menerima apapun dari masyarakat untuk menggantinya. Secara kongkret hal tersebut bermakna bahwa harga penjualan dalam industri atau perusahaan tersebut, yang beroperasi dibawah produktivitas rata-rata, mendekati biaya produksinya atau bahkan jatuh dibawahnya, yaitu, perusahaan tersebut beroperasi pada angka keuntungan yang sangat rendah atau bahkan merugi.
Disisi yang lain, sebuah perusahaan atau sektor industri dengan sebuah tingkat produktivitas diatas rata-rata (seperti pembuat sepatu yang dapat menghasilkan dua pasang sepatu dalam tiga jam ketika rata-rata sosial adalah satu pasang tiap tiga jam) ekonomis dalam pengeluaran kerja sosial dan oleh karena itu membuat keuntungan surplus, yaitu, perbedaan antara biaya dan harga jualnya lebih besar dari keuntungan rata-rata.
Pengejaran keuntungan surplus tersebut, tentu saja merupakan tenaga penggerak dibelakang keseluruhan ekonomi kapitalis. Setiap perusahaan kapitalis dipaksa oleh persaingan agar mencoba mendapatkan keuntungan lebih besar, karena hal tersebut adalah satu-satunya jalan perusahaan tersebut untuk dapat terus menerus memperbaiki produktivitas kerja dan teknologi. Akibatnya semua perusahaan dipaksa untuk mengambil arah yang sama tersebut, dan jalan tersebut mengakibatkan bahwa apa yang sebelumnya adalah sebuah produktivitas diatas rata-rata lenyap menjadi produktivitas rata-rata, dimana keuntungan surplus menghilang. Semua strategi industri kapitalis berasal dari keinginan dari setiap perusahaan untuk mencapai angka produktivitas lebih besar dari rata-rata nasional dan oleh karena itu menghasilkan keuntungan surplus, dan hal tersebut kemudian memancing gerakan yang menyebabkan keuntungan surplus untuk menghilang, berdasarkan atas kecenderungan angka produktivitas kerja rata-rata untuk naik terus menerus. Ini adalah mekanisme dalam tendensi bagi angka keuntungan untuk diseimbangkan. — Bersambung ke Bagian 7
Pingback: Pengenalan Kepada Teori Ekonomi Marxis – Bagian 5 – Westpapuanews.Org