Peran Individu Dalam Sejarah — Bagian IV

GEORGI PLEKHANOV

IV

Masalah ini telah menarik perhatian kami untuk waktu yang cukup lama, dan kami telah lama ingin mengundang para pembaca kami untuk bergabung dengan kami untuk menyelesaikannya. Akan tetapi, kami terhalangi oleh satu kekhawatiran: tampaknya para pembaca kami telah menyelesaikan masalah ini dengan sendirinya, dan undangan kami akan terlambat. Kekhawatiran kami sekarang telah terbukti salah. Para sejarawan Jerman telah menghilangkan kekhawatiran ini untuk kami. Kami cukup serius dalam mengatakan ini. Belakangan ini ada kontroversi yang cukup hangat yang telah berlangsung di antara sejarawan Jerman mengenai orang-orang hebat dalam sejarah. Beberapa telah cenderung menganggap aktivitas politik orang-orang hebat ini sebagai kekuatan pendorong utama – dan bahkan hampir satu-satunya – dalam perkembangan sejarah. Sementara, sejarawan lainnya telah menekankan bahwa cara pandang semacam ini berat-sebelah, dan bahwa ilmu sejarah harus mengkaji, tidak hanya aktivitas orang hebat, dan tidak hanya sejarah politik, tetapi juga totalitas kehidupan sejarah [das Ganze des geschichtilichen Lebens]. Salah satu perwakilan dari tendensi yang belakangan ini adalah Karl Lamprecht, penulis Sejarah Orang Jerman, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia oleh P. Nikolayev. Oponen Lamprecht menuduhnya sebagai kaum “kolektivis” dan materialis; dia bahkan dicerca sebagai “kaum ateis Sosial-Demokratik”. Dalam memeriksa pandangan Lamprecht, kami menemukan bahwa tuduhan-tuduhan yang dilemparkan ke cendekiawan yang malang ini sama sekali tak berlandasan. Pada saat yang sama, kami menyadari bahwa para sejarawan Jerman hari ini tidak mampu memecahkan masalah peran individu dalam sejarah. Kami kemudian memutuskan, kami berhak berasumsi bahwa masalah ini belumlah terpecahkan pula bagi sejumlah pembaca kami di Rusia, dan bahwa masih ada yang bisa ditulis mengenainya, yang akan memiliki signifikansi teoritis dan praktis.

Lamprecht mengumpulkan pandangan negarawan-negarawan terkemuka mengenai pengaruh aktivitas mereka dalam sejarah di masa mereka. Dalam polemiknya dia merujuk pada sejumlah pidato dan opini Bismarck. Dia mengutip kalimat-kalimat berikut ini, yang diutarakan oleh sang Kanselir Besi di gedung Reichstag Jerman Utara pada 16 April 1869:

“Saudara-saudara, kita tidak dapat mengabaikan sejarah masa lalu atau menciptakan masa depan. Saya ingin memperingatkan kalian mengenai kekhilafan yang menyebabkan orang memajukan jarum jam mereka, karena mereka berpikir dengan demikian mereka dapat mempercepat laju waktu. Pengaruh saya terhadap peristiwa-peristiwa yang menguntungkan saya biasanya dilebih-lebihkan; tetapi tidak pernah terlintas di pikiran siapapun untuk menuntut saya harus membuat sejarah. Saya tidak dapat melakukan ini bahkan bersama dengan saudara-saudara sekalian, walaupun bersama-sama kita dapat berdiri melawan dunia. Kita tidak dapat membuat sejarah; kita harus menunggunya sementara sejarah dibuat. Kita tidak akan membuat buah menjadi matang dengan meletakkannya di bawah panas lampu; dan bila kita memetik buah itu sebelum matang kita hanya akan mencegah pertumbuhannya dan merusaknya.”

Berdasarkan testimoni Joly, Lamprecht juga mengutip pendapat-pendapat yang sering diutarakan oleh Bismarck selama peperangan Franco-Prusia. Lagi, gagasan utamanya adalah “kita tidak dapat menciptakan peristiwa-peristiwa besar bersejarah, tetapi harus mengadaptasi diri kita pada alur alami peristiwa dan membatasi diri kita untuk mengamankan apa yang sudah matang.” Lamprecht menganggap ini sebagai kebenaran yang mendalam dan sempurna. Menurut pendapatnya, seorang sejarawan modern harus berpikir seperti itu, dengan syarat dia mampu meneropong ke kedalaman peristiwa-peristiwa dan tidak membatasi lingkup pandangnya pada rentang waktu yang terlalu pendek. Dapatkah Bismarck membawa Jerman kembali ke perekonomian primitif[16]? Dia tidak mungkin bisa melakukan ini, bahkan di puncak kekuasaannya. Kondisi sejarah secara keseluruhan lebih kuat daripada individu-individu yang paling berkuasa sekali pun. Bagi seorang tokoh besar, watak umum eposnya adalah “sebuah keniscayaan empiris”.

Demikianlah cara Lamprecht bernalar, dan dia menyebut konsepnya universal. Sisi lemah konsep “universal” ini dapat dengan mudah kita temui. Pendapat Bismarck yang dia kutip sangatlah menarik sebagai catatan psikologis. Kita bisa saja tidak bersimpati dengan tindakan-tindakan almarhum Kanselir Jerman ini, tetapi kita tidak dapat mengatakan bahwa mereka tidaklah signifikan, bahwa Bismarck dijangkit oleh “quietisme”. Ketika Lassalle mengatakan ini, dia berbicara mengenai Bismarck: “Para pelayan reaksi bukanlah orator; tetapi Tuhan menitahkan agar progres memiliki pelayan-pelayan seperti mereka.” Dan manusia ini, yang pada saat-saat tertentu menunjukkan energi yang sungguh luar biasa, menganggap dirinya tidak berdaya di tengah alur alami peristiwa, dan menganggap dirinya semata instrumen perkembangan sejarah; ini membuktikan sekali lagi bahwa seseorang bisa meyakini keniscayaan fenomena dan pada saat yang sama menjadi seorang negarawan yang sangat energetik. Tetapi hanya dalam pengertian ini pendapat Bismarck adalah menarik; ini tidak bisa dianggap sebagai solusi bagi masalah peran individu dalam sejarah. Menurut Bismarck, peristiwa-peristiwa terjadi dengan sendirinya, dan kita hanya dapat memetik apa yang telah mereka persiapkan. Tetapi setiap tindakan “memetik” adalah juga sebuah peristiwa sejarah. Apa perbedaan antara peristiwa-peristiwa semacam ini dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan sendirinya? Pada kenyataannya, hampir semua peristiwa sejarah adalah secara simultan tindakan “memetik” buah yang sudah matang dari perkembangan sebelumnya, dan sebuah tautan dalam rantaian peristiwa-peristiwa yang mempersiapkan buah-buah masa depan. Mengapa tindakan “memetik” dipertentangkan dengan alur alami peristiwa? Apa yang Bismarck ingin katakan adalah bahwa individu atau sekelompok individu yang bertindak dalam sejarah tidak pernah dan tidak akan pernah bisa menjadi kekuatan yang maha-kuasa. Ini tentu saja tidak diragukan sama sekali. Namun, kita ingin tahu kekuatan mereka – yang tentu saja jauh dari maha-kuasa – tergantung pada apa; di bawah kondisi seperti apa kekuatan ini tumbuh, dan di bawah kondisi seperti apa ia melemah. Bismarck dan para pendukung konsepsi sejarah “universal” yang mengutipnya tidak menjawab pertanyaan ini.

Benar, Lamprecht menyediakan kutipan-kutipan lainnya yang lebih bisa dipahami.[17] Contohnya, dia mengutip Monod, salah seorang perwakilan ternama ilmu sejarah kontemporer di Prancis: “Sejarawan terlalu terbiasa menaruh perhatian hanya pada manifestasi aktivitas manusia yang brilian, megah, dan fana, pada peristiwa-peristiwa besar dan orang-orang hebat, daripada mengkaji pergerakan institusi dan kondisi ekonomi dan sosial yang pelan dan besar, yang merupakan bagian dari perkembangan umat manusia yang sesungguhnya menarik – bagian yang dapat dianalisis dengan cukup akurat, dan, pada tingkatan tertentu, dapat direduksi menjadi hukum. Di atas segalanya, peristiwa-peristiwa dan individu-individu yang sungguh penting adalah tanda dan simbol berbagai momen perkembangan ini. Kebanyakan peristiwa yang disebut historis adalah seperti ombak yang bangkit ke permukaan laut, berkilau untuk sesaat karena terik matahari, dan pecah di pantai yang berpasir, tidak meninggalkan jejak di belakangnya; sementara, sejarah yang sesungguhnya adalah gerak pasang laut yang dalam dan ajek; demikianlah relasi mereka.” Lamprecht menyatakan, dia siap mendukung setiap kata dalam kutipan Monod. Semua orang tahu, kaum intelektual Jerman biasanya enggan setuju dengan kaum intelektual Jerman, dan begitu juga sebaliknya. Inilah mengapa sejarawan Belgia Pirenne sangat senang untuk menekankan, di Revue Historique, bahwa konsepsi sejarah Monod bersesuaian dengan Lamprecht. “Kesepakatan ini sangatlah signifikan,” ujarnya. “Ini tampaknya membuktikan bahwa masa depan adalah milik konsepsi sejarah yang baru ini.” — Bersambung ke Bagian V

__________________

[16] Perekonomian primitif merujuk pada sistem ekonomi dimana pertukaran barang tidak dilakukan dengan uang tetapi dengan barter langsung. [Ed.]

[17] Mengesampingkan esai-esai filosofi dan sejarah Lamprecht yang lainnya, kami merujuk pada esainya, Der Ausgang des geschichtswissenschaftlichen Kampfes, Die Zukunft, 1897, No.44. [Plekhanov]

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *