Westpapuanews.Org

Berita tangan pertama dari Tanah Papua

BACAAN PROGRESIF

Pengenalan Kepada Teori Ekonomi Marxis – Bagian 10

ERNEST MANDEL

II.2 Asal Usul Corak Produksi Kapitalis

Apa asal usul corak produksi kapitalis? Apa asal usul masyarakat kapitalis seperti yang telah berkembang selama 200 tahun terakhir?

Pertama kali terdapat pada pemisahan produsen dari alat produksi tersebut. Kemudian, adalah pendirian alat produksi tersebut sebagai monopoli didalam tangan satu klas sosial, borjuasi. Dan akhirnya, adalah kemunculan klas sosial lainnya yang telah dipisahkan dari alat produksinya dan oleh karena itu tidak memiliki sumber lainnya untuk bertahan hidup selain menjual tenaga kerjanya pada klas yang telah memonopoli alat produksi.

Mari kita melihat tiap asal usul corak produksi kapitalis tersebut, yang pada saat yang sama karakteristik pokok dari sistem kapitalis juga.

Karakteristik pertama: pemisahan produsen dari alat produksinya. Hal tersebut adalah kondisi pokok dari keberadaan sistem kapitalis tetapi hal tersebut juga merupakan yang secara umum paling lemah dipahami. Mari kita menggunakan sebuah contoh yang terlihat bersifat paradoks karena diambil dari awal Abad Pertengahan, yang dikarakterkan oleh perhambaan.

Kita mengetahui bahwa massa produsen-petani merupakan hamba yang terikat pada tanah. Tetapi ketika kita mengatakan bahwa hamba tersebut terikat pada tanah, kita menyatakan secara tidak langsung bahwa tanah juga “terikat” pada hamba, itu adalah, tanah merupakan milik klas sosial yang selalu memiliki dasar untuk menyediakan kebutuhannya, tanah yang cukup untuk bekerja sehingga individu hamba dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga bahkan ketika dia bekerja dengan alat yang paling primitif. Kita tidak melihat rakyat ditakdirkan untuk mati karena kelaparan jika mereka tidak menjual tenaga kerja mereka. Dalam masyarakat semacam itu, tidak ada pemaksaan ekonomi untuk menyewa seseorang, untuk menjual tenaga kerja seseorang pada kapitalis.

Hal tersebut dengan kata lain dapat kita katakan dengan menyatakan bahwa sistem kapitalis tidak dapat berkembang dalam masyarakat semacam itu. Kebenaran umum tersebut juga memiliki penerapan modern dalam jalan kolonialis mengenalkan kapitalisme pada negeri-negeri Afrika selama abad kesembilanbelas dan awal abad duapuluh.

Mari kita melihat kondisi kehidupan penghuni di semua negeri-negeri Afrika. Mereka adalah peternak dan penanam tanah, atas dasar yang sedikit banyak primitif, tergantung pada karakter daerah tersebut, tetapi selalu dibawah kondisi kelimpahan tanah relatif. Tidak hanya bahwa tidak ada kekurangan tanah di Afrika, tetapi dalam istilah rasio populasi dengan jumlah tanah yang tersedia, dapat dikatakan bahwa cadangan tanah sebenarnya tidak terbatas. Adalah benar, tentu saja, bahwa hasil panen dari tanah tersebut sedang-sedang saja karena alat pertanian masih kasar dan standar kehidupan sangat rendah, dsb, tetapi tidak ada kekuatan material yang mendorong populasi tersebut untuk bekerja di pertambangan, pada pertanian atau di pabrik milik kolonialis kulit putih. Tanpa transformasi dalam administrasi tanah di Afrika Daerah Katulistiwa, di Afrika Hitam, tidak ada kemungkinan untuk mengenalkan corak produksi kaptialis. Untuk itu, tekanan karakter non-ekonomi harus digunakan, pemisahan sempurna dan brutal dari massa kulit hitam dari kebutuhan hidup normal mereka harus dilaksanakan. Sebagaian besar tanah harus dirubah secepatnya menjadi daerah nasional, dimiliki oleh negeri kolonial, atau menjadi milik pribadi dari perusahaan kapitalis. Populasi kulit hitam harus mencari daerah menetap baru, atau di penampungan, seperti sebutan mereka secara sinis, di area tanah yang tidak cukup untuk mempertanahkan semua penghuninya. Sebagai tambahan, pajak kepala, yaitu, pajak uang untuk tiap penghuni, dibebankan sebagai pengangkat yang lain, karena pertanian primitif tidak memanen pendapatan uang.

Oleh berbagai macam tekanan ekstra-ekonomi tersebut, kolonialis menciptakan kebutuhan bagi rakyat Afrika agar bekerja untuk mendapatkan upah selama mungkin dua atau tiga bulan setahun, dalam rangka agar mendapatkan uang untuk membayar pajaknya dan membeli tambahan kecil makanan yang dibutuhkan untuk keberlangsungan hidupnya, karena tanah yang dapat dia gunakan tidak lagi cukup untuk mata pencahariannya.

Di negeri seperti Afrika Utara, Rhode, dan bagian bekas Kongo Belgia, dimana corak produksi kapitalis diperkenalkan dalam skala besar, metode tersebut diterapkan dalam skala yang sama, dan sebagaian besar populasi kulit hitam dicabut, diusir, dan dipaksa keluar dari keberadaan dan model bekerja tradisionalnya.

Mari kita sebutkan, sepintas, kemunafikan ideologis yang menemani gerakan tersebut, keluhan perusahaan kapitalis bahwa kulit hitam malas karena mereka tidak mau bekerja bahkan ketika mereka memiliki kesempatan untuk membuat sepuluh kali lebih banyak di tambang dan pabrik ketimbang dari kerja tradisional mereka di tanah. Keluhan yang sama telah dibuat bagi pekerja India, Cina dan Arab 50 hingga 70 tahun lebih awal. Mereka juga membuat – merupakan bukti yang cukup baik dari keadilan dasar dari semua ras yang menyusun umat manusia – keluhan tersebut terhadap pekerja Eropa, Perancis, Belgia, Inggris, Jerman, pada abad ketujuhbelas atau delapanbelas. Hal tersebut adalah fungsi dari fakta terus menerus, sebagai berikut: secara normal, karena susunan fisik dan sarafnya, tidak ada manusia yang mau terkurung selama 8, 9, 10, atau 12 jam sehari di pabrik, pemintalan atau tambang; sangat dibutuhkan kekuatan atau tekanan yang sangat tidak normal dan tidak biasa untuk membuat manusia menjalankan kerja hukuman semacam itu ketika dia belum terbiasa dengannya.

Asal usul dan karakteristik kedua dari corak produksi kapitalis adalah konsentrasi alat produksi dalam bentuk monopoli dan berada ditangan satu klas sosial, borjuasi. Konsentrasi tersebut sebenarnya tidak mungkin kecuali revolusi terus menerus terjadi pada alat produksi, dimana alat produksi menjadi semakin kompleks dan semakin mahal, setidaknya berkaitan dengan alat produksi minimum yang dibutuhkan untuk membuka bisnis besar (awal pengeluaran kapital).

Di Gilda dan perdagangan Abad Pertengahan, terdapat stabilitas besar dalam alat produksi; alat tenun diturunkan dari ayah ke anak, dari generasi ke generasi. Nilai alat tenun tersebut relatif kecil, yaitu, setiap pengerajin dapat mengharapkan mendapatkan kembali hasil nilai dari alat tersebut setelah sejumlah kerja tertentu. Kemungkinan untuk membangun monopoli muncul saat revolusi industri, yang melepaskan pembangunan tidak teriterupsi dalam mekanisme yang semakin kompleks dan beriringan, dan kebutuhan untuk jumlhan kapital yang lebih besar untuk memulai sebuah perusahaan baru.

Sejak saat ini dapat dikatakan bahwa akses kepada kepemilikan alat produksi menjadi tidak mungkin bagi mayoritas besar pekerja upahan, dan kepemilikan semacam itu menjadi monopoli ditangan satu klas sosial, klas yang memiliki kapital dan cadangan kapital dan mampu mendapatkan kapital tambahan berdasarkan atas fakta tunggal bahwa dia telah memiliki sebelumnya. Dan berdasarkan atas fakta yang sama, klas tanpa kapital ditakdirkan untuk tetap seterusnya dalam kondisi tidak memiliki hak dan akibatnya dibawah tekanan terus menerus agar bekerja untuk orang lain.

Asal usul dan karakter kapitalisme yang ketiga: kemunculan klas sosial yang tidak memiliki apapun ditangannya dan tidak memiliki cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selain menjual tenaga kerjanya, tetapi pada waktu yang sama, bebas untuk menjual tenaga kerja tersebut dan demikian juga bagi kapitalis pemilik alat produksi. Ini merupakan kemunculan proletariat modern.

Kita memiliki tiga elemen yang saling mengkombinasikan. Proletariat adalah pekerja bebas; dia menyusun sebuah langkah maju maupun langkah mundur, dibandingkan dengan petani hamba Abad Pertengahan: sebuah langkah maju karena petani hamba tersebut tidaklah bebas (petani hamba itu sendiri merupakan sebuah langkah maju dibandingkan budak) dan tidak dapat bergerak dengan bebas; sebuah langkah mundur karena, bertentangan dengan petani hamba, proletariat telah “dibebaskan” dari, yaitu, dicabut dari, semua akses kepada alat produksi. — Bersambung ke Bagian 11

One thought on “Pengenalan Kepada Teori Ekonomi Marxis – Bagian 10

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *